PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 27 Juli 1969 - 27 Juli 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Minggu, 27 Juli 1969.
Presiden  Amerika Serikat, Richard Nixon dan  Nyonya, Siang  ini tiba di Jakarta. Dalam pidatonya  selamat  datangnya Presiden Soeharto  mengatakan  bahwa saat ini  merupakan  hari bersejarah  bagi hubungan antara kedua  negara. Pada  kesempatan  ini Presiden  Soeharto  juga menyambut dengan hangat  kesuksesan  misi Apollo II beserta para astronotnya  ke bulan. Dalam hubungan ini ia mengungkapkan  keyakinannya  bahwa  tujuan  AS dan  negara-negara lain ,yang mencoba mengenal  angkasa luar itu,merupakan bagin dari  usaha  untukmencapai  kebahagiaan yang besar  bagi umat  manusia  dalam kehidupan dunia yang damai.
Sedangkan  Presiden Nixon  dalam sambutannya antara lain mengatakan  bahwa kunjungan merupakan  kunjungan pertama dari seorang Presiden AS ke Indonesia. Menyinggung  kegiatan  pembangunan di Indonesi, ia mengatakan  bahwa negaranya ingin nmembantu Indonesia.
Pukul  16.00 sore  hari ini, bertempat  di Istana Merdeka,Presiden  Soeharto  mengadakan  pembicaraan  empat  mata selama 40 menit  dan Menteri  Luar negeri William  P Rogers  juga terlibat  dalam pembicaraan  resmi mereka.Selesai  pembicaraan ,Presiden Soeharto  mengantar  Presiden  nixon berkunjung  ke Jakarta Fair.
Presiden  Soeharto mengadakan  jamuan makan malam  untuk Presiden  dan Nyonya  Nixon di Istana  Negara  malam ini. Pada kesempatan itu Presiden Soeharto  menyatakan  bahwa Indonesia   dewasa  ini sedang memusatkan perhatiannya  pada  ketahanan  ekonomi  yang memang  sangat mendesak. Akan  tetapi ini tidak  berarti bahwa Indonesia  mengabaikan tanggungjawabnya terhadap dunia.ditegaskan oleh Presiden   bahwa  untuk mampu memberikan  sumbangan yang efektif  terhadap  usaha-usaha  perdamaian dunia.,maka RI  harus kuat  di dalam negeri, yaitu  harus memiliki  keahanan –keamanan. Presiden Soeharto juga  menyampaikan  rasa terimakasih atas  pengertian  dan bantuan-bantuan  AS  yang sangat  bermanfaat  kasih atas usaha-usaha  pembangunan  ekonomi  Indonesia.
Dalam  pidato balasannya,  Presiden  Nixon mengatakan  bahwa  AS  dengan penuh perhtian  telah  mengikuti  perkembangan  RI  sejak permulaan. Hal ini tidak saja karena Indonesia  tergolong  salah  satu negara yang  sangat   penting  di dunia, melainkan juga karena  masa depan Indonesia akan mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap masa depan  dari perdamaian  di Pasifik  dan perdamaian  dunia. Presiden  Nixon  juga mengungkapkan ras kagumnya  atas segala yang telah dicapai oleh pemerintah Presiden Soeharto  selama ini.

Senin, 27 Juli 1970.
Presiden  mengakhiri  kunjungannya di daerah  Jawa Timur, setelah meninjau  daerah Ponorogo,Pacitan  Blambangan, Banyuwangi dan proyek  bendungan Selorejo.

Selasa, 27 Juli 1971.
Sebagiamana  tindak lanjut dari instruksi beberapa waktu yang lalu, dalam sidang  Sub –Dewan Stabilisasi  Ekonomi  di Bina Graha hari ini, Presiden  Soeharto  menginstruksikan  agar  pejabat –pejabat teras  dari departemen dan lembaga pemerintah  non-departemen harus sudah  melaoprkan kepada  atasan  masing-masing tentang pengisian  Daftar  Kekayaan Pribadi. Juga  diinstruksikan agar pejabat-pejabat  tersebut melunasi pajak kekayaan dan pajak pendapatan  secepatnya.

Jum,at, 27  Juli 1973.

Pagi ini Presiden Soeharto  meresmikan pembukaan lapangan golf di Sawangan, Depok , Kabupaten Bogor.  Lapangan golf  yang berada di daerah perbukitan yang subur dan terletak  lebih kurang  35 kilometer  dari pusat kota Jakarta  itu memiliki fsilitas  penunjang  yang  lengkap.

Sabtu, 27 Juli 1974.
Di Bina Graha  pagi ini, Presiden  Soeharto  menerima Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Syarif Thajeb,  beserta para rektor dari 18 PTN  SE –Jawa.  Pada kesempatan itu  Kepala Negara  telah memperkenalkan  Yayasan  Beasiswa  Supersemar  yang di bentuk dan diketahuinya  sebagai  seorang  warganergara  biasa. Dijelaskannya  bahwa  tujuan yayasan ini adalah untuk memberikan bantuan  kepada para pemuda/ pemudi  Pancasilais, cerdas,pandai, tetapi tidak  mempunyai  kemampuan  rektor  tersebut untuk bertukar  pikiran  mengenai  bagaimana  sebaiknya  pelaksanaan pemberian bantuan  itu, sehingga  tujuan yayasan dapat tercapai.
Sebelumnya,di Istana  Negara ,Presiden  Soeharto  telah melantik empat  orang  duta  besar baru.mereka   adalah Duta Besar  Letjen . Sugih  Arto untuk India, Duta Besar Abdul Habir  untuk  Afganistan,Duta Besar  Iljas  Hamzah untuk Hongaria,dan Duta Besar Mayjen.(Pol) R Soeparno Soerio Atmajda untuk  Birma.
Dalam pidato pelantikannya,Kepala  Negara mengatakan bahwa kita wajar  mempunyai harapan  atas hari  depan dunia,  karena  tampaknya  semua bangsa –bangsa merupakan kunci bagi keselamatan semua. Sementara itu  para duta besar yang baru  diingatkannya bahwa  tugas  besar bukanlah  tugas rutin  saja.  Dalam  dunia kita yang sedang  bergerak  dengan penuh dinamika  ini, maka seorang  duta besar harus menjalankan   tugasnya  dengan penuh dinamika pula.jika  tidak, maka dia gaga, demikian ditegaskannya.

Selasa, 27 juli 1976
Presiden Soeharto  memerintahkan  Menteri Perhubungan  untuk mengambil  tindakan tegas, sesuai denan hukum yang  berlaku,  terhadap karyawan-karyawan  GIA yang terlibat dalam  penyelundupan emas baru-baru ini. Perintah ini diungkapakan Menteri Emil Salim  setelah  ia menghadap  Kepala Negara   siang  ini  di Cendana untuk melaporkan soal penyelundupan emas yang  dilakukan oleh pilot-pilot  perusahaan nasional itu.

Rabu, 27 Juli 1977.
Masyarakat  maju dan sejatera  yang  berkeadilan  sosial haruslah  merupakan  masyarakat  industri  yang tinggi  dengan dukungan pertanian yang kuat.  Untuk dapat  memiliki  industri yang maju, kita harus memiliki  pabrik baja.  Demikian antaralain  sambutan  Presiden  Soeharto  ketika meresmikan pabrik  Baja PT  Krakatau  Steel  pelabuhan  khusus  Cigading di Cilegon, Jawa Barat , hari ini. Lebih lanjut  Presiden  mengatakan  bahwa anpa memiliki  pabrik baja  sendiri,  maka pembangunan  industri  besar-besaran  akan suilit  dilakukan atau kitaharus bergantung   dari luar.  Pabrik baja  Cilegon  akan dijadikan awal titik tolak  dari rangkaian pabrik-pabrik baja selanjutnya  yang akan merupakan inti indusri    baja  dan industri  berat  Indonesi di masa mendatang . Demikan Presiden.


Kamis, 27 Juli 1978
Bertempat di Istana Merdeka, pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima para perserta Pekan Wayang Indonesia III. Kepada para dalang, Kepala Negara mengatakan bahwa seorang seniman  dalang pada hakikatnya adalah seorang komunikator yang menyampaikan pesan tertentu lewat seni perwayangan. Menurut Presiden, dalang bukan komunitas yang pasif, melainkan komunitas yang aktif dan berkeperibadian.
Pukul 15.00 sere ini, Presiden Republik Rakyat Bangladesh, Mayor Jenderal Ziaur Rahman, mendarat di landasan terbang internasional Halim Perdana Kusuma. Jakarta. Begitu mendarat iya di sambut oleh Presiden Soeharto dalam suatu upacara kenegaraan penuh. Satu jam kenudian, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Bangladesh itu mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto.
Untuk menghormati kunjungan Ziaur Rahman, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto mala mini menyenggelarakan acara santap malam, yang diteruskan dengan pertunjukan kesenian. Dalam pidatonya dasarnya Bangladesh dan Indonesia menghadapi persoalan pokok itu adalah bagaimana kita berusaha membangun masyarakat maju dan sejahtera yang kita cita-citakan sendiri menurut jalan yang kita tentukan sendiri pula.
Jum’at, 27 Juli 1979
Menteri muda Urusan Koperasi, Bustanil Arifin, atas nama Pemerinthan Indonesia hari ini di Jakarta menandatangani konterak pembelian 100.000 ton beras dari Filipina. Penandatanganan ini merupakan salah satu hasil pembicaraan tidak resmi yang dilakukan Presiden Soeharto dengan Presiden Marcos lama ini di Cavite Filipina.

Rabu, 27 Juli 1983
Menteri Pertambangan dan Energi, Prof Dr Subroto Menghadap Kepala Negara di Bina Graha pagi ini. Setelah menemui Presiden, ia mengatakan bahwa Pemerintahan tidak akan memperpanjang konterak-konterak pengelolaan lapangan minyak di Sumatera Selatan yang selama ini ditandatangani perusahaan asing, PT Stanvac. Menurut, pengelolaan lading minyak tersebut selanjutnya akan di teruskan oleh Pertamina. Ditambahkannya bahwa konterak dengan PT Stavac akan berakhir pada bulan November yang akan datang.

Jum’at, 27 Juli 1984
Batuan Presiden untuk kabupaten-kabupaten Serang, bandung, Rembang, dan Banyuwangi, pagi ini diserahkan oleh Sekretaris Pengendalian Oprasional Pembangunan (Sesdakopbang) Solihin GP kepada masing-masing bupati di halaman Bina Graha, Jakarta. Bantuan yang berupa alat-alat pemecah gabah dan pemutih beras iyu akan disalurkan kepada KUD dan kelompok tani yang dinilai terbaik di empat kabupatendi Pulau jawa. Alat pertanian itu adalah produksi PT Eka Adicita.

Rabu, 27 Juli 1988
Setelah melaporkan kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka, Menko Polkam Sudomo menerangkan Kepada wartawan bahwa Presiden soeharto menginsteruksikan untuk memperlajari berbagai upaya peningkatan hunbunagn Indonesia dengan Kepulauan Solomon dan Negara-negara tetangganya. Pentingnya peningkatan hubungan dengan Kepulauan Solomon, PNG, Vanuatu serta Negara-negara lainnya di sekitar kawasan itu berkaitan dengan mengamankan kepentingan nasional. Karena itu akan segera dihubungi Menlu Alatas untuk membicarakan pelaksanan intruksi Presiden. Untuk itu Indonesia bersedia menjalani kemungkinan pengiriman para ahli untuk mendidik tenaga-tenaga di Kepulauan Solomon.

Kamis, 27 Juli 1989
Presiden Soeharto hari ini menyerukan kepada masyarakat untuk menjadikan penggunaan produksi dalam negeri sebagai kebanggaan serta sebagai gerakan nasional. Seruan tersebut di keluarkan Kepala Negara ketika meresmikan 23 pabrik industeri mesin, logam dasar dan elekteronik dalam suatu upacara di lokasi PT Boma Bisma Indra di Pasuruan, Jawa Timur. Pabrik-pabrik tersebut tersebar di Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Dikatakan oleh Presiden bahwa kemampuan bangsa kita dalam membuat mesin peralatan pabrik telah dapat lebih di tingkatkan. Namun Kepala Negara mengingatkan bahwa pengembangan industeri juga memerlukan pasar. Karena itu kita harus berusaha untuk selalu memanfaatkan setiap peluang pasar yang ada, baik di dalam maupun di luar negeri. Disamping  terus berusaha mendapatkan pasar di luar negeri, pemanfaatan pasar dalam negeri sangat penting bagi pengembangan industeri yang menghasilkan barang-barang modal.

Sabtu, 27 juli 1991
Pagi ini, pada pukul 09.00, Presiden Soeharto melatih 669 orang perwira remaja dalam upacara Prasetya Perwira ABRI.  Dalam amanatnya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa untuk menjawab tantangan zaman, profesinalisme ABRI terus kita tingkatkan. Namun, profesionalisme itu sendiri bukan tujuan, melainkan merupakan cara agar dapat m,engabdikan diri sebaik-baiknya dalam perjuangan besar bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya yang luhur. Tujuan itu adalah kehidupan yang maju, sejahtera, adil, makmur dan lestari berdasarkan Pancasila.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo