PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 22 Maret 1976 - 1984

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Rabu, 22 Maret 1967

Hari ini  Kabinet Ampera  kembali mengadakan  sidang  tetap di Gedung  Presidium  Sidang yang dipimpin oleh Pejabat  presiden,  jenderal  Soeharto, kali ini mendengarkan laporan Menteri Kehakiman  mengenai  UU Pemilihan Umum dan Pelaksanaan peraturan-peraturan baru dalam bidang  keuangan.

Minggu, 22 Maret 1970

Mengakhiri kunjungan kenegaraan  di  Muangthai, Presiden Soeharto dan PM Thanom  Kittikachorn mengeluarkan suatu komunike bersama. Antara  lain dinyatakan bahwa kedua pimpinan Pemerintahan merasa puas atas hubungan baik antara kedua negara, dan atas kemajuan-kemajuan dalam kerjasama regional.

Rabu,22 Maret 1972

Presiden Soeharto hari ini secara mendadak meninjau Museum Pusat  di jalan Merdeka Barat, Jakarta.  ketika  mengakhiri  kunjungan tersebut, Presiden  menuliskan kesan-kesannya dalam buku tamu.  Kepada  para wartawan, presiden mengatakan bahwa keadaan Museum Pusat sangat menyedihkan.  Mengingat  nilai isinya  yang sangat  tinggi,  diperlukan langah-langkah  pengamanan agar peninggalan benda-benda yang mempunyai arti sejarah  ini akan dapat dinikmati secara abadi oleh anak cucu kita.  Dalam rangka ini presiden menjajikan untuk memberikan sumbanan sebesar  Rp 1.000.000,- setiap  bulan sebagai tambahan biaya  perawatan museum itu.

Setelah meninjau  museum, presiden  Soeharto dan rombongan menuju Cibinong, Bogor, untuk melihat  peternakan ayam yang luas yang diusahakan  oleh  PT Rembokin Putra. Di dalam peninjauan ini, kepada para  wartawan  Presiden mengatakan bahwa peternakan  ini adalah  anggota Bimas ternak ayam  dan telah ditunjuk  sebagai induk  dari Bimas ayam.  Yang diperluan sekarang  adalah badan pemasaraanya  sehingga peserta Bimas ayam tidak  akan mengalami  kesulitan  dalam menjual  telur ataupun  daging  ayam. Dengan  adanya  badan pemasaran, maka mereka akan dapat  menjual produksi mereka melalui badan ini.

Sabtu, 22 Maret 1975

Jam 11.00 pagi ini presiden Soeharto menerima para  peserta Rapim  ABRI  di Istana  Negara. pada kesempatan  itu kepala  Negara  telah mengamanatkan  bahwa indoneisa  memang  harus bergerak kearah  suatu  masyarakat  yang modern, demokratis,  dan masyarakat yag mengejar  prestasi  serta menghargai  kerja.  Namun  diinaatkannya  agar  semua itu dikembangkan  diatas  kepribadian Indonesia  sendiri,  yaitu,  Pancasila. Oleh  sebb itu, ia  mengajak  masyarakat  luas,  para mahasiswa, pemuda, universitas, Angkatan  45 dan lapisan-lapisan  masyarakat  lainnya  untuk  memberikan perhatian yang lebih besar pada masalah penghayatan  dan pengamalan Pancasila.

Menyangkut  ABRI,  Kepala Negara  mengatakan  bahwa dalam perspektif  pembangunan  yang luas dan berjangka  panjang, ABRI  harus  berperan  dalam  melaksanakan  dan mrngamankan pembangunan Indonesia  dalam arti yang luas. Akan tetapi ditekankannya bahwa  ABRI  harus dapat menjalankan peranannya  secara wajar  dan sadar sebagai alat keamanan  pertahanan, sebagai kekuatan  sosial  dan kekuatan  pembangunan. Peranan yang  demikian  tidak berarti  bahwa ABRI melaksanakan  sendiri  semuanya. Hal ini  bukan  saja tidak mungkin, malahan bertentangan  dengan asas pembangunan kita. Diingatkan oleh Presiden  bahwa  pembangunan  kita  merupakan pembangunan  dari masyarakat, oleh masyarakat  dan untuk  masyarakat. Oleh  sebab itu ia berpesan agar ABRI   senantiasa  berpedoman  pada landasan  kepemimpinan ing karsa subg tulada, ing madya mangun  karsa, tut wuri handayani.

Usai  mendamping para  peserta  Rapin ABRI  menghadap Presiden  Menteri  Hankam/ Pangab, Jenderal Panggabean, telah menemui Kepala  Negara  secara  khusus. Dalam pertemuan ini telah dibicarakan masalah pengamanan anggota-anggota kontingen Indonesia dalam ICCS yang bertugas di Vietnam Selatan. Langkah pengamanan ini diperlukan mengingat serangan Vietcong semakin gencar dan semakin mendekati ibukota Vietnam Selatan, Saigon.

Senin, 22 Maret 1976

Siang ini di Cendana, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan selama satu setengah jam dengan menteri Negara Ekuin Prof. Dr. Widjojo Nitisastro, Menteri PAN/Wakil Ketua Bappenas, Dr. Sumarlin, Menteri Perdagangan Radius Prawiro, dan Menteri/Sekertaris Negara, Sudarmono SH. Sebagai hasil pertemuan itu, Kepala negara hari ini mengeluarkan beberapa inpres. Yang pertama adalah Inpres pasar sebesar Rp20 milyar yang akan digunakan untuk membangunan pasar-pasar di ibukota kabupaten dan kotamadya di seluruh indonesia, termasuk di DKI Jakarta. inpres yang mulai berlaku dalam tahun anggaran 1976/1977 ini bertujuan untuk membantu golongan ekonomi lemah dalam kegiatan perdagangan.

Inpres lain yang juga dikeluarkan pada hari ini adalah Inpres baru di bidang reboisasi dan penghijauan dengan dana sebesar Rp16 milyar. Inpres ini akan membiayai reboisasi dan penghijauan 200.000 hektar tanah, meliputi tanah negara dan tanah milik rakyatyang luas masing-masingnya 100.000 hektar. 

Disamping itu masih ada pula beberapa Inpres lain, yang meliputi pembangunan-pembangunan sekolah dasar, sarana kesehatan, pedesaan, pembangunan kabupaten dan provinsi. Inpres sekolah dasar akan menghabiskan dana sebesar Rp53,8 milyar. Dana untuk Inpres pembangunan desa adalah sebesar Rp19,8 milyar, sementara besarnya anggaran untuk pembangunan kabupaten dan provinsi adalah, berturut-turut, Rp62,4 milyar dan Rp61,5 milyar.

Rabu, 22 Maret 1978

Menteri keuangan Kuwait, Abdul Rahman Salim Al-Ateeqi, selesai melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto pagi ini di Cendana mengatakan bahwa ia telah mengadakan pembicaraan mengenai kemungkinan-kemungkinan kerjasama di bidang ekonomi, keuangan dan joint venture. Ia membenarkan bahwa pembangunan Pulau Batam merupakan salah satu proyek yang dibicarakan dan juga besar kemungkinan adanya pembuatan pabrik senjata yang dibiayai Kuwait.

Jenderal TNI (Purn) Soeharto  jam 11.05  WIB  hari ini, dalam sidang  paripurna  kedelapan  MPR,  secara  aklamasi  terpilih  kembali sebagai  Presiden  RI untuk masa bakti 1978-1983. Dalam pada itu, siang  ini mulai jam 14.30, diadakan pemilihan Wakil Presiden.

Malam ini jam 19.00  diadakan sidang  paripurna kesembilan, dimana  Wakil  Presiden Adam Malik diambilsumpahnya, yang diajukan dengan  mendengarkan  pidato Wakil Presiden. dalam pidatonya, wakil Presiden Adam malik  menyatakan tekadnya untuk menjadi pembantu Presiden Soeharto dengan sebaik-baiknya. Ia juga bertekad melaksanakan semua tugas dan pembidangan yang diberikan Presiden kepadanya.

Senin, 22 Maret 1982

Selama satu jam pagi ini di Istana Negara, Presiden Soeharto menerima para peserta rapat pimpinan BKKBN Provinsi seluruh Indonesia. Pada kesempatan itu pula kepada Presiden telah diserahkan daftar peserta keluarga berencana lestari.

Pada kesempatan itu Presiden mengatakan bahwa keberhasilan program KB, disamping disebabkan oleh tersedianya berbagai macam pelayanan dan peralatan, juga disebabkan oleh sikap masyarakat sendiri. Selanjutnya dikatakan bahwa untuk terus menggalang masyarakat antara lain diperlukan pelopr-pelopor keluarga berencana. Para pelopor keluarga berencana  itu adalah mereka yang telah dengan tekun mengikuti program keluarga berencana secara terus menerus selama tidak kurang dari sepuluh tahun lamanya. Oleh karena itu Presiden menyambut dengan gembira adanya upaya untuk memberikan penghargaan kepada para pelopor Keluarga Berencana.

Pukul 10.35, selama satu jam, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan dengan sejumlah menteri yang termasuk dalam Badan Koordinasi Transmigrasi. Menteri-menteri yang menghadiri pertemuan di Istana Merdeka itu adalah Menteri PAN/Wakil Ketua Bappenas, Sumarlin, Menteri Pertanian, Sudarsono, Menteri Tenaga Kerja dan Koperasi, Harun Zain, Menteri Muda Transmigrasi, Martono, dan Menteri PU, Purnomosidi. Selain itu hadir pula beberapaorang direktur jenderal.
Dalam pertemuan itu Presiden telah menginstruksikan agar lebih meningkatkan lagi koordinasi, sehingga pencepatan pemindahan penduduk, terutama 13 juta petani miskin dari Jawa, dapat terlaksana.

Kamis, 22 Maret 1984

Bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto pagi ini mengadakan pertemuan dengan para peserta Rapat Gabungan Mahkama Agung, Departemen Kehakiman, Kejaksanaan Agung, dan Kepolisian RI. Rapat Kerja Gabungan ini merupakan kegiatan yang pertama dari keempat instansi tersebut.
Dalam amanatnya dihadapan 200 orang peserta dan undangan, Kepala Negara mengatakan bahwa masyarakat mendambakan agar makin hari makin terasa tegaknya hukum yang berwibawa, memenuhi rasa keadilan dan terasa menyejukkan hati masyarakat. Untuk itu, usaha pemerataan kesempatan memperoleh keadilan dan perlindungan hukum yang mengayomi masyarakat harus tetap mendapatkan prioritas.
Ditambahkan oleh Presiden bahwa disamping itu perlu terus diusahakan penyempurnaan badan penegak hukum dan tindakan penertiban ke dalam, sehingga kemampuan srta kewibawaan aparat penegak hukum sendiri tidak mustahil untuk menertibkan masyarakat, jika penegak hukum sendiri tidak dapat menertibkan diri terlebih dahulu. Demikian antara lain dikatakan oleh Kepala Negara.

Penyusun Intarti Publikasi Lita,SH.