PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 29 Oktober 1965 - 29 Oktober 1985

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Jum’at, 29 Oktober 1965

Menteri PTIP, Brigjen. Dr. Syarif Thayeb telah membebaskan dari tugas untuk sementara waktu setiap pegawai akademis maupun administratif dalam lingkungan Departemen PTIP dan dunia perguruan tinggi yang pada tanggal 30 September masih menjadi anggota PKI, Pemuda Rakyat, Gerwani, CGMI, Perhimi, Himpunan Sarjana Indonesia, Lekra (kebudayaan), Lembaga Pendidikan Nasional, Baperki Permusyawaratan pemuda Indonesia serikat sekerja pendidikan (SS Pendidikan), SOBSI (sentral), Barisan Tani Indonesia, Serikat Buruh Perkebunan RI, Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia, Persatuan Guru Nonvak sentral:, dan Organisasi-organisasi lain yang ada indikasi tersangkut dalam petualangan Kontrev G-30-S/PKI

Mereka yang dibebas tugaskan dikenakan wajib Lapor setiap hari kerja kepada atasannya. Mereka yang diduga secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam petualangan kontrev G-30-S/PKI di berhentikan sementara/skorsing dari pangkat dan jabatan sambil menantikan hasil penyelidikan lebih lanjut. Mereka yang nyata-nyata terlibat dalam petualangan kontrev G-30-S/PKI diberhentikan dengan tidak hormat dari pangkat dan jabatannya.

Sabtu, 29 Oktober 1966

Dalam amanah tertulisnya pada pembukaan Musyawarah Nasional Gerakan Wanita Sosialis Indonesia (Gerwasi/Soksi) di Bandung, Ketua Presidium Kabinet Ampera Jenderal Soeharto mengatakan bahwa Orde Baru belum merupakan kenyataan. Hal ini, menurut Jenderal Soeharto, karena Orde Baru sekarang ini masih berada pada tahap pembinaan, dalam mengikis benteng-benteng Orde Lama dan simpatisan kontrev G-30-S/PKI.

Kamis, 29 Oktober 1970


Di Banjarmasin pagi ini Presiden menganugerahkan Samkarya Nugraha kepada Kodim X/Lambung Mangkurat. Dalam amanatnya pada upacara penganugerahan ini,Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa Sorotan-sorotan terhadap ABRI merupakan risiko dari perjuangan ABRI dan Risiko dari posisi ABRI Sebagai Stabilisator dan dinamisator. Warga ABRI di ajak Oleh Presiden untuk menerima sorotan-sorotan tersebut secara wajar dan menjanjikannya sebagai cambuk untuk mengadakan Instropeksi diri dan koreksi kedalam.

Rabu, 29 Oktober 1975

Pagi ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan Dari Duta Besar Republik Chili Fernando Porta Angula. Duta Besar Pertama Chili di Indonesia  ini berkedudukan di Manila, Fhilipina. Dalam Pidatonya, Duta Besar Angula mengatakan bahwa Bangsanya dan bangsa Indonesia memiliki kebanggaan Nasional sendiri, akan tetapi hal ini tidak berarti bahwa kedua bangsa dapat mengingkari adanya kebutuhan akan Universalisme dewasa ini. Diungkapkannya pula bahwa ia sangat memahami Orde Baru di Indonesia yang akan melaksanakan segala usaha untuk membentuk masyarakat yang bermartabat,bebas,adil,dengan Rakyat yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam pidato balasannya kepala Negara antara lain mengatakan bahwa Persamaan antara kedua Negara merupakan kekuatan bagi pelaksanaan tugas bersama di masa-masa mendatang. Tugas tersebut berupa kerjasama untuk memajukan rakyat masing-masing dan bersama-sama membangun Dunia yang lebih maju, sejahtera, dan adil. Sebagai sesama bangsa yang sedang membangun, maka perhatian kedua Negara jelas tertuju pada usaha pembangunan dan syarat-syarat bagi kelancaran pembangunan itu. Demikian Presiden Soeharto.

Sabtu, 29 Oktober 1977

Presiden Soeharto Meresmikan beroperasinya pabrik serat sintesis PT Tifico di Taggerang, Jawa Barat. Pabrik tersebut menghasilkan 28.000 ton polyester pertahun,dan kapasitas akan meningkat menjadi 48.000 ton.  Kebutuhan Nasional akan polyester pertahunnya hanya mencapai 45.000 ton. Oleh karena itu mulai saat sekarang kebutuhan akan serat polyester sudah tidak menjadi masalah bagi Indonesia. Berkenaan dengan ini Presiden Soeharto pada peresmian pabrik tersebut mencanangkan swasembada dalam polyester.

Presiden Soeharto memberikan bantuan Pupuk sebanyak 40 ton kepada daerah Bali yang di serahkan oleh kepala perwakilan Pusri Wilayah Jawa Timur , Nusa Tenggara Barat, dan  Nusa Tenggara Timur, Ir.Syahril Jufri, kepada Gubernur Bali Sukarmen di Denpasar. Pada penyerahan itu, Ir,Syahril  Jufri mengatakan bahwa dalam tahun ini Presiden menyumbangkan 1.080 ton pupuk untuk 27 Provinsi, yang masing-masing mendapat 40 ton.

Bibit cengkeh bantuan Presiden Soeharto tahun 1975/1976 masyarakat di daerah tingkat II Jayapura sebanyak 299.558 polong tela di salurkan sejak bulan Juni yang lalu. Penyaluran bantuan Presiden itu di berikan kepada lima kecamatan yaitu Kecamatan Depapre, Denta, Sentani, Abepura, dan Kentuk Gresi.dari jumlah tersebut di berikan kepada 4.642 kepala keluarga petani yang mengajukan permintaan bibit cengkeh anakan. Namun yang terrealisir baru 2.160 petani.  untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan bibit cengkeh, Presiden akan memberikan lagi sebanyak 60.000 polong.

Sabtu, 29 Oktober 1983

Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Menteri Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Malaysia, Anwar Ibrahim, beserta sejumlah Tokoh Pemuda UMNO. Dalam pertemuan itu mereka di damping oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, Abdul Ghafur, dan Duta Besar Malaysia, Dato’ Muhammad Bin Rahmat.

Kepada tamu-tamu tersebut, Kepala Negara telah menjelaskan tentang sejarah Pergerakan Pemuda Indonesia sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908, Sumpah Pemuda 1928, sampai Proklamasi Kemerdekaan dan revolusi fisik serta peranan generasi penerus. Dalam uraiannya, Presiden menekankan pentingnya di bina dan di pelihara terus ketahanan nasional, terutama bagi generasi penerus. Di pesankannya agar prinsip ketahanan nasional benar-benar dipahami dan di hayati oleh generasi muda Indonesia dan Malaysia.

Senin, 29 Oktober 1984

Setiba di Bontang dari Jakarta pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto meresmikan Pabrik Pupuk Kalimantan Timur I dan II di Bontang. Dengan selesainya pembangunan kedua pabrik ini, maka produksi pupuk Indonesia akan bertambah lebih dari satu juta ton setiap tahun. Selain itu, kelebihan amoniak yang tidak seluruhnya di gunakan di kedua pabrik itu, akan dapat di gunakan oleh pabrik-pabrik lain yang membutuhkannya.

Menyambut  beroperasinya kedua pabrik baru ini Presiden antara lain mengatakan bahwa dalam membangun industry-industri pupuk khususnya dan industri-industri lain pada umumnya di masa depan, maka yang tidak kalah penting adalah penggunaan segala potensi dalam Negeri kita sendiri. Pembangunan Industri bagi kita bukan hanya dengan mendirikan Industri saja yang sangat penting adalah pembangunan industri itu harus sebanyak mungkin di tangani oleh tenaga-tenaga Indonesia sendiri, termasuk rancang bangun dan perekayasaan. Sebab, kekuatan utama pembangunan kita tidak boleh kita gantungkan hanya pada kekayaan alam, melainkan pada kemampuan manusia.

Selasa, 29 Oktober 1985

Presiden Soeharto menyerukan kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan  menghadapi kemungkinan banjir dan tanah longsor dalam musim hujan sekarang ini. Demikian di ungkapkan Menteri Pekerjaan Umum, Suyono Susrodarsono, Usai menghadap kepala Negara pagi ini di Bina Graha. Di katakannya juga bahwa persiapan-persiapan untuk ini sudah pula dilakukan, misalnya berupa disiagakannya satuan-satuan unit banjir.

Presiden Soeharto mengingatkan agar pelaksaan hubungan dagang dengan Negara-negara sosialis dilakukan secara jeli, agar kejadian yang merugikan tidak terulang lagi. Demikian yang dikatakan oleh Wakil Ketua DPR, Hardjanto, setelah berkonsultasi dengan kepala Negara di Bina Graha pagi ini. Dalam pertemuannya dengan Presiden itu ia telah menyampaikan bahan masukan berupa hasil pertemuannya dengan Parlemen Uni Soviet ketika ia berkunjung ke Negeri itu beberapa waktu yang lalu.


Sumber : Buku Jejak Langkah pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Oval Andrianto
Editor : Sukur Patakondo