PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Untuk Menciptakan Situasi Dunia Yang Damai Presiden Soeharto Meminta Masyarakat Untuk Berpartisipasi Dan Bertanggung Jawab Dalam Pembangunan Nasional.

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Selasa, 12 April 1988

Bertempat di Istana Negara, pada jam 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto menerima para peserta Rapat Kerja Paripurna Departemen Penerangan. Dalam amanatnya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa untuk membangkitkan kemauan membangun dan mengatasi  tantangan-tantangan yang dihadapi itulah peranan penerangan sangat penting. Melalui penerangan yang sehat, demikian Kepala Negara, rakyat harus mengetahui dengan jelas tujuan dan arah pembangunan yang akan kita laksanakan. Disamping itu rakyat juga harus mengetahui masalah-masalah apa yang dihadapi dan cara-cara bagaimana untuk mengatasi tantangan-tantangan itu agar pembangunan berhasil dengan baik. Dalam hubungan ini ia meminta agar segenap aparat penerangan dapat mendorong bangkitnya kegairahan, partisipasi dan tanggungjawab masyarakat dalam pembangunan nasional.

Lebih jauh dikatakannya bahwa agar tugas-tugas penerangan itu berhasil, aparatur penerangan harus terus meningkatkan pengabdian dan tanggungjawab profesionalnya, mengembangkan pendayagunaan prasarana dan sarana yang dimilikinya. Demikian harapan dan pesan-pesan Presiden.

Rabu, 12 April 1989

Pukul 09.00 pagi ini, dalam suatu upacara di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan Duta Besar baru Brunei Darussalam, Dato Paduka Awang Haji Yahya bin Haji  Harris. Dalam pidato balasan atas pidato penyerahan surat kepercayaan oleh Duta Besar Brunei itu, Kepala Negara mengharapkan Brunei Darussalam dapat terus memainkan peranannya demi terwujudnya Asia Tenggara yang stabil dan damai. Dikatakan oleh Presiden bahwa Brunei Darussalam selama ini telah berperan akatif dalam ASEAN. Kepemimpinan Brunei Darussalam sebagai Ketua Panitia Tetap ASEAN merupakan sumbangan yang besar bagi terwujudnya tujuan dan meningkatnya kerjasama antara sesame anggota ASEAN.

Pagi ini, di tempat yang sama, Kepala Negara juga menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Prancis yang baru, Patrick O’Comesse. Menerima surat kepercayaan tersebut, Kepala Negara mengatakan bahwa pembangunan nasional yang dilaksanakan Indonesia hanya akan berjalan lancar jika didukung oleh situasi dunia yang damai. Karena itu, demikian Presiden, Indonesia berusaha sekuat tenaga untuk memberikan sumbangan bagi terwujudnya perdamaian dunia. Dalam kaitan ini Kepala Negara mengharapkan agar persamaan-persamaan yang dimiliki kedua negara dalam berbagai aspek hubungan internasional juga dapat memberikan sumbangan bagi terwujudnya dunia yang damai.

Lebih jauh dikemukakannya bahwa dalam rangka mewujudkan dunia yang damai, adil dan sejahtera itu pula Indonesia bersama negara-negara anggota ASEAN lainnya membantu mencari penyelesaian masalah Kamboja. Dalam hubungan ini Presiden berharap agar usaha-usaha yang juga dilakukan oleh Prancis dapat saling mengisi sehingga akan mempercepat berakhirnya penderitaan rakyat Kamboja.
Presiden Soeharto telah mnerima telegram dari pemimpin Kambodja, Pangeran Sihanouk, yang meminta agar Jakarta dapat dijadikan tempat pertemuan Sihanouk dengan Perdana Menteri Negara Kamboja, Hun Sen. Menurut rencana, pertemuan itu akan dilaksanakan pada awal bulan depan. Demikian diungkapkan oleh Menteri/Sekretaris Negara, Moerdiono, hari ini. Dikatakannya pula bahwa Presiden dengan gembira menyetujui Jakarta menjadi tempat pertemuan itu.

Kamis, 12 April 1990

Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima kunjungan Kunio Anzai, Presiden Tokyo Gas, yaitu perusahaan penyaluran gas terbesar di Jepang. Dalam kunjungan itu, pimpinan perusahaan Jepang tersebut didampingi oleh Direktur Utama Pertamina, Faisal Abda’oe. Pada kesempatan itu Kunio Anzai mengemukakan keinginan perusahaan yang dipimpinnya untuk untuk membeli LNG yang dihasilkan Train F lapangan gas di Bontang, Kalimantan Timur.

Permintaan itu disambut baik oleh Kepala Negara. Tetapi ia mengingatkan bahwa tidak begitu mudah bagi Indonesia untuk merealisasikan permintaan itu, karena realisasinya akan memakan waktu yang cukup panjang.


Publikasi Lita,SH.