PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 3 Maret 1969, - 1993

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Senin, 3 Maret 1969

Dengan mencabut Keppres  RI No. 179/KOTI/1965, hari ini presiden soeharto  mengeluakan  Keppres  No. 19/ 1969  tentang  Operasi  pemulihan  Keamanan  dan Ketertiban, presiden, selaku  panglima  Kopkamtib, memegang  pimpinan  dan pengendalian  Operasi  Pemulihan keamanan  dan ketertiban. Tugas  pokok  Kopkamtib  adalah;pertama,  memulihkan  keamanan  dan ketertiban dari akibat-akibat  peristiwa  pemberontakan  G-30 S/PKI  serta  kegiatan-kegiatan  ekstrim dan subversi  lainnya. Kedua, ikut mengamankan kewibawaan pemerintah  beserta alat-alatnya dari pusat sampai kedaerah-daerah demi  kelangsungan hidup pancasila  dan UUD 1945. Untuk  melaksanakan kedua tugas  tersebut, Pangopkamtib  dapat mempergunakan  semua alat  dan aparatur  pemerintah  yang ada serta mengambil  tindakan-tindakan  lainnya  sesuai dengan  ketentuan-ketentuan  yang berlaku.

Jenderal  Soeharto  selaku Menhankam/Pangab  pagi ini  menyampaikan  amanatnya  pada ommander’s Call ABRI  di Istana  Negar.Commander,s Call  ini diikuti oleh para panglima  tingkat pusat dan daerah  dari keempat angkatan bersenjata  serta pejabat-pejabat  ABRI  dalam berbagai  bidang pemerintahan. Berlangsung  sampai  dengan besok, Commander,s Call   diadakan  dalam rangka pertemuan  tugas ABRI. Dikatannya  bahwa  kekaryaan  ABRI  sama sekali tidak dimaksudkan untuk  mendesak  tenaga-tenaga  sipil, dan tidak pula berarti penyaluran  kelebihan  tenaga  yang diberi tugas karya  harus benar-benar memenuhi syarat  teknis  dalam bidang  tugasnya  dan memiliki  loyalitas tnggi kepada  mission   kekaryaan  ABRI  itu.  Dalam hubungan ini Jenderal  Soeharto mengharapkan  agar ABRI  dapat menempatkan dirinya sederajat dengan kekuatan-kekuatan  sosial politik lainya.

Sebelum memberikan amanat kepada  para perwira  yang mengikuti  Commander,s Call,  presiden  Soeharto  menerima sejumlah  kurang lebih  30 pengusaha  terkemuka  Amerika Serikat, yang diorganisasikan  oleh  Time  Incorporated  dan  dipimpin  oleh James  Linnen. Dalam pertemuan  tersebut  presiden  yang didampingi  oleh Sri Sultan  Hamengku Buwono  IX, Prof.Widjojo Nitisastro, dan Prof. M  sadli, memberikan  penjelasan  tentang  Repelita  yang segera dilaksanakan di Indonesia. Disamping  itu presiden  juga menjawab  pertanyaan yang diajukan oleh tamunya, antara lain mengenai bekas presiden Soekarno, kebijaksanaan  Indonesia tentang Vietnam, pangkalan asing di Asia Tenggara, dan lain sebagainya.

Hari ini Presiden Soeharto  mengeluarkan Keppres  RI No. 20/1969  tentang  pembentukan Team  Kerja  Rescheduliing  Utanng  dan Kredit  Luar Negeri yang dipimpin oleh Prof. Dr.  Widjojo Nitisastro, dengan anggota-anggota  dari departemen Luar Negeri, kekuasaan, perdagangan , Bappenas,  dan bank Indonesia. Adapun tugas team  kerja ini  adalah menyelesaikan  masalah  Rescheduling  utang-utang  RI dengan negara-negara  kreditor  baik yangtergabung  dalam IGGI maupun  negara-negara  lainya. Dalam rangka  itu team  kerja tersebut ditugaskan  untuk  mengadakan  rescheduling  utang  maupun  mengenai pemberian bantun (kredit) dari negara-negara tersebut kepada RI.

Selasa, 3 Maret 1970

Hari ini presiden memimpin  sidang paripurna  kabinet di Istana  negara. sidang  kabinet  kali ini  mengadakan  penilaian  umum atas  pelaksanaan Pelita I, yang  oleh presiden  dianggap  penilaian  umum atas  pelaksanaan  dan penentuan  langkah bagi pelaksanaan Pelita II.  Selain itu presiden  juga menguraikan  tentang gagasannya untuk  mengelompokan  partai-partai  yang bertujuan  untuk melancrkan  dan mengamankan  pemilihan umum. Presiden  menjelaskan  bahwa  gagasan  ini  dimaksudkan  agar tidak  terjadi  konflik  di antara  sesama  kekuatan politik  sejak masa kampanye  sampai pemungutan suara. Sementara itu menanggapi laporan jaksa  Agung, presiden Soeharto,  membenarkan tindakan  Jaksa Agung  untuk menyelesaikan  perkara penyelewengan  Bimas Coopa di luar  pengadilan. Cara penyelesaian  ini  di pandang  presiden  Soeharto  lebih menguntungkan  dan adalah juga untuk kepentingan  umum.

Wilopo  SH, selaku pemimpin  Komisi  Empat, bertemu dengan presiden  Soeharto  sehubungan  dengan  pertimbangan –pertimbangan  tentang  pemberantasan  korupsi  yang telah disampaikan  oleh komisinya  pada Februari  lalu. Beberapa  dari pertimbangan  Komisi empat, menurut  Wilopo, telah  dilaksanakan oleh presiden.

Sabtu, 3 Maret 1973

Jam 05.50 pagi ini presiden Soeharto  berangkat dari  bandar udara Kemayoran menuju Irian Jaya  dalam rangka peresmian  beberapa  proyek pembangunan di daerah  tersebut. Tiba  di Irian Jaya, presiden  langsung menuju proyek  tambang  tembaga di Irian Jaya, yang  terletak  di Pegunungan  Ertsberg untuk  meresmikan  proyek tersebut.

Senin, 3 Maret 1975

Bertempat  di Istana  Merdeka  pukul 09.00  pagi ini Kepala  Negara  telah menerima  lima orang  Delegasi  Parlemen  Presiden yang dipimpin oleh Edouard schloesing. Pada kesempatan itu presiden Soeharto mengadakan  tukar  menukar  pikiran dengan pimpinan  dan anggota delegasi  parlemen Prancis  menyangkut masalah  pembangunan  ekonomi, keadilan sosial  dan kedaulatan  negara. menurut  pihak delegasi  prancis, pertemuan  dengan Kepala Negara  itu sangat  positif  dan berharga,karena  adanya  persamaan pendapat  antara kedua  belah pihak mengenai kemerdekaan  itu. Persamaan pendapat  antara kedua belah pihak  juga menonjol  dalam masalah  pembangunan ekonomi yang sedang berlangsung  di masing-masing  negara, terutama  dalam kaitan  dengan penapaian keadilan sosial  yang lebih besar.

Sementara  itu, dalam pertemuan  dengan presiden Soeharto  di Istana  Merdeka  siang ini, Menteri   Dalam  Negeri. Amirmachmmud ,telah  membahas masalah  penyelewengan subsidi  desa dan tindakan yang telah  diambil untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah menghadap  Kepala Negara, Amirmachmud  menjelaskan  kepada para wartawan  bahwa sebagai akibatt darri praktek korupsi itu, beberapa  orang kepala  desa telah diberhentikan dari jabatan mereka.

Rabu, 3 Maret 1976

Menteri  perdagangan  dan Industri  Kanada  Donald  C Jamieson, diterima  Presiden Soeharto  selama  satu jam  di Cendana  pagi ini,  pada kesempatan  itu Kepala Negara  mengatakan kepada  tamunya  bahwa  pemerintah  Indonesia  menyambut  baik adanya  usaha  untuk  meningkatkan  hubungan  dagang  antara kedua  negara, sebab peluang untuk itu memang terbuka lebar. Dalam hubungan ini presiden mengharapkan agar  para pengusaha  Kanada  dan Indonesia  berusaha  untuk mencapai  dua sasaran . Kedua  sasaran  itu adalah, pertama,  pengembangan perdagangan  itu sendiri,  dan  kedua, peningkatan  keahlian  pengusaha  Indonesia  dalam  bidang perdagangan  internasional.

Oleh karena  Kanada  merupakan  Ketua  Konferensi  Paris  mengenai Kerjasama  Ekonomi  Internasional,,pada kesempatan itu  pula  Kepala Negara  mengemukakan  harapanya  agar  konferensi  tersebut  dapat  mempersempit  jurang  pemisah  yang ada sekarang di antara negara kaya  dan negara miskin. Diharapknnya agar negara-negara yang sedang membangun dan banyak menghasilkan bahan  mentah  tidak  dirugikan  didalam  perdagangan  internasional, melainkan  diberikan  hak-hak  mereka secara adil.

Dalam rangka meluruskan  sejarah , pagi ini  bertempat  di Jalan  Irian  presiden Soeharto  memberikan  penjelasan  sekitar  kelahiran  Supersemar. Sebagaimana  yang  telah  diketahui masyarakat, di bekas  kediamannya  itulah  ia menerima  Supersemar  sepuluh tahun yang lalu. Menurut  Kepala Negara  keterangan tersebut  diberikannya  agar tidak  terjadi  salah tafsir  atau salah  pengertian  atas kejadian  itu, terutama  untuk generasi  yang tidak  mengalaminya  sendiri.
Ikut hadir  dan  menyaksikan  penjelasan  Jenderal Soeharto  hari ini adalah  para pelaku  yang terlibat  langsung  dalam  proses  kelahiran  Supersemar, yakni  Jenderal  Amirmachmud (kini  Menteri dalam  Negeri ) dan  Jenderal  M Jusuf  (kini Menteri  Perindustrian ), Juga  tampak  hadir  Menteri  Penerangan Boediardjo. Kepala Pusat  sejarah  ABRI, Nugroho Notosusanto, dan Asisten Menteri/ Sekretaris Negara, G Dwipayana.

Kamis, 3 Maret 1977

Dalam pidatonya  pada pembukaan  rapat kerja  departemen  Luar Negeri  dengan kepala  perwkilan  republik Indonesia  di seluruh dunia  yang diadakan  di Istana Negara  pagi hari ini, presiden Soeharto  menandaskan  bahwa  diplomasi yang dijalankan  Indonesia  senafas  dengan pola tata  krama  diplomasi  internasional. Dibekali  dengan  keteguhan  hati dan kepercayaan pada diri sendiri, dan  tidak  bersikap “gagah-gagahan “ atau “radikal-radikalan”. Untuk  itu semua  diperlukan kemampuan  untuk  menguasai masalah-masalah  yang dihadapi bangsa  dan tanah air. Mengenai  masalah-masalah  internasional  serta  pengaruhnya melaukan  diplomsi yang aktif dan dinamis. Ia  juga  meminta  kepada  Menteri  Luar Negeri untuk mengusahakan  penyempurnaan  Komunikasih dalam rangka  mengefektifkan  komunikasi  antara  Pemerintah  dankeduatan-keduataan di luar negeri.

Sabtu, 3 Maret 1979

Dalam suasana  hujan, pukul 07.25 pagi ini presiden Soeharto bertolak dari Lamuna Halim Perdanakusuma menuju  Yogyakarta. Diantara  rombongan presiden  tampak beberapa  orang  menteri antara lain. Menko Kesra Surono,  Menhankam/ Pangab M Jusuf, Menteri sosial Sapardjo, menteri  pertambangan  dan Energi  Subroto, dan Menter/ Sekertaris Negara,  sudharmono. Setiba  di Yogyakarta  dalam suasana  hujan  dan kabut, kepala Negara  besert rombongan  menuju  ke Batur, dengan menggunakan  dua Helikopter AURI, untuk meninjau daerah bencana alam Sinila.Selain meninjau  lokasi bencana  gas bercun dan tempat  penampungan pengugsi,  kepala Negara  juga  berziarah kekuburan massal  para korban. Di pekuburan ini presiden soeharto menabur bunga  dan  memanjatkan  doa bagi 142 korban yang  dikuburkan penduduk.

Selasa, 3 Maret 1981

Presiden soeharto  menetapkan  mulai tahun  1981  akan  diberlakukan  harga  pembelian  gula. Harga  baru tersebut  akan ditetapkan  pada akhr bulan  Maret  ini , dan akan  dilaksanakan  pada awal  bulan berikutnya. Demikian  dikatakan oleh Menteri  Pertanian  Sudarsono  setelah  menghadap  presiden  di Bina Graha  pagi ini.  Menteri  Sudarsono  melaporkan kepada kepala Negara  mengenai langkah-langkah  yang telah diambil untuk meningkatkan produksi  tebu,  guna meningkatkan  produksi gula  melalui  rehabilitasi  pabrik-pabrik  gula  yang sudah  ada.  Sebagian  dari pabrik-pabrik  tersebut  terdapat  di pulau Jawa  dan sebagian  lagi terdapat  atau  dibangun  pemerintah diluar Jawa.

Pagi ini, di tempat  yang sam,  presiden Soeharto  juga  menerima  Menteri  Muda Urusan Pemuda  dan Olah Raga, Dr.Abdul  Gafur. Usai bertemu  presiden Gafur  mengatakan   bahwa pemerintah akan mengadakan  mobilisasi  pemuda bagimkeperluan  pembagunan . kegiatan  ini akan  diatur secara koordinatif.

Senin, 3 Maret 1986

Pengembangan  perkebunan  dengan  pola  PIR  yag dikaitkan  dengan  program  transmigrasi  akan diselenggarkan  melalui  kerjasama  sembilan menteri  di bantu  Gubernur  Bank  Indonesia  dan ketua  BKPM. Kebijaksanaan  ini  tertuang  dalam Instruksi  presiden  No. 1 tahun 1986 yang  dikeluarkan  pada  hari ini . proyek  PIR-trans  merupakan  sebuah paket pengembangan  wilayah yang utuh. Paket  ini terdiri  atas komponen  utama  yang meliputi  pembangunan  perkebunan  inti lahan dan kebun plasma  serta pembangunan pemukiman  yangterdiri  atas  lahan  perumahan  dan pekarangan. Sedangkan  komponen  penunjang  meliputi  pembangunan prasarana umum.

Selasa, 3 Maret 1987

Melalui  Keputusan  presiden, No.015/TK/1987, presiden Soeharto hari ini memutuskan  untuk menganugerahkan Bintang  Gerilyan kepada Nyonya Siti Harina Soeharto, penganugerahan ini didasarkan  atas jasa-jasnya  yang luar  bias denan menunjukan keberanian, Kebijaksanaan, dan kesetiaan dalam berjuang dan berbakti  terhadap negara  bangsa selama  perjuangan fisik mempertahankan  kemerdekaan RI.

Jam 15.00 sore ini, presiden dan Ibu Soeharto menyambut kedatangan tamu negara dari republik Tanzania, presiden Alhaj Ali Hassan Mwinyi dan Nyonya Siti Abdallah  Mwinyi, dengan satu upacara  kebesaran militer di halaman Istana Merdeka. Tampak hadir  dalam acara  ini antara lain wakil presiden dan  ibu Umar Wirahadikusumah, para menteri dan pejabat  lembaga-lembaga tinggi negara, serta para duta besar negara-negara sahabat. Setelah upacara  penyambutan resmi selesai, presiden dan Nyonya  mwinyi mengadakan kunjungan kehormatan kepada  presiden dan Ibu Soeharto di ruang Jepara Istana merdeka. Kemudian  tuan rumah mengantarkan  kedua tamu mereka ke wisma Negara.

Pukul  16.00 sore ini presiden Soeharto dan presiden Alhaj Ali Hassan Mwinyi mengadakan pembicaraan empat mata di Istana Medeka. Dalam pembicaraan tersebut,,presiden Tanzania antara lain menyataan terutama  pengembangunan peranian.

Sementara  itu presiden  soeharto menjelaskan  mengenai  persoalan Timor Timur. Dikatannya  bahwa  selama ini masih ada saja  negara yang masih salah tanggap, padahal Indonesia tidak pernah menduduki atau menjajah Timor Timur, teapi justru membebaskanya  dari penjajahan  portugal. Masalah ini diangkat  oleh presidenSoeharto  dalam  pertemuan tersebut, karena sampai kini, di forum PBB, Tazania  belum mendukung  Indonesia. Dengan penjelasan ini diharapkan Tanzania  akan bersikap lebih baik lagi.

Untuk  menghormati  Presiden Alhaj Ali Hassan  Mwinyi  dan Nyonya  Sitti  Abdallah Mwinyi.  Malam  ini presiden  dan Ibu Soeharto  menyelenggarakan  jamuan santap  malam kenegaraan  di Istana  Negara.

Dalam  pidato pada  jamuan santap  malam kenegaraan  itu, presiden  Soeharto menyatakan rasa  gembiranya  menyaksikan kemajuan-kemajuan  yang  telah dicapai kedua  negara  dalam mempererat  hubungan  dan kerjasama antara kedua  bangsa dan negara, terutama  di bidang  politik  dan ekonomi. Dikatannya  bahwa  hubungan persahabatan  dan kerjasama  itu tumbuh dan berkembang diatas  prinsip-prinsip yang  dijunjung tinggi  bersama, yaitu bahwa semua bangsa saling  menghormati  keduatan kerjasama konstruktif untuk kebaikan bersama.

Pada bagian lain pidatonya , presiden Soeharto menegaskan  kembali pendirian Indonesia yang tidak pernah ragu-rafu mendukung  setiap perjuangan melawan penjajah. Dikatannya bahwa  Indoneia selalu berpihak dari barisan negara-negara Afrika  dalam perjuangan  membebaskan  diri dari penjajahan, khusunya  dalam masalah Nambia  dan politik  aprtheid di Afrika Selatan. Indonesia  juga selalu  berdiri  di  barisan bangsa memperoleh hak-hak yang sah.

Sabtu, 3 Maret 1988

Dalam sidang  paripurna  ke- 6 MPR  hari ini fraksi-fraksi  Karya  Pembangunan. Utusan Daerah, ABRI, dan PDI menyatakan  menerima  baik naskah  GBHN sumbangan  pikiran presiden Soeharto yang di susun  oleh “Team Sembilan”. Fraksi  Persatuan Pembangunan juga menyatakan dapat  menerima  naskah  tersebut , tetapi  dengan “catatan” pernyataan ini disamping  oleh fraksi-fraksi tersebut dalam pemandangan umum masing-masing.

Sabtu, 3 Maret 1990

Berada  di Riau  pagi ini,presiden  dan Ibu  Soeharto  menghadiri  acara  peresmian  pengembangan  lapangan minyak  Duri. Dalam  pengembangan  ini PT  Caltex  Pacipic  Indonesia  menggunakan  sistem  injeksi yang dapat meningkatkan  hasil yang diperoleh  sampai  tujuh  kali lipat jika dibandingkan dengan penggunaan  sistem  Konversional seperti selama ini.

Dalam  sambutannya Kepala Negara menyatakan  kegembiraanya  karena lapangan minyak ini akan mampu  menghasilkan 300.000 barel  perhari; tingkat produksi  ini merupakan seperlima  dari produksi minyak kita. Peningkatan produksi ini sangat penting  artinya, sebab justru dicapai  pada saat kondisi  minyak Indonesia  berada  pada masa kritis. Dikemukakan  oleh presiden  bahwa menjelang khir abad  ini Indonesia  mulai  menghadapi  masalah  energi,yaitu  mempertahankan kemampuan dalam  mencapai  tingkat produksi  yang tinggi  untuk memenuhi  kebutuhan  sendiri  dan ekspor, sebab  kekayaan  kita akan minyak bumi tidak terbatas.

Lebih jauh dikatakan  presiden  bahwa peningkatan penggunaan  minyak bumi yang sejalan dengan  meningkatnya taraf hidup rakyat  tidak dapat  dicegah. Tetapi prnggunaan  energi  yang boros  dan tidak efisien  haruslah dicegah. Penghematan  energi haruslah dilakukan secara  sungguh-sungguh,  baik  oleh instansi  pemerintah maupun dunia  usaha  dan kalangan  masyrakat  umumnya. Cara yang ditempuh dalam penghematan ini ada dua cara, yaitu  penganekaragaman  energi  dan penghematan  pemakaian  minyak yang jumlahnya  seperlima  dari kebutuhan  kita. Akhirnya  kita juga yang menggunakan kekayaan alam untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

 Minggu, 3 Maret 1991

Pagi ini di Nusa Dua, Bali, presiden  Soeharto meresmikan  berbagai  sarana  pariwisata. Tampak hadir  dalam acara  peresmian itu, Sultan Hassanal  Bolkiah  dari Brunei  Darussalam,  peranan Menteri  Malysia  Mahathir   Mohamad, dan  Perdana Menteri Singapura Goh Chok Tong.Dalam  amanatnya, kepala Negara  mengatakan  bahwa betapapun  pentingnya  kepariwisataan  bagi  pembangunan,  namun kita  harus tetap  meletkannya  dalam  kerangkan besar  pembangunan  bangsa kita. Tujuan  pembangunan  kita adalah  untuk membangun  masyarakat  maju, sejatera,adil  dan makmur yang  tetap berkpribadian  sendiri.  Ini  antara lain berarti  bahwa bertambah  banyaknya  arus  wisatawan  asing  yang masuk  ke negeri  kita tidak  boleh sampai menggoyakan  nilai-nilai  kehidupan  yang kita anggap luhur.

Ditegaskanya  bahwa  bagi kita ,  kesenian dan kebudayaan  mempunyai kaitan yang erat dengan kehidupan kerohanian  masyarakat. Untuk tujuan apapun, kita tidak pernah akan mengorbankan  nilai-nilai  kerohanian  kita sebab tanpa itu kita menghancurkan  makna  kehidupan kita  sendiri.
Pukul 19,00 malam ini, presiden Soeharto  membuka Konferensi  Internasional mengenai Negara-negara  ASEAN  dan perekonomian  Dunia di Hotel  Nusa Indah, Bali. Pertemuan ini antara lain dihadiri oleh  PM Mahathir Mohammad, PM Goh  Chok Tong, bekas Menteri Luar Negeri  Henry Kissinger, dan ketua Komite Jepang-Indonesia, Michio Watanabe serta sejumlah tokoh dari berbagai negara.

Dalam pidato pembukaannya, Kepala Negara  mengatakan  bahwa  untuk lebih memanfaatkan peluang  yangtimbul, dan  menangkal  dampak  negatif perkembangan  ekonomi dunia  secara  bersama-sama, kekuatan  dan ketangguhan  ASEAN  perlu  didayagunakan  dengan  sebaik-baiknya. Untuk itu kita perlu meningkatkan kerjasama  intra- ASEAN  dan antara ASEAN  dengan mitra-mitra lainya. Dengan  itu diharapkan terciptanya  kerjasama  yang konstuktif serta lebih tepat  dan menarik  dalam berbagai kegiatan  termasuk perdagangan, investasi, industrialisasi, alih teknologi dan  pengembangan  sumber daya manusia. Usaha untuk memperkuat  kerjasama  yang telah ada perlu  ditingkatka, sambil memikirkan  cara-cara pendekatan  baru dan mencari terobosan-terobosan baru  dalam  menciptakan kerjsama ekonomi intra-ASEAN yang lebih berarti dan efektif.

Selasa, 3 Maret 1992

Presiden  dan Ibu Soeharto pagi ini meresmikan proyek  Bantua  presiden Listrik Tenaga Surya Masuk Desa Acara ini berlangsung di desa Gondosari, Kecamattan  Punung,  Pacitan Jawa Timur. Proyek energi surya di bangun oleh BPPT  ini dipasang  di 230  buah rumah di Kecamatan Punung, untuk  keperluan penerangan radio dan televisi. Proyek yang sama telah dipasang  di 12 kecamatan  di seluruh Indonesia dengan sejumlah unit seluruhnya sebanyak  3.000. unit-unit  tersebut  dipasang tanpa  menggunakan jaringan  transmigrasi  ataupun  jaringan distribusi.

Mencanangkan program kelistrikan baru  itu, kepala  negara  mengatakan  bahwa salah satu tantangan  besar yang kita  hadapi  dalam bidang  kelistrikan adalah memenuhi  kebutuhan masyarakat kita yang terpencar-pencar. Khusus untuk masyarakat  pedesaan  tantangan  itu tidak  mudah diatasi, karena masalahnya  jauh lebih rumit. Kerumitan  itu disebabkan  oleh letak desa yang sangat  terpencil. Namun, bagimanapun  juga kita harus berusha  memenuhi kebutuhan Listrik rakyat  kita. Tempat  juga  kita harus  berusaha memenuhi kebutuhan listrik rakyat kita. Tempat tinggal mereka tidak berkesempatan  menikmati  tenaga  listrik . kita harus berikhtiar  mencari jalan bagaimana  menyediakan  tenaga listrik  bagi  seluruh rakyat. Untuk  itu kita  harus mencari  sumber  daya  energi  yang mudah didapat di desa-desa, yaitu berupa  energi mikro, energi biomassa energi nangin, dan energi surya.

Rabu, 3 Maret 1993

Dalam sidang  paripurna MPR  hari ini  Fraksi golongan  Karya  melalui pidato  pemandangan  umumnya yang di bacakan oleh H Ismail Hassan menyebutkan nama Soeharto  dan Try  Sutrisno, masing-masing  sebagai  calon presiden  dan wakil presiden  untuk  masa bakti  1993-1998. Demikian pula Fraksi  ABRI  melalui juru bicaranya  Toni Hartono  dan juga fraaksi-fraksi  lainya  menegaskan niat dan tekad  mereka  untuk mencalonkan  Jenderal (purn) Soeharto  sebagai  presiden  dan  jenderal purn) Try Sutrisno sebagai wakil presiden.


penyusun, Lita