PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 16 Maret 1966 - 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Rabu,16 Maret 1966

 Sehubungan  dengan  pemberitaan  oleh  pers  luar negeri  bahwa  di Indonesia  telah  berlangsung kudeta terhadap  kekuasaan  Presiden  Soekarno  memperingatkan pera asing  agar  tidak memmbuat tafsiran-tafsiran  mengenai tugas yang dibebankan  oleh presiden kepadanya. jenderal soeharto  membantah  keras  adanya  kudeta  itu,  sebab  presiden  Soekarno  tetap pada  fungsinya  sebagai  presiden/ panglima  ABRI/pemimpin  besar Revolusi / Mandataris MPRS.

Hari ini para mahasiswa  dan pelajar  mengatakan  aksi  di  DPR-GR  Mereka menyampaikan  tuntutan agar 24  orang  menteri  dipecat dari  kabinet. Dr. Subandrio, Dr.J  Leimena, Dr, Chairul  Saleh, Astrawinata.SH, Jusuf Muda  Dalam, Drs,Surjadi, Sutomo Matropradoto, Ir. Suhadi reksowardojo, Armunanto, Ir, setiadi, Ir. Surachman, Drs.  Achadi, prof.Dr Prijono,Drs. sumardjo, Achmadi, sadjarwo SH, sudibjo, Omar Dhani, Oei Tjoe Tat, I Gusti  Subamia, dan Asmara  Had. Dari gedung DPR-GR mahasiswa  dan pelajar  itu kemudian bergerak ke semua departemen yang menterinya termasuk dalam  daftar  hitam  mereka. Mereka  mencoba  untuk  mengambil-alih departemen  tersebut.

Semua  bekas  anggota  organisasi  masanya  diwajibkan untuk segera  melaporkan  diri  kepada  pepelrada setempat .Hari ini  merupakan pelaksanaan Instruksi  Panglima  Tertinggi  ABRI  No. 1/3/1966. Demikian  diumumkan oleh pangdam  V/Jaya Brigjen. Amirmachmud  selaku papelrada Jakarta Raya  dan sekitarnya.
ketua  Majelis  permusyawaratan  Tertinggi  (MPT)  partai Islam  Perti TS  Mardjohan, mengatakan  bahwa  " di pundak Soeharto  dipikulkan  tugas  mulia". Ia  karena  presiden  "Seumur Hidup"  tidak mungkin  berbuat  demikian  selama  beliau masih hidup, dan  bahwa  Supersemar  memerintahkan  pengembannya  untuk  menjamin  ajaran-ajaran  Pemimpin  Besar  Revolusi  dan tidak  menympang  dari padanya.


Senin, 16 Maret 1970

Presiden  dan Ibu Tien Soeharto  beserta  rombongan  bertolak  ke Kuala Lumpur  untuk  memulai  kunjungan  kenegaraan  selama  tujuh hari  di Malaysia  mempunyai  arti  khusus, sebab inilah  pertama  kalinya  seorang  kepala  Negara  Indonesia  berkunjung  ke negara  itu. setiba di lapangan  udara  Subang, Kuala Lumpur, sore  ini Presiden  dan Ibu Soeharto  beserta rombongan  disambut  oleh Timbalan  yang  Dipertuan  Agong  Malaysia, sultan  dan Sultana  kedah,  karena  Yang  Dipertuan Agong  sedang sakit.

Dalam  jamuan makan malam  yang di selenggarakan  oleh Timbalan  Yang di Pertuan Agong  untuk menghormati  presiden  Soeharto  beserta rombongan, presiden  menggarisbawahi  apa  yang dikemukakan  oleh kepala Negara  Malaysia  bahwa  tiada  suatu kekuatan  pun  dapat  memutuskan  ikatan persaudaraan  antara  kedua bangsa  itu. disamping  itu presiden  Soeharto  juga mengharapkan  ia dapat  bertukar  pikiran dengan  para  pemimpin Malaysia  mengenai  masalah-masalah  bersama  yang akan  mendorong  saling  pengertian, memeperat hubungan  dan kerjasama  yang  saling  mengntungkan  antara  kedua  negara.

Kamis, 16 Maret  1978

Ketua DPP Golkar, Amir Murtono, menjelakan kepada TVRI malam ini bahwa keluarga besar Golongan Karya, Fraksi ABRI dan Fraksi Utusan Daerah telah sepakat untuk mencalonkan soeharto sebagai calon tunggal untuk  jabatan presiden yang akan datang, sedangkan Adam Malik dicalonkan sebagai calon tunggal untuk jabatan Wakil Presiden. Selanjunya dikatakan bahwa malam itu mereka telah menghadap secara resmi kepada jenderal (Purn.) Soeharto untuk meminta kesediaannya, demikian pula halnya dengan Adam Malik. Amir Murtono juga mengatakan bahwa calon ketua DPR/MPR sampai saat ini belum diputuskan Golkar dan diharapkan dapat diumumkan hari Minggu yang akan datang.

Jum’at 16 Maret 1979

Presiden Soeharto, selaku Ketua Yayasan Dharma Bakti Sosial, pukul 09.30 pagi ini  menyerahkan bantuan perumahaan kepada 35 anggota ABRI Yang menderita catat golongan II, eks Operasi Seroja. Penyerahan rumah-rumah  yang merupakan penyerahan gelombang kedua ini berlangsung dikompleks Wisma Seroja, Bekasi, jawa barat. Setelah upacara penyerahan itu selesai, presiden dan ibu Soeharto melakukan peninjauan keliling kerumah-rumah yang dibuat dari beton ringan dan dirancang sendiri oleh Presiden itu.

Dalam kata sambutannya, presiden mengatakan bahwa rumah-rumah yang diserahkannya itu tidaklah sebanding dengan pengorbanan para anggota ABRI. Tetapi, demikian dikemukakannya, dengan pemberian ini yayasan Dharmanis turut serta meringankan beban Departemen Hankam yang belum bisa mencukupi kebutuhan anggota ABRI dan beban kepala keluarga.
Khusus kepada warga ABRI yang telah catat, Presiden menyatakan keyakinannya bahwa mereka tidak akan catat mentalnya dan lebih kuat serta dapat menjadi contoh bagi mereka yang tidak catat.

Senin, 16 Maret 1981

Jam 09.30 pagi ini, bertempat di Cendana, Presiden Soeharto menerima Menteri Luar Negeri  Rumania, Stefan Andrei. Dalam pertemuan ini telah dilakukan tukar pikiran mengenai keadaan dunia dewasa ini, disamping mengenai peningkatan hubungan ekonomi antara kedua negara. Pada kesempatan itu Presiden menegaskan bahwa peranan yang dapat disumbangkan negara-negara non-blok ialah menunjang politik perdamaian dan kebebasan, kerjasama dan saling pengertian internasional.

Presiden Soeharto menginstruksikan agar kepada para pemegang HPH, terutama yang telah mendirikan industri plywood, diberikan jatah kayu bulat, sehingga dengan demikian nilai ekspor akan meningkat. Instruksi ini disampaiakan kepada menteri pertanian Sudarsono Hadisaputro yang menghadap presiden di Cendana siang ini. Dalam pertemuan itu, menteri Sudarsono melaporkan tentang pelaksanaan SKB Tiga menteri yang mengatur pengendalian ekspor kayu. SKB itu dimaksudkan untuk mengembangkan industri perkayuan, dimana persediaan didalam negeri diperbesar,  sehingga harga terjangkau oleh masyarakat, tetapi juga untuk , mengendalikan ekspor kayu bulat.
 

Sabtu, 16 Maret 1985

Presiden  Soeharto  pagi ini di Bina Graha  menerima  Dr W  Dekker, pemimpin  NV  Philips  Internasional. Seusai  pertemuan, Dr Dekker  mengatakan  bahwa  pemerintah  RI  telah  membentuk  suatu team penilai yang terdiri para ahli  yang bertugas  menentukan  sistem  telekomunikasi yang baik dan efisien  untuk  Indonesia. Dikatakan  juga  bahwa  menurut  presiden  pembangunan  telekomunikasi  merupakan prioritas  utama  dan perlu,  sehingga  harus dilakukan  dengan cara  yang efisien.

Sementara  itu, Menteri  wakaf  dan Urusan  Islam  Yordania,  Kamil Syarief, melakukan  kunjungan  kehormatan  kepada  presiden Soeharto  di  Bina Graha. Dalam  kunjungan  tersebut  ia menyampaikan  surat pribadi Putera  Mahkota  Kerajaan Yordan, Pangeran  Hasan,  pada Kesempatan itu  telah  pula  dibicarakan  masalah-masalah  dan situasi  yang dihadapi  dunia Isalam  baik  di Asia  Tenggara  maupun  Timur Tengah, disamping  masalah-masalah bilateral.

Pukul 11,00 pagi ini, Gubernur  Sulawesi Tenggara, Ir Alala,  menghadap  Kepala Negara  di Bina Grah. Gubernur  Alala menghadap untuk menyampaikan  laporan  tentang  perkembangan  pembangunan  di provinsi yang  dipimpinnya. menanggapi laporan  tersebut,  Presiden  berpendapat  bahwa  pembangunan di daerah  Sulawesi  Tenggara  perlu digalakan. Untuk  itu presiden memyarankan kepada Gubernur  Alala agar mencoba semua metoda dan teknik pendekatan sehingga  dapat  dicapai hasil yang lebih baik.

Sabtu, 16 Maret 1991

Bertempat  di Bina Graha, pagi  ini  kepala Negara menerima  sekitar 100 orang peserta   Seminar TNI-AU  1991.  Seminar  tersebut  telah  berlangsung  di Bandung  tanggal  12-14  Maret  dan  diikuti  302  orang peserta. Mereka  membahas  masalah pentingnya  peranan ilmu pengetahuan  dan teknologi dalam PJPT-II.

Dalam  amanatnya, presiden mengatakan bahwa  dalam  usaha menguasai ilmu pengetahuan  dan teknologi kita memang  harus  belajar  dan mungkin juga harus mengambil nilai-nilai dari luar. Namun  nilai-nilai  dari luar itu harus kita  saring  sebaik-baiknya  untuk kita gunakan   demi memperkuat dsn memperkaya  nilai-nilai  Pancasila  yang kita  anggap  luhur.
Dengan  melaksanakan  pembangunan  kita memang ingin membangun  masyarakat  kita menjadi masyarakat  yang modern. Tetapi  kita juga  bertekad  bahwa dalam kemoderenan  itu masyarakat  kita harus  tetap masyarakat  Indonesia dan kita tetap  manusia Indonesia.

Penyusun Intarti Publikasi Lita,SH.