PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 25 Oktober 1965 - 25 Oktober 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Senin, 25 Oktober 1965

Dalam amanatnya pada pelantikan beberapa pejabat baru AD dalam rangka penggantian terhadap perwira tinggi yang telah menjadi korban kebiadaban G-30-S/PKI, manpangad jenderal soeharto mengatakan bahwa kita telah memaklumi tujuan dari gerakan kontra-revolusi G-30-S/PKI yang dapat kita gagalkan itu, yakni pertama menghancurkan potensi utama dari tubuh AD. Mereka baranggapan bahwa dengan membunuh putera utama AD, mereka akan dapat melumpuhkan AD, yang mereka pandang sebagai perintang utama dalam usaha mereka untuk merebut kekuasaan negara. Tetapi mereka salah hitung; pukulan tersebut justru membangkitkan kembali semangat untuk mengagalkan dan melumpuhkan niat dan tujuan mereka. Selanjutnya dikatakan oleh jenderal soeharto bahwa waktu sudah mendesak untuk segera mengkonsolidasikan tubuh AD.

Selasa, 25 Oktober 1966

Ketua presidium kabinet ampera/menutama hankam/menpangab jenderal soeharto dalam sambutannya tertulis pada ulang tahun pertama berdirinya KAMI dihalaman FK-UI, jakarta. menyatakan bahwa dalam perjuangannya, KAMI tidak luput dari berbagai cobaan dan fitnah. Untuk itu perlu diadakan koreksi ke dalam; oleh sebab itu menyatakan agar pengamalan negatif ataupun positif ditinjau kembali secara mendalam. Dan dalam Orde baru hendaknya KAMI menghindari bentrok fisik dan konfrasi.

Rabu, 25 Oktober 1967

Dalam rapat umum di lapangan Karebosi, Makassar, sebelum bertolak ke Manado, Pejabat Presiden mengemukakan bahwa sekarang tibalah masanya bagi bangsa Indonesia untuk bekerja keras dan mengabdi kepada Ampera demi terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Selain itu Jenderal Soeharto juga mengingatkan bahwa masa 22 tahun merdeka, yang seharusnya merupakan waktu untuk mengisi kemerdekaan, tidak dipergunakan sebagaimana mestinya oleh Orde Lama. Oleh karena itu Orde Baru lahir dan mengoreksi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan Orde Lama, demi pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni.

Setiba di Manado dalam rangka kunjungan kerjanya ke Sulawesi Utara, Jenderal Soeharto telah disambut ribuan rakyat di lapangan Sparta. Pada kesempatan itu Pejabat Presiden menyatakan bahwa walaupun belum menerima laporan resmi, tetapi telah melihat adanya usaha-usaha kongkrit yang dilaksanakan di daerah ini untuk mengambil bagian dalam melaksanakan tugas-tugas Kabinet Ampera, yaitu Dwi Dharma dan Catur Karya.

Senin,25 Oktober 1971

Hari ini di Bina Graha Presiden Soeharto menerima bintang dan pelawak terkenal dari AS, Dabby Kaye, yang sedang berada di Indonesia dalam rangka pembuatan film dokumenter untuk UNICEF. Dalam kesempatan itu Presiden telah menjelaskan yentang perkembangan anak-anak dan pemuda yang memang menjadi titik perhatian Danny Kaye dalam kegiatannya di UNICEF.

Kamis, 25 Oktober 1973

Presiden Soeharto hari ini menyerahkan zakat fitrah berupa 100 to beras kepada masyarakat di Ibukota. Lima ton dari beras itu secara langsung diserahkan oleh Kepala Negara kepada lebih kurang fakir miskin yang telah datang memenuhi wisma Tamu atas undangan Masjid Baiturrahim yang terletak dalam kompleks Istana. Sisa dari beras zakat Fitrah Presiden itu akan dibagi-bagi melalui kelima walikota DKI Jakarta.

Selasa, 25 Oktober 1977

Hari ini berlangsung sidang dewan Stabilasasi Ekonomi Nasional di Bina Graha yang dipimpin langsung oleh Presiden Soeharto. Dalam sidang presiden menyerukan kepada penduduk daerah daerah yang dilanda kekeringan dewasa ini untuk tidak usah gelisah, karena pemerintah sudah siap dengan langkah langkah penanggulangannya. Terungkap didalam sidang bahwa ada lima daerah yang memerlukan perhatian khusus akibat dari musim kering yang berkepanjangan, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Nusa Tenggara barat. Di kelima daerah itu terdapat 272 kecamatan yang paling menderita, dan kepala penduduk di kecamatan tersebut, Bulog telah menyediakan beras ( setara beras ) sebanyak 7.200 ton, sebagai pinjaman. Juga diadakan penambahan 163 proyek padat karya, disamping proyek padat karya yang telah ada. Bagi penduduk yang tidak mampu bekerja, departemen sosial menyediakan bantuan 3.400 ton beras ( setara Beras ) dan bantuan ini sudah mulai disalurkan.

Selain itu, bulog diinstruksikan presiden untuk melaksanakan operasi pemasaran yang meliputi 0,5 juta ton beras; jumlah ini diperkirakan akan cukup samai bulan maret atau pertengahan April 1978. Disiapkan pula penyediaan bibt padi oleh departemen pertanian, penyediaan mobil peningkatan Kredit Candak Kulak.

Pemerintah juga menetapkan bahwa sumbangan rehabilitasi cengkeh (SRC) yang sebelumnya Rp100,- per kilogram, mulai tanggal 26 Oktober 1977 dinaikan menjadi Rp300,-. Dengan kenaikan maka tidak dibenarkan lagi diadakannya pungutan-pungutan lainnya. Sedangkan uang yang sudah dikumpul dari SRC sebelumnnya harus diserahkan kedapa daerah serta diadministrasikan dan digunakan untuk membangun daerah serta di adminitrasikan dan digunakan untuk pembangunan daerah.

Presiden juga meminta kepada para menteri untuk mempersiapkan tindakan lebih lanjut guna mewujudkan peningkatan kerjasama dalam bidang ekonomidan perdagangan dengan negara-negara timur tengah sebagai hasil perlawatan presiden. Antara lain perlu tanggapan terhadap kesediaan kuwait untuk membangun penyunlingan meinyak di pulau batam dan terhadap Arab saudi yang besar dalam membangun proyek alimunium di pulau bintan.

Rabu, 25 Oktober 1978

Bertempat di istana merdeka, pukul 10.00 pagi ini presiden soeharto menerima surat kepercayaan dari duta besar iran yang baru, Parviz safinia. Dalam pidato balasan terhadap pidato duta besar Safinia, kepala negara membenarkan bahwa hubungan persahabatan antara indonesia dan iran telah meningkat, baik yang bersifat bilateral maupun di forum-forum internasional. Hubungan yang demikian dimungkinkan oleh adanya persamaan-persamaan pandangan yang mendasar diantara kedua negara. Demikian antara lain dikatakannya oleh presiden.

Sabtu, 25 Oktober 1980

Presiden soeharto memberikan bantuan empat buah bis dan sebuah bis mini kepada ITB. Kepala biro proyek bantuan presiden siang ini menyerahkan bantuan tersebut kepada Gubernur Jawa Barat, Aang Kunaefi, di bandung. Oleh Gubernur aang kuenafi bis-bis tersebut langsung diserahkan kepada pejabat Rektor ITB Prof. Dr. Dody Tisnaamidjaja.

Selasa, 25 Oktober 1983

Presiden dan ibu soeharto hari ini di istana negara mengahadiri acara penyerahan hadiah epada kelompok tani pemenang perlombaan insus untuk musim tanam 1982-1983. Dalam yang dihadiri oleh kurang lebih 350 undangan itu, presiden soeharto secara simbolis telah menyerahkan hadiah dua kelompok tani, yaitu kolompok tani lestari dari kabupaten Bantul ( yogyakarta ) dan kelompok tani sumber karya tani dari kabupaten Tuban ( jawa Timur ). Piala bergilir untuk lomba bimbingan insus diberikan oleh presiden kepada satuan pembina Bimas daerah Tingkat I jawa barat. Sementara  itu ibu soeharto juga menyerahkan hadiah kepada wanita tani dari kedua kelompok tani tersbut.

Pada kesempatan itu, menteri muda urusan peningkatan produksii pangan telah melaporkan tentang perkembangan insus. Dilaporkan bahwa insus yang mulai dilaksanakan sejak tahun 1979, pada tahun 1982 telh mencapai luas 3,61 juta hektar atau 48,3% dari jumlah areal intensifikasi. Dalam tahun 1983 sampai dengan bulan september tercataat luas insus telah meningkat menjadi 3,89 juta hektar atau 52% dari luar intensifikasi seluas 7,476 juta hektar. Jumlah kelompok tani yang ada mencakup 196 ribu keluarga tani, dimana 124 ribu keeluarga tani sudah dikukuhkan.

Sabtu, 25 Oktober 1986

Selama satu jam lebih, mulai pukul 11.00 presiden mengadakan pertemuan dengan sejumlah menteri di Bina Graha. Para menteri yang hadir dalam dalam rapat ittu adalah menko Ekuin, Ali Wardhana, menteri/ketua Bappenas, sumarlin, menteri perdagaangan a.i., Bunstanil Arifin, menteri muda UP3DN, Ginanjar Kartasasmita, Gubernur Bank indonesia, arifin siregar, menteri/sekretaris negaraa, sudharmono, dan menteri muda/sekretaris kabinet, Moeerddiono.

Hasil dari pada pertemuan itu adalah dikeluarkannya sejumlah kebijakan baru mengenai perdagangan, moneter, dan penanaman modal. Kebijaksanaan ini merupakan tindak lanjut dari devaluasi dan kebijaksanaan ekonomi lain yang telah ditetapkan tahun 1983.

Presiden menyetujui bahwa areal bekas pelabuhan udara kemayoran digunakan untuk lokasi perumahan  rumah susun, pekan raya jakarta, perkantoran, dan sarana umum lainnya. Persetujuan tersebut diberikan kepala negara kepada team pengelola bekas kompleks kemayoran yang mennghadapnya di Bina Graha siang ini. Team yang diketuai menteri/sekretaris Negara sudharmono, itu terdiri dari anggota, antara lain, menteri muda UP3DN, Ginanjar Kartasasmita, menteri negara pelabuhan rakyat, cosmas batubara, Gubernur DKI jakarta, suprapto, pangdam jaya, meyjen, sugito, dan jenderal cipta karya, sunaryoko.

Jum’at, 25 Oktober 1991

Pagi ini bertempat di istana merdeka, presiden soeharto mengadakan pembicaraan empat mata dengan PM Vo Vaan Kiet. Dalam pembicaraan yang berlangsung selama lebih kurang dua jam itu kedua kepala negara itu telah membahas berbagai masalah baik yang bersifat bilateral, regional maupun internasional. Pada waktu yangg bersamaan berlangsung pula [embiraca pada tingkat menteri dan pejabat kedua negara, yang meembahas masalah-masalah kerjasama, termasuk dalam bidang perdagangan, pertanian, dan keluarga berencana.

Sumber : Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1 - 6