PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 25 Juli 1966 - 25 Juli 1990

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Senin, 25 Juli 1966
Presiden Soeharto bersama Letjen. Soeharto telah berhasil menyusun Kabinet Ampera.  Kabinet ini telah terdiri atas 24 departemen dan dibagi atas 5 bidang, yaitu pertahanan dan keamanan, politik, kesejahteraan rakyat, ekonomi dan keluwarga, serta industeri pembangunan. Setiap bidang dipimpin oleh seorang menteri utama (menutama). Kelima menutama tersebut adalah Letjen. Soeharto untuk bidang pertahanan dan keamanan, Adam malik untuk – bidang politik, KH Idham Chalid untuk bidang kesejahteraan rakyat, Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk bidang ekonomi dan keuangan, dan Sanusi Hardjadinata untuk bidang industeri  dan pembangunan. Kelima menutama tersebut merupakan Presidium yang di pimpin oleh seorang menutama, yang dalam hal ini ialah Letjen. Soeharto. Program Kabinet ailah Dwi-Dharma ( kestabilan politik dan kesetabilan ekonomi) dan catur-Karya ( sandang-pangan, pemilihan umum, politik luar negeri yang bebas dan aktiv, dan melanjutkan perjuangan melawan nekolin). Hal ini merupakan sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIII tahin1966. Susunan lekap Kabinet Ampera, dengan dilihat dalam Lampiran VII.
Pengumuman tentang pembentukan Kabinet Ampera segera medapat reaksi dari kesatuan-kesatuan aksi. Musyawarah kesatuan-kesatuan aksi Jaya-Raya dalam pernyataan yang di tandatangi oleh ketuanya. Harjono Tjitrosubono SH, meyatakan rasa kecewa bahwa Letjen Soeharto tidak langsung memimpin Kabinet Ampera. dalam pandangan kesatuan-kesatuan aksi tersebut, Kabinet ampere ini baik dari segi struktur maupun personalianya tidak. Sejiwa dengan Kettapan MPRS No. XIII/1966. Oleh karena itu, mereka berpendapat bahwa secara keseluruhan cabinet tersebut tidak dapat di terima.
Mengatisipasi reaksi yang demikian. Pemegang ketetapan MPRS NO. XIII/1966, Letjen Soeharto, melalui siaran radi dan TVRI menerangkan bahwa pembentukan Kabinet Ampera merupakan usaha untuk melaksanakan ketetapan MPRS. Menurut Jenderal Soeharto, Kabinet ini merupakan tuntutan raktyat membentuk dalam melaksanakan tugasnya. Rakyat diminta oleh Jenderal Soeharto untuk mengadakan pengawasan dalam bentuk kritik yang membangun.

Rabu, 25 Juli 1973
Presiden soeharto mengajukan agar para pengusaha swasta memiliki visi yang modern, sehingga cara-cara berusaha pun menjadi modern pula. Anjuran tersebut dikemukakan Kepala Negara ketika menerima Ketua Kadim, Suwoto Sukendar, di Bina Graha pagi ini : demikian di ungkapa Ketua Kadin itu kepada para wartawan setelah ia diterima Presiden.

Kamis,  25 Juli 1974
Presiden Soeharto Pagi ini melakukan peninjauan ke darmaga Sindang Laut di Tanjung Priuk. Sebelum menunjau, Kepala Negara telah menyerahkan masing-masing kapal pantai kepada Daerah Istimewa Aceh dan Sumatera Barat. Kapal yang bernama “ Simeulu” yang berbobot mati 360 Dwt itu diserahkan kepada Gubernur Aceh, A Muzakki Walad yang Bernama “ Nan Tongga” dengan bobot mati yang sama, diserahkan kepada Gubernur Sumatra Barat Drs. Harun Zain.
Dalam amanat singkatnya, Presiden mengharapkan agar kapal-kapal tersebut dapat dimanfaatkan dan dipelihara dengan baik. Dijelaskannya banwa penggunaan kapal-kapal tersebut terutama untuk memperkuat armada niaga daerah, disamping untuk memperkuat armada niaga Nasional.

Jum,at, 25 Juli 1980.
Presiden  Soeharto  merasa  bangga  karena  produksi  beras Indonesia  tahun 1979 mencapai sekitar  18 juta ton,  malahan  ada tanda -tanda  bahwa produksi  tahun  1980  akan meningkat  lebih tinggi  lagi. Pernyataan  tersebut  dikemukakan Kepala Negara  pada  acara buka puasa bersama  di Istana  Negara malam ini.
Lebih  jauh dikatakan  oleh Presiden kita dalam meningkatkan  produksi pangan  ini merupakan salah satu tugas nasional yang teramat  penting dalam mensukseskan   Repelita III.Dikatakannya  pula  bahwa  peningkatan  produksi  tidak  saja  bertujuan  untuk memenuhi kebutuhan pangan sendiri,tetapi  juga merupakan kunci penting  dari keberhasilan pembangunan.  Peningkatan produksi pangan  diharapkan  mengurangi  impor,pangan, dan ini berarti  mengurangi  devisa  yang berjumlah ratusan juta  setiap tahunnya.

Sabtu, 25 Juli 1981.
Pagi ini di Istana  Merdeka,Presiden  Soeharto  menerima  surat  kepercayaan  Duta Besar  Suriah untuk Indonesia,  Nadim  Douay. Dalam  pidato balasannya, Presiden Soeharto  mengatakan  bahwa  seluruh umat  manusia  mendambakan perdamaian  dunia. Namun dunia kita dewasa ini  masih penuh dengan  berbagai  ketegangan,yang  disebabkan  antara lain  oleh pertarungan antara kepentingan kekuatan-kekuatan  besar  dunia, yang menjadikan  negara-negara  lain  sebagai  ajang  perebutan pengaruh.karena  itu sangat  penting tekad  dari semua negara,  terutama negara-negara yang sedang berkembang,untuk berpegang teguh  kepada  prinsip menentukan  dan mengurus masa depannya sendiri.dan tidak membiarkan dirinya  dipengaruhi  oleh  kekuatan-kekuatan  dari luar.
Ditegaskan oleh Presiden  bahwa bertolak dari prinsip inilah  maka sejak  semula Indonesia mendukung tanpa ragu perjuangan yang sah  dan adil  dari rakyat  Palestina untuk menetukan masa depannya sendiri dan mendukung perjuangan sahabat-sahabat Indonesia  di Timur Tengah dalam melawan  agresi Israel.
Bustanil Arifin selaku bendahara yayasan Dharmais,pagi ini di Istana Merdeka  memberikan  laporan  kepada Presiden Soeharto,selaku ketua yayasan tersebut.Dilaporkannya  bahwa dalam  tahun 1981/1982 Yayasan Dharmais  telah memberikan  bantuan  sebesar  Rp  1,678 milyar bagi   23;266 warga  dari 358   panti asuhan.Panti Wherda, yayasan  penampungan  cacat, dan sekolah luar biasa di seluruh Indonesi. Selain  itu juga  telah diberikan  bantuan  satu pasang  pakaian  bagi masing-nasing  warga panti asuhan dalam  menghadapi lebarann mendatang.

Senin, 25 Juli 1983.
Jam 09.00 pagi ini bertempat  di Bina  Graha, Presiden Soeharto  menerima  Menteri  sosial, Ny.Nani  Sudrsono, Direktur Jenderal pertambangan  Umum, Prof  Dr  JA, Ny. Katili, dan Direktur  Jenderal Bantuan Sosial, Harun  Alrasyid. Mereka meninjau korban  letusan Gunung Colo  serta  banjir di Luwuk  dan Toli-Toli, di Sulawesi Utara  tengah.  Sebaga reaksi  terhadap  laporan tersebut,Kepala Negara menginstruksikan  Menteri  Sosial  untuk  meneliti  lebih lanjut  akibat  yang ditimbulkan  oleh meletusnya  Gunung Colo yang terletak  di Pulau  unauna dan termasuk kabupaten  poso  itu, Juga diperintahkan   agar  kekuatan ABRI   dikerhkan  untuk  menanggulangi  bencana-bencana  alam yang  dialami  oleh  rakyat  Sulawesi  Tengah. Dalam rangka  penanggulangan  akibat   bencana alam itu, Menteri  Sosial  ditugaskan untuk mempersiapkan  kembali  pemukiman para pengungsi, bila  perlu  dengan cara transmigrasi.

Rabu, 25 Juli  1984.
Presiden Soeharto  mengatakan  bahwa masalah  yang paling mendesak  dan harus  ditangani semua  bansa sekarang ini  adalah  usaha perbaikan  taraf hidup dan kesejateraan  sebagian besar  umat  manusia. Masalah  itu hanya  dapat dilakukan secara terpadu oleh semua bangsa, baik yang maju maupun yang sedang membangun. Demikian dikatakan Kepala Negara ketika menerima surat kepercayaan Duta Besar Republik Peru, Dr  Furtonato  Isasi  Cayo,  di Istana  Merdeka  pada pukul  09,00 pagi ini.
Lebih jauh  Presiden  mengatakan bahwa  dalam hubungan itulah  kerjasama antara negara-negara  yang sedang  membangun  makin  dirasakan perlunya untuk mewujudkan  Tata Ekonomi  Dunia  Baru. Dalam  rangka  itulah  terasa  pentingnya  kerjasama  antara  Indonesia dan Peru,  baik  sebagai  sesama negara anggota Non- Blok maupun  dalam  kelompok  77.
Pukul  10.00 pagi ini, dalam suatu  upacara  yang berlangsung  di Bina Graha, Presiden Soeharto meresmikan lapangan minyak  Lalang,Dumai, yang terletak  di pantai timur laut Sumatera. Peresmian yang dilakukan dari jarak jauh  ini telah  dimungkinkan  oleh pemanfaatan  komunikasih  modern yang sekarang dimiliki Indonesia.  Dari Bina Graha .Presiden  dan segenap undangan dapat melihat secara langsung kegiatan  dilokasi yang terletak  ribuan kilometer  dari Jakarta. Diantara  lebih  kurang 300 undangan  yang hadir  dalam acara tersebut tampak  Menteri Pertambangan dan Energi, Subroto, dan Direktur  Utama  Pertamina  AR Ramly.
Dalam  pidatonya, Kepala   Negara  mengambil kesempatan  itu untuk menegaskan  bahwa  tidak  ada perubahan  dalamkebijaksanaan  penanaman modal  asing  di Indonesia. Dikatakannya , walaupun  Indonesia  akan menciptakan suasana  yang mendorong  investasi  dikalangan  masyarakat  sendiri,tetapi secara realitas kita menyadari  bahwa Indonesia masih memerlukan  modal  asing  lebih  banyak  mengalir  ke mari.
Pukul 17.00 sore ini,Presiden Soeharto  menerima  Ketua PLO,Yasser Arafat,di Istana  Merdeka.  Setiba  di pelabuhan  udara  internasional  Halim perdana kusuma,Yasser Arafat  dan rombongannya  langsung menuju  Istana Merdeka.
Dalam Pertemuan  dengan Arafat, Presiden didampingi  oleh  Menteri  Luar Negeri  Mochtar Kususmaatmadja  dan  Menteri  Muda/  Sekertaris  Kabinet  Moerdiono . Dalam kesempatan ini Presiden Soeharto  menegaskan kembali  dukungan  indonesia terhadap  perjuangan rakyat Palestina  untuk  memperoleh  kemerdekaannya ,karena  hal itu merupakan hal yang prinsipil   dan secara politis  sesuai  dengan UUD 1945.  Demikian dikemukakan Presiden kepada pemimpin PLO.

`Kamis, 25 Juli 1985.
Presiden  Soeharto  pagi ini,  pada jam  09.00  menerima Menteri Muda Urusan  peningkatan  penggunaan  produksi  Dalam  Negeri Ginandjar  Kartasismita, Gubernur  DKI  Soeprapto,  dan  Menteri  Perindustrian Hartarto. Kedatangan mereka adalah  untuk  melaporkan  mengenai  persiapan  Pameran Produksi Indonesia (PPI) 1985.
Pada kesempatan itu  Presiden  mengharapkan  agar  pameran  itu  dapat  mempertebal  tekad  untuk  mandiri, sehingga  menjadi  kebanggaan  masyarakat  untuk menggunakan  produksi  dalam negeri,Presiden juga  menekankan agar bantuann luar  negeri  baik yang bersifat  multilateral  maupun bilateral  harus  dapat  di manfaatkan  untuk membeli  barang-barang  produksi dalam negeri.

Senin, 25 Juli 1988.
Pukul  09.00 pagi ini, Presiden Soeharto  membuka  Rapat  kerja  Departemen  Perdagangan  dalam suatu  upacara di Istana Negara.Dalam amanatnya  Kepala Negara  antara lain  mengatakan  bahwa  deregulasi  dan debirokratisasi  sama  sekali  bukan  liberalisasi.Dijelaskannya  bahwa dalam pembangunan bangsa kita  pada umumnya  dan pembangunan  ekonomi khususnya, secara ideologi  kita  telah menegaskan  bahwa kita  tidak akan meluncur  kearah  liberlisme,kita  telah  menegaskan bahwa  memperhatikan  hukum-hukum ekonomi  nasional,tetapi  kita tidak  membiarkan  semuanya  berjalan  semata-mata  ditentukan  oleh kekuatan-kekuatan  ekonomi  nasional  kita  terjun dalam pertarungan  bebas  yang  dapat  saling mematikan.
Ditegaskan  oleh Presiden  bahwa  yang kita  lakukan menggalang  semua kekuatan ekonomi  nasional  kita  agar  dapat  tumbuh  dan sehat.  Dalam menggalang  kekuatan ekonomi  nasional  ini mutlak  adanya  keterpaduan  arah dan kegiatan di semua  sektor. Sektor yang satu  harus merupakan penunjang  bagi  tumbuhnya  sektor-sektor  yang lain. Keterpaduan  itu jelas antara kekuatan-kekuatan  sektor  negara, sektor swasta,  dan koperasi.
Pada jam 10.00 pagi ini. Selama  hampir dua jam, Presiden   Soeharto mengadakan pembicaraan  dengan Pangeran  Sihannouk  di Istana  Merdeka.  Pembicaraan antara kedua pemimpin  itu bersifat  tukar pikiran  tentang  langkah-langkah  yang seharusnya  ditempuh  untuk mensukseskan  pelaksanaan  Jakarta  Informal  Meeting  yang  pada  saat ini tengah  berlangsung  di Istana Bogor.

Rabu, 25 Juli 1990.
Pagi ini, bertempat di  PT  Matshusita  Gobel  Battery  Industry  di Jakarta Timur,Presiden  dan Ibu Soeharto meresmikan 297 pabrik  yang tersebar  di delapan  provinsi. Pabrik –pabrik  yang  diresmikan itu meliputi  120 pabrik  baru dan 159  perluasan  pabrik;  investasi  seluruhnya  berjumlah  sekitar Rp 1,19  triliun  dan  U$$ 177 ,59  juta. Dari 297 pabrik  itu terdapat  110  pabrik  tekstil , 81  pabrik kimia hilir  dan 88  pabrik alat listrik  dan logam, yang tersebar  di DKI  Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,  Bali,  Kalimantan, Sumatera Selatan  dan Sumatera Utara.
Menyambut peresmian  itu, Kepala Negara  mengatakan  bahwa  bahwa sebagian  dari pabrik-pabrik  yang diremikannya  hari ini  menghasilkan  alat-alat listrik, barang-barang logam,sepeda, kacamata ,jam dan lain-lain dikatakannya  bahwa  cabang industri  seperti  yang  padat  karya.peluang  ini perlu kita manfaatkan  sebaik-baiknya  terutama  untuk menciptakan  lapangan kerja baru  dan untuk meningkatkan  ekspor  non-migas.
Lebih  jauh  dikatakannya  bahwa  cabang industri  ini kita  diharapkan akan berkembang  lebih cepat lagi, dengan  adanya  pabrik-pabrik  yang  menghasilkan  komponen-komponen  barang-barang  tadi. Kebutuhan barang –barang  ini  di dalam  negeri  juga akan terus meningkat sejalan  dengan bertambah baiknya tingkat  kehidupan  masyarakat kita.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Punyusun : Rayvan Lesilolo