PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Harapan Presiden Soeharto Terhadap Masyarakat disampaiakan Pada Peresmian Pasar Klewer.

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
RABU, 9 JUNI 1971

Setelah meresmikan Tugu Monumen Sri Mangkunegoro l di makam Raja-raja Mangadeg, siang ini di Surakarta, Presiden Soeharto meresmikan Pasar Klewer yang baru saja selesai pembangunannya. Memberikan amanat tanpa teks pada peresmian itu, Presiden antara lain menanggapi lontaran-lontaran yang ada dalam masyarakat sekarang ini. Dikatakannya bahwa masih ada sementara pemimpin yang menyuarakan bahwa mereka akan berjihad jika pemilihan umum nanti tidak dimenangkan. Menanggapi hal itu, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa “saya peringatkan dari sekarang bahwa pemerintah dan Angkatan Bersenjata akan menghadapi maksud dari suara tersebut bersama-sama rakyat”. Disamping tidak dapat mengerti bahwa masih ada pemimpin-pemimpin yang bersikap sedemikian, Presiden juga mengatakan bahwa ia menilai ucapan itu sebagai usaha untuk mengundang kekacauan dan pemberontakan. Kepada pemimpin-pemimpin itu Presiden menyerukan agar lebih sabar dan tidak menghasut rakyat.

Masalah lain yang juga ditanggapi oleh Presiden pada kesempatan itu adalah yang menyangkut pelaksanaan pembangunan. Dalam hubungan ini Presiden mengungkapkan keyakinannya akan berhasilnya usaha-usaha pembangunan yang dewasa ini tengah berlangsung. Untuk keberhasilan pembangunan itu Presiden mengharapkan adanya keamanan, persatuan dan kesatuan. Disinggung pula soal kredit-kredit yang diterima oleh lndonesia. Tentang kredit ditegaskannya bahwa semua kredit digunakan untuk pembiayaan pembangunan, dan tidak ada yang digunakan untuk hal-hal seperti pembelian senjata, pembangunan proyek-proyek mercusuar atau untuk keperluan rutin. Juga ditegaskannya bahwa hasil-hasil dari berbagai bidang usaha, seperti kehutanan, pertambangan, dan lain sebagainya, memberikan jaminan bahwa segala utang yang dibuat Indonesia akan dapat dibayar kembali.

Selanjutnya dikatakan bahwa masyarakat adil dan makmur hanya bisa terwujud bilamana kita melakukan serangkaian pembangunan di segala bidang. Menurut keyakinannya, masyarakat adil dan makmur itu benar-benar akan terbentuk bilamana kita membangun dan mengembangkan industri yang didukung oleh pertanian yang kuat.

Pembangunan dalam pertanian tidaklah terlalu amat sulit karena beberapa prasarana telah kita miliki. Akan tetapi untuk melaksanakan pembangunan industri, banyak prasarana yang belum kita punyai.

Untuk membangun industri, kita mutlak memerlukan modal yang tidak hanya rupiah, melainkan juga devisa untuk memasukkan mesin-mesin dan barang modal lainnya. Disamping itu kita juga memerlukan skill. Tanpa semua itu, kita tidak bisa mengembangkan industri. Selain itu kita juga harus menguasai teknologi.

Setelah itu mengubah bahan mentah menjadi bahan baku industri, tahap berikutnya ialah kita harus mendirikan industri yang bahan bakunya telah kita sediakan menjadi barang jadi. Dalam tahap berikutnya lagi, kita akan mengembangkan industri yang sanggup membuat mesin-mesin guna menjamin kelangsungan industri yang sudah ada dan mebuat industri yang baru.

Begitulah kita memerlukan tahapan-tahapan itu. Kalau setiap tahap kita memerlukan waktu lima tahun, maka untuk lima tahap, kita memerlukan waktu 25 tahun. Dalam waktu sepanjang itu, kita baru akan sampai pada landasan yang penting, yaitu perkembangan industri dan industri yang seimbang. Pada waktu itu barulah ada jaminan untuk memulai mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Dikatakan pula oleh Presiden bahwa ada tiga unsur pokok yang mewakili rakyat dalam kehidupan ekonomi kita. Ketiganya adalah unsur produsen, konsumen, dan pemberi jasa. Ketiga unsur ini harus bekerjasama dengan sebaik-baiknya, dengan berpegang pada prinsip “mengangkat derajat rakyat sebagai produsen, dan melindungi rakyat sebagai konsumen”.

Akhirnya Presiden mengajak rakyat untuk memperbesar pengabdian kepada kepentingan umum, negara dan bangsa. Ia menunjuk pada kata-kata yang tertulis pada tugu monumen Sri Mangkunegoro l, di Mangadeg, yaitu “Tri Dharma” (Tiga Pengabdian): Rumangsa melu handarbeni (merasa turut memiliki), wajib melu hangrungkebi (wajib ikut membela dan memelihara), dan mulat sarira hangrasawani (berani menginstropeksi diri sendiri). Tidak ada jeleknya kita berpegang pada falsafah itu dalam memperbesar rasa pengabdian kita kepada bangsa dan negara Republik lndonesia, yang kita proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang bercita-cita mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Publikasi, Lita.SH