PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah, 15 Juni Sekian Tahun yang Lalu

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,

Sabtu, 15 Juni 1968
Presiden Soeharto membuka Jakarta Fair 1968 yang diadakan dalam rangka HUT kota Jakarta ke-441, bertempat di Lapangan Monas. Dalam sambutannya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa Jakarta Fair harus dilihat dari segi dinamikanya, dan penting bagi instrospeksi dan perbandingan dari produksi industri dan hasil bumi kita, sehingga kita bisa meningkatkan mutu dan memperbanyak hasil. Selain itu berfungsi sebagai tempat pendidikan serta tempat rekreasi bagi penduduk Jakarta.

Senin, 15 Juni 1970
Kembalinya Piala Thomas ke Indonesia membawa tanggungjawab yang lebih berat bagi kita. Hal ini dikatakan Presiden Soeharto ketika menerima Tim Thomas Cup yang baru saja kembali ke tanah air. Kemudian Presiden mengingatkan bahwa tiga tahun lagi piala ini diperebutkan kembali, maka adalah kewajiban kita untuk mempertahankannya.  Oleh karena itu persiapan dan pembinaan tunas-tunas muda sudah harus dilakukan dari sekarang.
Bertempat di Hotel Indonesia, Presiden secara resmi membuka Festival Film Asia ke-16. Dalam sambutannya Presiden mengatakan bahwa ia sangat menghargai usaha-usaha utnuk mempererat hubungan di antara bangsa-bangsa Asia melalui film. Festival film ini, menurut Presiden, akan merupakan kekuatan penggugah kembali bangunnya kegiatan film dan dorongan bagi Indonesia untuk membuat film-film lebih baik.

Selasa, 15 Juni 1971
Dalam sidang sub-Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional, Presiden menginstruksikan Menteri PUTL Dr. Sutami untuk segera mengambil langkah-langkah memproduksi bahan-bahan bnagunan yang kuat tapi murah harganya dengan memanfaatkan kerjasama teknik dengan negara-negara yang sudah berpengalaman seperti Belgia.

Sementara itu Menlu Adam Malik melaporkan tentang kunjungannya ke Republik Demokrasi Jerman, Cekoslowakia, Polandia dan Rumania dalam rangka penyelesaian utang-utang Indonesia. Dengan selesainya utang tersebut, maka diharapkan hubungan ekonomi atas dasar non-diskriminatif akan terbuka lebar.

Dalam pada itu Presiden menginstruksikan Menteri Pertanian untuk membentuk task force dalam rangka memberantas hama belalang sexava di Sulawesi Utara. Satgas ini memanfaatkan peralatan Hankam, seperti pesawat terbang dari AURI dan lain-lain. Sebagaimana diketahui hama belalang menyerang tanaman seperti kelapa, sagu, salak, dan pisang.

Kamis, 15 Juni 1972
Presiden Soeharto meresmikan PLTD di Bengkulu, dalam amanatnya Presiden mengatakan bahwa kapasitas terpasang pada tahun 1973/1974 nanti akan bertambah sebesar 425.000 KW. Ini berarti satu peningkatan sebesar 65% dibandingkan dengan tahun 1969. Juga dikemukakannya bahwa dalam Pelita I ini lebih dari 9% anggaran pembangunan, yaitu sekitar Rp 100 milyar, diperuntukkan bagi pembangunan kelistrikan saja.

Selasa, 15 Juni 1976
Memimpin Sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional, Kepala Negara menggariskan ketentuan-ketentuan tentang pemanfaatan rumah-rumah sederhana yang dibangun oleh Perumnas. Ketentuan-ketentuan itu adalah, rumah-rumah tersebut diutamakan untuk mereka yang berpenghasilan rendah dan benar-benar memerlukan rumah. Lalu, syarat pembayarannya ialah dengan sewa beli yang ditekan serendah mungkin sehingga sesuai dengan kemampuan masyarakat. Terakhir, ongkos bangunan dan penyiapan tanah tidak dikenakan bunga bank.
Rabu, 15 Juni 1977
Presiden Soeharto memerintahkan untuk terus membangun perumahan untuk buruh-buruh pelabuhan yang dalam masa tiga tahun akan dibangun lagi sebanyak 27000 unit rumah. Dalam hubungan ini Dirjen Perhubungan Laut mengadakan persetujuan dengan perusahaan-perusahaan asuransi Jiwasraya dan Yayasan Dana Sosial untuk membangun perumahan dan peningkatan kesejahteraan buruh.

Kamis, 15 Juni 1978
Presiden yang didampingi Ibu Tien Soeharto meresmikan proyek irigasi Tabo-tabo di Pangkajene Sulawesi Selatan. Proyek irigasi ini mula-mula dibangun dengan gotong royong oleh rakyat setempat dibawah pimpinan Bupati, dan kemudian dilanjutkan dengan biaya dari Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan. Akhirnya proyek ini diselesaikan oleh Pemerintah Pusat.. Kemhyataan bahwa proyek ini dimulai oleh rakyat setempat bersama Bupati itu sangat menghatrukan dan dihargai oleh Presiden.

Jum’at 15 Juni 1979
Presiden Soeharto mengatakan bahwa karena sebagian besar golonga ekonomi lemah terdiri atas golongan pribumi, maka apabila kebijaksanaan mendorong ekonomi lemah menyangkut sebagian besar golongan probumi, ini tidak berarti bahwa Pemerintah bertindak diskriminatif, melainkan untk terciptanya keadilan sosial yang pada gilirannya akan memperkuat persatuan dan kesatuan nasional. Dalam hubungan ini golongan ekonomi kuat tetap memiliki kesempatan untuk turut mengembangkan sumber-sumber alam Indonesia bagi kepentingan rakyat Indonesia. Dikatakan lebih lanjut bahwa yang harus diusahakan adalah mendorong dan memberi kesempatan yang lebih luas bagi yang masih lemah, dengan bantuan, dorongan dan pengertian dari yang lebih kuat dengan tetap menumbuhkan kekuatan-kekuatan ekonomi nasional secara keseluruhan.

Sabtu, 15 Juni 1991
Presiden dan Ibu Tien Soeharto membuka Jambore Nasional Gerakan Pramuka Tahun 1991, yang berlangsung di bumi perkemahan Wiladatika, Cibubur, Jakarta. Jambore ini diikuti oleh 22000 Pramuka dari seluruh tanah air, selain 500 pandu dari negara0negara ASEAN, AS, Australia dan Persatuan Pandu Puteri Dunia. Acara pembukaan ini ditandai dengan penandatanganan sampul hari pertama perangko seri Jambore Nasioanla 1991.

Dalam amanatnya, Kepala Negara mengajak para Pramuka untuk berperan aktif melestarikan lingkungan hidup. Dikatakan oleh Presiden bahwa negara kita dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Pemurah dengan kekayaan alam yang melimpah, baik yang ada di bumi dan di lautan, baik yang berupa flora maupun mineral dan bahan tambangnya. Semua karunia ini harus kita syukuri, yaitu dengan memanfaatkannya utnuk sebesar-besar kesejahteraan hidup bangsa. Namun juga kita harus ingat, bahwa semua itu perlu kita pelihara dan lestarikan. Dengan demikian Tuhan Yang Maha Kuasa akan memberikan kenikmatan yang lebih besar lagi.

Penyusun : Gani Khair