Sabtu, 21 September 1968
Presiden
Soeharto bertempat di Istana Merdeka telah menerima dan bertukar pikiran dengan
pimpinan Forum Swasta Nasional. Dalam perjumpaan ini telah dibicarakan berbagai masalah ekonomi, seperti peranan
pengusaha swasta nasional dalam pembangunan ekonomi. Presiden mengharapkan agar
pengusaha-pengusaha swata nasional yang bergabung dalam Forum Swasta Nasional
dapat bekerjasama dengan organisasi-organisasi swasta lainnya seperti Kadin dan
IBC. Dengan demikian dapatlah tecipta potensi swasta yang kuat dan bermanfaat
bagi masyarakat seluruhnya, demikian Presiden.
Senin, 21
September 1970
Dalam sidang
paripurna kabinet hari ini Presiden Soeharto telah menerima laporan dari
beberapa menteri tentang stabilisasi tinggkat harga. Dalam hubungan ini
Presiden Soeharto menginstruksikan kepada semua menteri untuk terus-menerus
mengawasi pelaksanaan proyek-proyek Pelita secara efektif. Kepada para Menteri
diminta agar dalam melaksanakan peninjauan sebaiknya secara mendadak dan jangan
besar-besaran, sebab dapat menimbulkan beban daerah dan proyek yang ditinjau.
Selasa, 21
September 1971
Pukul 10.00 pagi
ini di Bina Graha telah berlangsung sidang Sub-Dewan Stabilisasi Ekonomi yang
dipimpin oleh Presiden Soeharto. Sebagai hasil persidangan hari ini ialah berupa
instruksi Presiden untuk meningkatkan usaha pembatikan dalam rangka peningkatan
ekspor tekstil. Untuk itu Presiden meminta agar usaha pembatikan tidak saja
dilakukan pada kain mori, tatapi juga pada kain-kain jenis lainnya yang disukai
oleh pasaran. Instruksi Presiden ini dikeluarkan sebagai tanggapan terhadap
laporan Menteri Perindustrian mengenai kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh
industri tekstil.
Sampai sekarang
ini ekspor tekstil telah dilakukan ke Jepang dan negar-negara Afrika. Oleh
sebab itu Presiden juga menginginkan juga adanya penekanan pada sales promotion, sehingga ekspor bisa
lebih meningkat lagi. Jenderal Soeharto menganjurkan agar sales promotion ini tidak saja memamerkan hasil-hasil batik dan
tekstil, akan tetapi juga berusaha untuk dapat memenuhi permintaan akan hasil
itu. Dalam hal ini ia meminta agar para pengusaha batik turut aktif dalam usaha
promosi.
Kamis, 21
September 1972
Dalam kunjungan
kerjanya di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, hari ini
Presiden menyerukan agar rakyat Indonesia bekerja giat untuk mencapai
kemakmuran dan untuk generasi yang akan datan. Presiden mengingatkan mereka
bahwa kemakmuran tidak akan datang begitu saja dari langit, tatapi harus
diperoleh dengan kerja keras.
Sabtu,
21 September 1974
Menteri Tenaga
Kerja, Transmigrasi dan Koperasi, Subroto, Menteri Pertambangan, Mohammad
Sadli, dan Ketua BKPM, Barli Halim, menghadap Presiden Soeharto pagi ini di
Bina Graha. Usai pertemuan, Menteri Subroto mengatakan kepada pers bahwa mereka
telah membahas persoalan tenaga asingdalam bidang perminytakan dan gas bumi
dengan Kepala Negara. Dalam hubungan ini dalam wakti dekat Pemerintah akan
mengeluarkan peraturan khusus, Sebab masih ada bidang-bidang teknis yang belum
dikuasai oleh tenaga-tenaga Indonesia sehingga kita masih membutuhkan tenaga
asing. Ditambahkannya bahwa Presiden telah memberika petunjuk-petunjuknya
mengenai peraturan yang akan dikeluarkan itu.
Di tempat yang
sama, presiden Soeharto kemudian menerima Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Sjarif Thajeb, yang melaporkan tentang terjadinya kebakaran di laboratorium
kimia Institut Teknologi Bandung baru-baru ini. Akibat daripada kebakaran
laboratorium itu, sekarang mahasiswa tidak dapat melakukan praktet. Menanggapi laporan ini,
Kepala Negara menyatakan akan menyediakan dana untuk rehabilitasi laboratorium
tersebut. Kepada Sjarif Thajeb diperintahkannya untuk segera melaporkan
perkiraan dana yang diperlykan untuk rehabilitasi itu. Diharapkan oleh Kepala
Negara agar mahasiswa telah dapat berpraktek kembali di laboratorium mereka
dalam waktu dua sampai tiga minggu.
Selasa, 21
September 1976
Hari ini
Presiden Soeharto mengeluarkan sepucuk surat edaran yang ditujukan kepada semua
menteri dan pimpina lembaga non-departemen. Surat yang diberi nomor
B-3/Pres/9/1976 berisi :
1.
Bahwa pada akhir-akhir
ini banyak dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab kedalam
masyarakat, juga suara-suara dikalangan pers dalam maupun luar negeri, yang
seolah-olah Presiden RI telah memberikan perlakuan istimewah kepada keluarga dan
sanak saudaranya dalam melakukan kegiatan usaha dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang besar dan
mudah, sehingga dengan perlakuan demikian menyebabkan timbul rasa ketidakadilan
dalam masyarakat.
2.
Suara-suara, dan desas
desus yang menyebar dari mulut ke mulutitu tidak mengadung kebenaran.
3.
Oleh karena itu saya
tegaskan bahwa saya tidak pernah dan tidak akan pernah memberikan perlakuan
istimewah kepada keluarga dan sanak saudara saya, baik dari keluarga pihak saya
maupun dari pihak isteri saya, atau orang lain yang mengaku-ngaku sanak
keluarga saya.
4.
Sejalan dengan usaha
Pemerintah untyk mengembangkan kehidupan ekonomi yang sehat berdasarkan
perlakuan yang sama kepada semua warganegara, dengan ini saya instruksikan
secara khusus kepada para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah
non-departemen beserta seluruh aparatur pelaksanaannya untuk tidak memberikan
perlakuan istimewah kepada keluarga dan sanak saudara baik yang telah diketahui
maupun yang mengaku sebagai keluarga Presiden RI.
5.
Saya minta instruksi
ini dilaksanakan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa tanggungjawab.
6.
Para menteri dan
pimpinan lembaga non-departemen supaya meneruskan instruksi ini kepada pejabat-pejabat
pelaksana di daerah-daerah dan mengumumkan kepada masyarakat.
Kamis, 21 September
1978
Pukul 10.00 pagi
ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan
resmi dengan PM Vietnam, Pham Van Dong. Dalam pertemuan yang berlangsung selama
lebih dari dua jam itu, hadir pula Menteri Luar Negeri MochtarKusumaatmadja dan
Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono, di pihak Indonesia, serta Wakil Menteri
Luar Negeri Vietnam, Phan Hien.
Tamu negara dari
Vietnam ini mendarat di Halim Perdanakusuma pada pukul 16.00 kemarin. Satu jam
kemudian ia melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di
Istana Merdeka.
Untuk
menghormati PM Vietnam, malam ini Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan
jamuan makan kenegaraan di Istana Negara. Dalam sambutannya, Kepala Negara
mengatakan bahwa kunjungan PM Pham Van Dong adalah sangat penting dan tepat
waktunya. Dianggapnya penting, karena kunjungan ini merupakan pembuka halaman
baru bagi terjalinnya saling pengertian, tumbuhnya persahabatan dan kemungkinan
kerjasama yang bermanfaat bagi kedua negara kita. Dan dipandangnya tepat waktu,
karena kunjungan ini berlangsung justru pada saat berkembangnya
kemungkinan-kemungkinan dan kesempatan-kesempatan baru bagi kita semua di
kawasan ini.
Jum’at, 21
September 1979
Pukul 16.00 sore
ini Presiden Soeharto membuka Pekan Olahraga Asia Tenggar (Seagames) X di
Gelanggang Olahraga Senayan, Jakarta. Acara yang dimeriahkan antara lain dengan
pelepasan ribuan balon berwarna-warni ke udara dan nyanyian mars Seagames oleh
anak-anak sekolah dari DKI Jakarta itu, juga dihadiri oleh Ibu Soeharto serta
Wakil Presiden dan Ibu Adam Malik.
Rabu, 21
September 1983
Bertempat di
Cendana, pagi ini Presiden Soeharto menerima Menteri Penerangan, Harmoko, yang
datang untuk melaporkan tentang akan dilaksanakannya pendataan pesawat televisi
di seluruh Indonesia. Sehubungan dengan itu, Kepala Negara memberi petunjuk
agar pendataan pesawat televisi itu menghasilkan angka yang benar-benar sesuai
dengan kenyataan. Hal ini diingatkan oleh Presiden, karena tidaklah masuk akal
bahwa jumlah pesawat televisi yang terdaftar sampai sekarang baru berjumlah 3,1
juta buah.
Jum’at, 21
September 1984
Pukul 19.30
malam ini, bertempat di Cendana, Presiden Soeharto menerima kunjungan
silaturrahmi para sesepuh NU yang didampingi oleh Menteri Agama, Munawir
Sjadzali. Tokoh-tokoh utama Nuyang hadir dalam pertemuan tersebut adalah KH
Asaad Syamsul Arifin, KH Idham Chalid, KH Masjkur, KH Ali Maksum, KH Mahrus
Ali, KH A Sidiqi, KH Sjaifuddin Zuhri, KH Anwar Musadad, KH Ali Yafie dan H Abdurachman Wahid.
Dalam pertemuan
tersebut, para tokoh NU telah menyampaikan hasil-hasil pertemuan yang diadakan
NU baru-baru ini di Surabaya. Selain itu juga dikemukakan bahwa NU akan ikut
menciptakan suasana yang tenang dan serasi dalam masyarakat. Pada kesempatan
itu Kepala Negara menyatakan menyambut dengan gembira hasil-hasil pertemuan NU
tersebut.
Sabtu, 21
September 1985
Pada hari ini
terakhir kunjungannya di Budapest, pagi ini Presiden Soeharto dan rombongan
mengadakan peninjauan keliling ibukota Hongaria itu. Diantara obyek-obyek yang
ditinjau adalah Benteng Nelayan, dan Gereja St Matyas. Ketika mengunjungi
gereja St Matyas yang dibangun pada abad ke-13, Presiden dan Ibu Soeharto
sempat mengagumi benda-benda koleksi Museum Kesenian yang ada didalamnya. Dalam
kunjungan in Presiden telah menghadiakan sebuah ukiran kayu Jepara dan sejumlah
buku mengenai kesenian dan kebudayaan Indonesia kepada museum tersebut.
Siang ini
Presiden dan Ibu Soeharto mengakhiri kunjungan kenegaraan di Hongaria. Setelah
dilepas oleh Presiden dan Nyonya Losonczi dalam upacara perpisahan resmi di
Lapangan Lajos Kossuth, Presiden beserta rombongan lepas landas dari bandar
udara Ferihegy menuju Jenewa.
Sumber
: Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun
: Rayvan Lesilolo