PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 21 September 1968 - 21 September 1985

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,


Sabtu, 21 September 1968
Presiden Soeharto bertempat di Istana Merdeka telah menerima dan bertukar pikiran dengan pimpinan Forum Swasta Nasional. Dalam perjumpaan ini telah dibicarakan  berbagai masalah ekonomi, seperti peranan pengusaha swasta nasional dalam pembangunan ekonomi. Presiden mengharapkan agar pengusaha-pengusaha swata nasional yang bergabung dalam Forum Swasta Nasional dapat bekerjasama dengan organisasi-organisasi swasta lainnya seperti Kadin dan IBC. Dengan demikian dapatlah tecipta potensi swasta yang kuat dan bermanfaat bagi masyarakat seluruhnya, demikian Presiden.

Senin, 21 September 1970
Dalam sidang paripurna kabinet hari ini Presiden Soeharto telah menerima laporan dari beberapa menteri tentang stabilisasi tinggkat harga. Dalam hubungan ini Presiden Soeharto menginstruksikan kepada semua menteri untuk terus-menerus mengawasi pelaksanaan proyek-proyek Pelita secara efektif. Kepada para Menteri diminta agar dalam melaksanakan peninjauan sebaiknya secara mendadak dan jangan besar-besaran, sebab dapat menimbulkan beban daerah dan proyek yang ditinjau.

Selasa, 21 September 1971
Pukul 10.00 pagi ini di Bina Graha telah berlangsung sidang Sub-Dewan Stabilisasi Ekonomi yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Sebagai hasil persidangan hari ini ialah berupa instruksi Presiden untuk meningkatkan usaha pembatikan dalam rangka peningkatan ekspor tekstil. Untuk itu Presiden meminta agar usaha pembatikan tidak saja dilakukan pada kain mori, tatapi juga pada kain-kain jenis lainnya yang disukai oleh pasaran. Instruksi Presiden ini dikeluarkan sebagai tanggapan terhadap laporan Menteri Perindustrian mengenai kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh industri tekstil.
Sampai sekarang ini ekspor tekstil telah dilakukan ke Jepang dan negar-negara Afrika. Oleh sebab itu Presiden juga menginginkan juga adanya penekanan pada sales promotion, sehingga ekspor bisa lebih meningkat lagi. Jenderal Soeharto menganjurkan agar sales promotion ini tidak saja memamerkan hasil-hasil batik dan tekstil, akan tetapi juga berusaha untuk dapat memenuhi permintaan akan hasil itu. Dalam hal ini ia meminta agar para pengusaha batik turut aktif dalam usaha promosi.

Kamis, 21 September 1972
Dalam kunjungan kerjanya di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, hari ini Presiden menyerukan agar rakyat Indonesia bekerja giat untuk mencapai kemakmuran dan untuk generasi yang akan datan. Presiden mengingatkan mereka bahwa kemakmuran tidak akan datang begitu saja dari langit, tatapi harus diperoleh dengan kerja keras.

Sabtu, 21 September 1974
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi, Subroto, Menteri Pertambangan, Mohammad Sadli, dan Ketua BKPM, Barli Halim, menghadap Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha. Usai pertemuan, Menteri Subroto mengatakan kepada pers bahwa mereka telah membahas persoalan tenaga asingdalam bidang perminytakan dan gas bumi dengan Kepala Negara. Dalam hubungan ini dalam wakti dekat Pemerintah akan mengeluarkan peraturan khusus, Sebab masih ada bidang-bidang teknis yang belum dikuasai oleh tenaga-tenaga Indonesia sehingga kita masih membutuhkan tenaga asing. Ditambahkannya bahwa Presiden telah memberika petunjuk-petunjuknya mengenai peraturan yang akan dikeluarkan itu.
Di tempat yang sama, presiden Soeharto kemudian menerima Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Sjarif Thajeb, yang melaporkan tentang terjadinya kebakaran di laboratorium kimia Institut Teknologi Bandung baru-baru ini. Akibat daripada kebakaran laboratorium itu, sekarang mahasiswa tidak dapat  melakukan praktet. Menanggapi laporan ini, Kepala Negara menyatakan akan menyediakan dana untuk rehabilitasi laboratorium tersebut. Kepada Sjarif Thajeb diperintahkannya untuk segera melaporkan perkiraan dana yang diperlykan untuk rehabilitasi itu. Diharapkan oleh Kepala Negara agar mahasiswa telah dapat berpraktek kembali di laboratorium mereka dalam waktu dua sampai tiga minggu.

Selasa, 21 September 1976
Hari ini Presiden Soeharto mengeluarkan sepucuk surat edaran yang ditujukan kepada semua menteri dan pimpina lembaga non-departemen. Surat yang diberi nomor B-3/Pres/9/1976 berisi :
1.      Bahwa pada akhir-akhir ini banyak dihembuskan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab kedalam masyarakat, juga suara-suara dikalangan pers dalam maupun luar negeri, yang seolah-olah Presiden RI telah memberikan perlakuan istimewah kepada keluarga dan sanak saudaranya dalam melakukan kegiatan usaha dengan tujuan  untuk memperoleh keuntungan yang besar dan mudah, sehingga dengan perlakuan demikian menyebabkan timbul rasa ketidakadilan dalam masyarakat.
2.      Suara-suara, dan desas desus yang menyebar dari mulut ke mulutitu tidak mengadung kebenaran.
3.      Oleh karena itu saya tegaskan bahwa saya tidak pernah dan tidak akan pernah memberikan perlakuan istimewah kepada keluarga dan sanak saudara saya, baik dari keluarga pihak saya maupun dari pihak isteri saya, atau orang lain yang mengaku-ngaku sanak keluarga saya.
4.      Sejalan dengan usaha Pemerintah untyk mengembangkan kehidupan ekonomi yang sehat berdasarkan perlakuan yang sama kepada semua warganegara, dengan ini saya instruksikan secara khusus kepada para menteri dan pimpinan lembaga pemerintah non-departemen beserta seluruh aparatur pelaksanaannya untuk tidak memberikan perlakuan istimewah kepada keluarga dan sanak saudara baik yang telah diketahui maupun yang mengaku sebagai keluarga Presiden RI.
5.      Saya minta instruksi ini dilaksanakan sebaik-baiknya dan dengan penuh rasa tanggungjawab.
6.      Para menteri dan pimpinan lembaga non-departemen supaya meneruskan instruksi ini kepada pejabat-pejabat pelaksana di daerah-daerah dan mengumumkan kepada masyarakat.

Kamis, 21 September 1978
Pukul 10.00 pagi ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan resmi dengan PM Vietnam, Pham Van Dong. Dalam pertemuan yang berlangsung selama lebih dari dua jam itu, hadir pula Menteri Luar Negeri MochtarKusumaatmadja dan Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono, di pihak Indonesia, serta Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam, Phan Hien.
Tamu negara dari Vietnam ini mendarat di Halim Perdanakusuma pada pukul 16.00 kemarin. Satu jam kemudian ia melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di Istana Merdeka.
Untuk menghormati PM Vietnam, malam ini Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan makan kenegaraan di Istana Negara. Dalam sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa kunjungan PM Pham Van Dong adalah sangat penting dan tepat waktunya. Dianggapnya penting, karena kunjungan ini merupakan pembuka halaman baru bagi terjalinnya saling pengertian, tumbuhnya persahabatan dan kemungkinan kerjasama yang bermanfaat bagi kedua negara kita. Dan dipandangnya tepat waktu, karena kunjungan ini berlangsung justru pada saat berkembangnya kemungkinan-kemungkinan dan kesempatan-kesempatan baru bagi kita semua di kawasan ini.

Jum’at, 21 September 1979
Pukul 16.00 sore ini Presiden Soeharto membuka Pekan Olahraga Asia Tenggar (Seagames) X di Gelanggang Olahraga Senayan, Jakarta. Acara yang dimeriahkan antara lain dengan pelepasan ribuan balon berwarna-warni ke udara dan nyanyian mars Seagames oleh anak-anak sekolah dari DKI Jakarta itu, juga dihadiri oleh Ibu Soeharto serta Wakil Presiden dan Ibu Adam Malik.

Rabu, 21 September 1983
Bertempat di Cendana, pagi ini Presiden Soeharto menerima Menteri Penerangan, Harmoko, yang datang untuk melaporkan tentang akan dilaksanakannya pendataan pesawat televisi di seluruh Indonesia. Sehubungan dengan itu, Kepala Negara memberi petunjuk agar pendataan pesawat televisi itu menghasilkan angka yang benar-benar sesuai dengan kenyataan. Hal ini diingatkan oleh Presiden, karena tidaklah masuk akal bahwa jumlah pesawat televisi yang terdaftar sampai sekarang baru berjumlah 3,1 juta buah.

Jum’at, 21 September 1984
Pukul 19.30 malam ini, bertempat di Cendana, Presiden Soeharto menerima kunjungan silaturrahmi para sesepuh NU yang didampingi oleh Menteri Agama, Munawir Sjadzali. Tokoh-tokoh utama Nuyang hadir dalam pertemuan tersebut adalah KH Asaad Syamsul Arifin, KH Idham Chalid, KH Masjkur, KH Ali Maksum, KH Mahrus Ali, KH A Sidiqi, KH Sjaifuddin Zuhri, KH Anwar Musadad, KH Ali Yafie  dan H Abdurachman Wahid.
Dalam pertemuan tersebut, para tokoh NU telah menyampaikan hasil-hasil pertemuan yang diadakan NU baru-baru ini di Surabaya. Selain itu juga dikemukakan bahwa NU akan ikut menciptakan suasana yang tenang dan serasi dalam masyarakat. Pada kesempatan itu Kepala Negara menyatakan menyambut dengan gembira hasil­-hasil pertemuan NU tersebut.   

Sabtu, 21 September 1985
Pada hari ini terakhir kunjungannya di Budapest, pagi ini Presiden Soeharto dan rombongan mengadakan peninjauan keliling ibukota Hongaria itu. Diantara obyek-obyek yang ditinjau adalah Benteng Nelayan, dan Gereja St Matyas. Ketika mengunjungi gereja St Matyas yang dibangun pada abad ke-13, Presiden dan Ibu Soeharto sempat mengagumi benda-benda koleksi Museum Kesenian yang ada didalamnya. Dalam kunjungan in Presiden telah menghadiakan sebuah ukiran kayu Jepara dan sejumlah buku mengenai kesenian dan kebudayaan Indonesia kepada museum tersebut.
Siang ini Presiden dan Ibu Soeharto mengakhiri kunjungan kenegaraan di Hongaria. Setelah dilepas oleh Presiden dan Nyonya Losonczi dalam upacara perpisahan resmi di Lapangan Lajos Kossuth, Presiden beserta rombongan lepas landas dari bandar udara Ferihegy menuju Jenewa.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo