PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 28 Mei 1967-1988

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
MINGGU, 28 MEI 1967


Pejabat Presiden Jenderal Soeharto, dalam amanat tertulisnya pada peresmian IIP di Malang, mengemukakan bahwa pengalaman telah memberikan pelajaran kepada kita, bahwa betapapun “ahli” nya seseorang petugas, betapapun “pintar”nya seorang pejabat, namun apabila tidak disertai moralitas yang tinggi dan mental pengabdian yang kuat, maka keahlian dan kepintarannya itu dapat diselewengkan untuk kepentingan atau golongan.





RABU, 28 MEI 1969


Bertempat di Wisma Tamu Istana Merdeka jam 10.00 pagi ini Presiden mengadakan rapat dengan Panitia Penggunaan Uang Zakat, yang dibentuk berdasarkan Keppres tanggal 21 Mei 1969, dan diketuai oleh Menteri Kesejahteraan Rakyat Idham Chalid. Rapat tersebut telah membahas usaha untuk lebih meningkatkan pemasukan uang zakat dan cara-cara penggunaannya agar sesuai dengan ajaran Islam. Presiden meminta kepada panitia ini suatu rumusan tentang pedoman penggunaan uang zakat, misalnya yang mana harus lebih didahulukan apakah pembangunan rumah sakit, madrasah, atau untuk fakir miskin. Pada kesempatan itu ia mengatakan bahwa saat ini ataupun di masa-masa mendatang ia tidak akan mengambil hak amilnya berupa seperdelapan dari hasil zakat.






KAMIS, 28 MEI 1970


Hari ini sebelum mengakhiri kunjungan resminya di Washington dan berangkat menuju New York, Presiden Soeharto mengadakan pertemuan kedua kalinya dengan Presiden Nixon di Gedung Putih. Tidak ada sesuatu komunike bersama yang dikeluarkan pada akhir kunjungan resmi Presiden Soeharto di Washington.

Tiba di New York siang ini, Presiden dan Ibu Tien Soeharto disambut Sekjen PBB, U Thant, di pintu gerbang gedung PBB. Di Perserikatan Bangsa-bangsa ini Presiden Soeharto memberikan amanat di depan para wakil tetap negara-negara Asia-Afrika. Presiden Soeharto mengatakan bahwa Indonesia tetap menjungjung tinggi Dasasila Bandung, disamping menegaskan kembali politik luar negeri Indonesia yang bebas-aktif dan non-blok.






SELASA, 28 MEI 1974


Dalam kunjungannya di Kabupaten SangirTalaud hari ini, Presiden Soeharto menganjurkan agar rakyat disini dan di daerah-daerah lain di luar Jawa membentuk Badan Usaha Unit Desa (BUUD). Menurutnya dengan adanya badan-badan seperti itu, maka rakyat akan tercegah dari penghisapan yang dilakukan oleh para tengkulak dengan sistem ijonnya. Kepala Negara juga menasehatkan rakyat setempat agar menghindarkan diri dari cara-cara hidup yang boros; dianjurkannya agar mereka menabung melalui Tabanas dan Taska.

Hari iniKepala Negara juga mengunjungi Pulau Siau yang baru saja tertimpa bencana letusan gunung berapi. Di Pulau ini yaitu di desa Ulu Siau, Presiden meminta rakyat setempat untuk tetap meningkatkan produksi kelapa, meskipun daerah tersebut berada dalam kawasan gempa bumi dan gunung berapi.





SABTU, 28 MEI 1977


Presiden Soeharto mengingatkan bahwa untuk kepentingan dan keselamatan kita masa kini, maka teknologi yang terutama kita perlukan adalah teknologi yang dapat menciptakan tehnik-tehnik produksi dimana efesiensi dan penggunaan tenaga kerja berada dalam pertimbangan yang seoptimal mungkin. Sebab itu kata Presiden lebih lanjut perkembangan teknologi harus kita beri arah kepada pertumbuhan kegiatan-kegiatan yang akan menampung tenaga kerja sebanyak-banyaknya.

Presiden mengemukakan lima persyaratan yang diperlukan terhadap teknologi yang harus diterapkan di Indonesia. Pertama, ia harus tetap membuat kesempatan kerja yang banyak hingga dapat mengurangi jumlah pengangguran atau setengah pengangguran. Kedua, ia harus meningkatkan produktivitas daripada tenaga-tenaga kerja yang ada, sehingga dapat menggunakan secara lebih efisien kekuatan-kekuatan pembangunan yang masih langka kita miliki seperti modal dan keterampilan. Ketiga, teknologi harus menggunakan alat atau bahan yang sebanyak mungkin dapat kita hasilkan sendiri dan mampu kita pelihara sendiri. Keempat, teknologi harus dapat mendukung tercapainya sasaran dalam setiap tahap pembangunan. kelima, ia harus mempertinggi keterampilan kita untuk bersip-siap menggunakan teknologi yang lebih maju dikemudian hari.

Hal ini disampaikan oleh Presiden pada sambutan pembukaan konferensi Persatuan Insinyur Indonesia yang dihadiri oleh 200 peserta dari seluruh Indonesia hari ini di Istana Negara.

Presiden Soeharto selaku Mandataris MPR yang bertanggungjawab antara lain terhadap pelaksanaan pemilihan umum, menilai bahwa pemilihan umum 1977 telah berjalan dengan baik, dilakukan dengan asas langung, bebas, rahasia. Karena itu pemilihan umum 1977 itu dan hasilnya adalah sah. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Penerangan Mashuri Sabtu pagi di Istana Merdeka. Presiden sebagai Mandataris MPR telah melaksanakan pemilihan umum sebagai salah satu dari Sapta Krida, sesuai dengan peraturan perundingan yang berlaku. Karena itu, jika ada pihak yang berusaha untuk menganulir hasil pemilihan umum itu, maka itikad baiknya diragukan.





SENIN, 28 MEI 1979


Di Istana Merdeka pagi ini Presiden Soeharto dikunjungi oleh Vidoje Zarkovic, Anggota Presidium Sosialis Federasi Yugoslavia. Dalam kunjungan itu telah dibicarakan uasaha-usaha untuk menjaga kemurnian gerakan Non Blok, disamping masalah-masalah bilateral kedua negara.

Pada jam 11.00 pagi ini, usai menerima tamu dari Yugoslavia, di tempat yang sama Presiden telah pula menerima Menteri Komunikasi Pakistan, Mohyuddin Boluch, yang datang sebagai utusan khusus Presiden Pakistan, Zia UI Haq untuk Presiden Soeharto.






RABU, 28 MEI 1980


Presiden Soeharto memberikan bantuan 50 buah traktor kepada para petani Jawa Barat. Sumbangan tersebut hari ini diserahkan oleh Sesdalopbang, Solihin GP, kepada Gubernur Jawa Barat di Bandung.






SABTU, 28 MEI 1983


Presiden Soeharto di Bali sore ini meresmikan pembukaan Hotel Nusa Dua Beach. Hotel yang dibangun dengan arsitektur Bali ini memiliki 450 kamar. Pembangunannya dimulai sejak bulan September `1980 dan menghabiskan biaya sebesar US$35 juta.

Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa kita memang perlu meningkatkan pembangunan sarana kepariwisataan untuk memudakan wisatawan memasuki negara kita. Dikatakannya bahwa bidang ini merupakan bidang yang mendapat prioritas tinggi dalam keseluruhan pembangunan kita, karena kita menyadari bahwa bidang ini merupakan sarana penting untuk memperkenalkan negeri kita kepada dunia luar dan dapat memberikan manfaat sosial ekonomi yang tidak kecil.

Namun demikian, Presiden mengharapkan masyarakat menjaga agar kedatangan para wisatawan asing kemari tidak akan menggoyahkan nilai-nilai yang kita anggap luhur dan terpeliharanya kebudayaan-kebudayaan dearah. Sebaliknya, Pemerintah sendiri tidak akan mengorbankan unsur kerohanian masyarakat untuk tujuan-tujuan jangka pendek dan yang akhirnya akan mengurangi makna kehidupan kita sendiri yang luhur. Lagi pula, dengan demikian Presiden, keaslian dan ketinggian mutu kesenian itulah yang menarik orang datang dari jauh kemari.

Dalam pada itu, pagi ini Presiden telah melakukan peninjauan di Nusa Penida yang tandus itu dan beramahtamah dengan masyarakat setempat. Presiden menganjurkan agar masyarakat Nusa Penida tidak merasa khawatir atau rendah diri dengan ketandusan tanah mereka.






SENIN, 28 MEI 1984


Bertempat di Bina Graha, pada jam 10.30 pagi ini Presiden Soeharto menerima Pengurus Besar PGRI. Mereka menghadap Kepala Negara dalam rangka penyelenggaraan kongres PGRI pada tanggal 16-21 Juli yang akan datang. Kongres yang berlangsung di Jakarta itu mengambil tema “Meningkatkan peranan PGRI menyukseskan Repelita IV dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan melaksanakan wajib belajar dan pembinaan masyarakat belajar”.

Pada kesempatan itu Presiden mengemukakan bahwa selama ini pemerintah menaruh perhatian yang besar kepada guru-guru, mengingat fungsi dan peranannya penting dalam rangka memenuhi kewajiban konstitusional mencerdaskan bangsa. Kehidupan keluarga guru-guru di desa-desa dan di daerah terpencil terus menerus mendapat perhatian, misalnya dengan pemberian beasiswa dari pemerintah atau dari Yayasan Supersemar bagi anak-anak guru di daerah terpencil.

Kepada pimpinan PGRI, Presiden memintaagar organisasi profesi para guru ini berjuang terus menegakkan dan mengamankan Pancasila sebagai ideologi, dasar negara, dan pandangan hidup bangsa secara murni dan konsekuen. Juga dikatakan ole Presiden bahwa martabat dan wibawa guru tergantung kepada pribadi guru, sekalipun dalam kebudayaan kita, guru sangat dihormati. Diingatkannya bahwa guru adalah orang yang pertama dihormati setelah Tuhan Yang Maha Esa, dan Orang tua masing-masing.

Dalam pertemuan itu, Ketua Umum Basuni Suryamihardja, didampingi para pengurus lainnya, Prof. Amran Halim, Dra M Wahyudi, Drs Sudarmadji, Drs WDF Rindorindo, dan AT Sianipar SH. Selain mereka, hadir pula Ketua Penyelenggara Kongres, Achmad Djunaedi.






SABTU, 28 MEI 1988


Selama setengah jam mulai pukul 10.10, pagi ini Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan utusan PLO, Farouk Khadoumi, di Bina Graha. Utusan PLO itu berada di Indonesia selama tiga hari atas undangan Menteri Luar Negeri Ali Alatas. Dalam pertemuan tersebut, Kepala Negara kembali menegaskan dukungannya terhadap perjuangan rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka serta hak untuk menentukan nasibnya sendiri.



Penyusun Intarti, S.Pd