PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto, 23 April 1966 - 1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
SABTU, 23 April 1966

Semua anggota DPA yang ada sekarang diberhentikan pemerintah; Presiden kemudian mengangkat anggota DPA yang baru. Hal ini termuat dalam Surat Keputusan No. 83 tahun 1966.



KAMIS, 23 April 1970

Jam 9 pagi ini Presiden Soeharto menerima Mr. Joseph A Mommersteek, seorang anggota Tweede Kamer (parlemen) Belanda. Pada pertemuan ini antara lain telah dibicarakan mengenai pemberitaan yang negatif di Negeri Belanda tentang Indonesia. Hal ini, menurut Mommersteek, menimbulkan kemarahan mahasiswa dan cendekiawan Belanda terhadap RI, dan ini tentu saja sangat merugikan Indonesia. Untuk mengatasi masalah ini Presiden mengharapkan agar team televisi Belanda dapat datang dan melihat sendiri keadaan di Indonesia. Dijelaskan oleh Presiden Soeharto bahwa Indonesia tidak pernah menutup-nutupi perkembangannya, semua boleh diketahui oleh dunia luar.
           
Usai pertemuan tersebut Mommersteek menilai pembicaraannya dengan Presiden Soeharto sebagai sangat terbuka. Ia juga mengatakan bahwa pandangan Prof. Wertheim tentang Indonesia yang negatif disebabkan oleh rasa kecewanya terhadap pembangunan Indonesia yang tidak sesuai dengan keinginannya.


SENIN, 23 April 1973

Presiden Soeharto menganjurkan agar negara-negara anggota ASEAN dapat mengembangkan “masyarakat kertas koran ASEAN” sehingga kebutuhan kertas koran bagi ASEAN dapat dipenuhi oleh negara-negara ASEAN sendiri. Untuk maksud ini  Indonesia setidak-tidaknya harus dapat menghasilkan  kertas koran sejumlah 60.000 sampai 70.000 ton setahun. Menteri Penerangan Mashuri mengatakan hal ini setelah ia menghadap Presiden Soeharto di Istana Merdeka pagi ini.



SELASA, 23 April 1974

Sejumlah 5.850 gedung SD telah selesai dibangun hingga kini. Ini berarti lebih dari 90% dari target yang ditetapkan dalam Inpres No. 10 Tahun 1973, yaitu sebanyak 6.000 gedung. Yang menjadi masalah sekarang hanyalah penyediaan buku-buku, sebab sekolah-sekolah yang telah dilengkapi dengan tenaga guru yang diperlukan itu akan segera dipergunakan. Demikian dilaporkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sjarif Thajeb dan Menteri  Dalam Negeri  Amirmachmud kepada sidang kabinet terbatas yang dipimpin oleh Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha. Untuk mengatasi masalah tersebut, sidang memutuskan menggunakan  pesawat-pesawat terbang AURI untuk mengangkut buku-buku yang diperlukan itu.



SENIN, 23 April 1984

Pukul 09.00 pagi ini Kepala Negara membuka Rapat Kerja Paripurna Departemen Penerangan di Istana Negara. Rapat kerja tersebut diikuti 420 peserta, dan berlangsung sampai tanggal 28 April.

Dalam amanatnya, Presiden antara lain meminta Departemen Penerangan dan seluruh aparatnya juga peka terhadap perasaan yang berkembang dalam masyarakat. Langkah seluruh jajaran penerangan harus aktif, tidak menunggu-nunggu suasana menjadi simpang siur. Untuk melaksanakan tugas yang demikian, segenap jajaran penerangan di semua  tingkatan dan di semua daerah perlu menjalin kerjasama yang akrab dan saling menunjang dengan departemen-departemen lain,  instansi-instansi lain, pemerintah daerah, dengan kalangan pers, pemuka-pemuka masyarakat, dan dengan masyarakat sendiri.
            
Selain itu, demikian ditambahkan Presiden, Departemen Penerangan juga harus dapat mengkoordinasikan diri dan mengadakan perbaikan terus-menerus agar dapat melaksanakan tugas-tugasnya yang makin berat dan lebih rumit di masa-masan yang akan datang.



KAMIS, 23 April 1987

Pemilihan umum berlangsung hari ini di seluruh tanah air. Di Jakarta, Presiden dan Tien Soeharto memberikan suara mereka di TPS Jalan Cendana, disertai Menteri Dalam Negeri Soepardjo Roestam. Setelah selesai mereka memberikan suara, Presiden dan Ibu Soeharto, didampingi oleh Menteri Sopardjo dan Gubernur DKI Jakarta R Suprapto serta Wakil Gubernur Eddy Nalapraya dengan menggunakan bis meninjau beberapa TPS di Ibukota.



SABTU, 23 April 1988

Menteri Kesehatan, Adhyatma, pagi ini diterima Presiden Soeharto di Bina Graha. Usai menghadap, ia mengatakan bahwa jumlah penderita penyakit demam berdarah telah meningkat dari tahun ke tahun, tetapi jumlah korban yang meninggal cenderung menurun. Dikatakannya bahwa upaya pemberantasan penyakit itu dilakukan melalui lintas sektoral, namun demikian masyarakat tetap diharapkan berpartisipasi  dengan jalan memberantas jentik-jentik nyamuk, sementara pemerintah melaksanakan penyemprotan. Mengenai harga obat yang dinilai masih mahal oleh masyarakat, ia mengatakan bahwa pemerintah akan mengupayakan untuk menurunkan harga obat, sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat. Hal ini akan ditempuh melalui peninjauan harga-harga komponen yang digunakan dalam pembuatan obat.
            
Pagi ini, ditempat yang sama, telah pula menghadap Kepala Negara, Gubernur Irian Jaya. Pada kesempatan itu, kepada Gubernur Barnabas Suebu, Presiden Soeharto meminta agar tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan di Irian Jaya dapat diarahkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat terutama di desa-desa dan daerah pedalaman. Dimintanya pula agar pemerintah daerah tidak membuat program pembangunan yang muluk-muluk, tetapi realistis dan sesuai dengan kondisi daerah.



KAMIS, 23 April 1992


Dua orang senator AS, David Boren dan Clairborne Pell, yang didampingi oleh Duta Besar John Monjo, mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka hari ini. Setelah bertemu dengan Kepala Negara, mereka mengatakan bahwa rakyat AS juga merasa prihatin terhadap peristiwa 12 November di Dili. Namun AS menghargai tindakan Presiden Soeharto yang dengan segera membentuk KPN, dan mengambil langkah-langkah lain yang diperlukan.



Penyusun Intarti, S.Pd