PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Presiden Soeharto Menganugerahkan Bintang RI Kelas II Kepada Nelson Mandela

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,,,
Jum'at, 19 Oktober 1990 --- Pukul 18.00 sore ini Presiden dan Ibu Soeharto menyambut Wakil Ketua Kongres Afrika (ANC), Nelson Mandela, di halaman Istana Merdeka. Nelson mandela tiba di bandar udara Halim Perdanakusumah dengan menumpang pesawat Boeing 737 milik Angkatan Udara India. Sekalipun ia bukan seorang presiden ataupun perdana menteri, tetapi penyambutan yang diberikan  kepadanya oleh Presiden Soeharto mirip seperti itu. Oleh setelah itu, setelah bersalaman, Presiden meminta Nelson Mandela untuk naik ke mimbar upacara guna menerima penghormatan militer.

Bertempat di Istana Negara, malam ini Presiden Soeharto menganugerahkan Bintang RI kelas II kepada Nelson Mandela dalam suatu upacara yang disaksikan oleh penjabat tinggi Indonesia dan korps diplomatik. Penyematan tanda penghargaan itu dilakukan Presiden atas nama bangsa dan negara, mengingat jasa Mandela dalam memperjuangkan persamaan hak bagi rakyat Afrika Selatan dan rakyat Afrika pada umumnya.

Setelah penyematan bintang tersebut, Nelson Mandela mengatakan bahwa Bintang RI yang dia terima itu bukan sekedar rasa simpati Presiden dan bangsa Indonesia, melainkan pemacu semangat bangsa Afrika tertindas untuk tetap berjuang melawan penindasan itu sendiri. Ia mengaku bahwa itu tanda penghormatan tertinggi yang pernah diterima langsung dari tangan seorang kepala negara dan disematkan di dadanya.

Setelah acara penganugerahan tanda kehormatan itu, di tempat yang sama, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan makan malam kenegaraan untuk menghormat kunjungan Nelson Mandela di Indonesia. Dalam pidato selamat datangnya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa Mandela telah menjadi lambang keberanian dan aspirasi kemanusiaan dari rakyat Afrika Selatan. Dikatakanya bahwa Indonesia dan seluruh dunia memandang sebagai tokoh masa depan Afrika Selatan. Keberhasilan rakyat Afrika Selatan dalam perjuangan menghapuskan apartheid serta mewujudkan masyarakat yang demokratis dan non-raisal juga berada di tangan Mandela.

Pada kesempatan itu, Kepala Negara menyeruhkan kepada rezim pretoria agar mengambil langkah-langkah mendasar yang lebih jauh lagi dengan mencabut undang-undang darurat, membebaskan semua tahapan politik dan duduk di meja perundingan dengan pemimpin-pemimpin  masyarakat kulit hitam, demi masa depan seluruh rakyat Afrika Selatan. Dalam hubungan itu, Presiden menegaskan kembali pendirian dan keyakinan pemerintah Indonesia bahwa penerapan sanksi menyeluruh terhadap rezim Pretoria sesuai dengan resolusi PBB akan dapat memaksa Afrika Selatan untuk membuka jalan kearah terciptanya perdamaian panghapusan sistem apartheid.


Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto
Publikasi : Oval Andrianto