PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 12 Oktober 1966 - 12 Oktober 1988

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Rabu, 12 Oktober 1966


Ketua Presidium Kabinet Ampera, Jenderal Soeharto, mengatakan bahwa para mahasiswa yang dipelopori KAMI telah memegang andil dalam mendobrak Orde Lama dan dalam memberikan sumbangan pemikiran di bidang konsepsi yang positif dan konstruskstif dalam melaksanakan Ampera. Menurut Jenderal Soeharto antara mahasiswa dan ABRI selama ini telah ada kesamaan pandangan dan kesatuan arah tindakan, dan keduanya merupakan satu barisan yang kompak. Demikian dikatakan oleh Jenderal Soeharto dalam amanat tertulisnya pada pembukaan musyawarah kerja Universitas Indonesia.


Senin, 12 Oktober 1970
Presiden Soeharto membahas masalah RUU Anti-Korupsi dan RUU  Pokok Perkawinan dengan Menteri Kehakiman dan Menteri Agama. Kedua RUU itu masih menjadi pembahasan di DPRGR, dan dari keduanya RUU Anti-Korupsilah yang menjadi masalah, terutama tentang rahasia bank dan berlaku surutnya RUU itu. Oleh sebab itu Presiden mengharapkan agar RUU Pokok Perkawinan dapat lebih dahulu diselesaikan.


Selasa, 12 Oktober 1971

Presiden Soeharto mengharapkan agar dengan terpilihnya Indonesia menjadi Ketua Dewan Pimpinan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional , kita dapat memberi sumbangan pada penyelesaian krisis moneter internasional dengan memperhatikan sepenuhnya kepentingan negara-negara berkembang. Dalam menghadapi krisis moneter internasional yang berkepanjangan itu, Presiden menginstruksikan semua menteri dan lembaga yang bersangkutan untuk terus mengamati dan meneliti perkembanganya. Selain itu juga menginstruksikan semua menteri agar betul-brtul melaksanakan dengan tertib peraturan-peraturan yang berlaku mengenai tatacara penggunaan anggaran, terutama anggaran pengembangan, yang telah diatur dengan Keppres No. 14/1971. Namun demikian Kepala Negara mengingatkan bahwa penertiban itu jangan sampai menghambat pelaksanaan realisasi anggaran. Demikian antara lain pokok-pokok keputusan yang dihasilkan dalam sidang paripurna kabinet pagi ini di gedung Sekretariat Kabinet.


Rabu, 12 Oktober 1977

Pagi ini, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan Emir Kuwait.  pembicaraan itu meliputi hubungan antara kedua negara, khususnya dibidang ekonomi, perdagangan dan penanaman modal. Disamping itu dibicarakan pula masalah internasional, terutama yang berkaitan dengan sengketa Arab-Israel. Sebagai hasil dalam pembangunan kilang minyak di pulau Batam.


Sore hari ini jam 16.30 waktu setempat, Presiden Soeharto beserta rombongan tiba Dohoa,Qatar. Setibanya di lapangan terbang Doha, Qatar, Presiden Soeharto disambut oleh Kepala Negara Qatar, Shiekh Khalifa bin Ahmad Al Thani. Kemidian Presiden dan Ibu Soeharto menuju ke Istana Marmar dimana mereka menginap selama di Qatar.


Malam ini, Ibu Tien Soeharto juga mengadakan kunjungan kehormatan kepada Permaisuri Emir Qatar. Untuk menghormati kunjungan Ibu Negara Indonesia itu, Permaisuri Emir Qatar telah mengadakan jamuan makan. Sebelumnya, Ibu Tien Soeharto atas nama Pemerintah Indonesia telah menganugerahkan Bintang Mahaputera kepada Permaisuri Emir Qatar.


Presiden Soeharto memberikan bantuan uang sebesar Rp26,5 Juta untuk pembangunan tahap V  Rumah Sakit  Islam " Ibnu Sina" di Bukittinggi, Sumatera Barat. Pembangunan tahap V itu dimulai hari ini dengan peletakan batu pertama oleh pangdam III/17 Agustus, Brigjen, Soetedjo.


Senin, 12 Oktober 1981


Pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri upacara pembukaan Musyawarah Nasional Pepabri ke-8 yang diselenggarakan di Balai Sidang, Senayan, Jakarta. Membuka musyawarah tersebut, Presiden mengatakan bahwa setelah membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan dan mempertahankan Pancasila, maka tugas berikut Pepabri adalah melopori pelaksanaan Pancasila secara nyata. Dikatakanya tugas ini adalah bagian kelanjutan yang penting dari tugas sejarah generasi pembebas, sehingga bangsa kita dapat melanjutkan pembangunan masyarakat yang maju berdasarkan Pancasila.


Pada kesempatan itu Presiden mengajak anggota Pepabri untuk menjadi organisasi mereka sebagai wadah para pejuang Saptamagara untuk mendukung kepeloporan ABRI dalam  melaksanakan Dwifungsinya. Dan sebagai bagian dari perampungan tugas sejarah Generasi 45, Kepala Negara juga mengajak para purnawirawan menjadikan Pepabri sebagai wadah penerusan nilai-nilai 45. Dalam hubungan ini Presiden menyambut baik dikembangkanya Forum komunikasi putera-puteri warga ABRI


Pukul 10.30 pagi ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden dan Ibu Soeharto menerima Presiden dan Nyonya Julius Nyerere yang melakukan kunjungan pamitan resmi. Sebelum meninggalkan Indonesia Pagi ini kedua kepala pemerintahan telah mengeluarkan pernyataan bersama. Pada dasarnya pernyataan tersebut menekan perlunya kerjasama ekonomi dan teknik diantara negara-negara yang sedang berkembang dengan tujuan untuk meningkatkan secara bersama-sama swadaya masing-masing dan memperkuat posisi berunding dalam kerangka usaha menciptakan tata baru ekonomi Internasional.


Selasa, 12 Oktober 1982


Pukul 10.00 pagi ini Presiden dan Ibu Soeharto disambut secara resmi oleh Presiden dan Nyonya Ronald Reagan dalam suatu upacara megah dihalaman Gedung Putih. Setelah kata-kata sambutan dari kedua belah pihak., dan perjamuan kecil , diadakan pembicaraan antara Presiden Soeharto dan Presiden Reagan di Oval Room, Gedung Putih, selama satu setengah jam.Kemudian keduanya bergabung dalam pembicaraan yang sedang berlangsung antara penjabat tinggi pemerintahan kedua belah pihak.


Dalam pertemuan tingkat tinggi telah dibahas berbagai masalah yang mencangkup hubungan bilateral maupun Internasional. Juga disinggung msalah Kamboja dimana ditegaskan oleh Presiden Reagan bahwa negerinya mendukung usaha-usaha ASEAN dalam penyelesaian masalah tersebut. Presiden Reagan bahwa Amerika Serikat tidak akan mengurangi komitmenya terhadap ASEAN. Janji ini merupakan jawaban Amerika Serikat terhadap kegelisahan ASEAN sehubungan dengan pembangunan pertahanan Jepang yang direstui  Amerika dan penjualan senjata kepada RRC.


Presiden dan Nyonya Reagan malam ini di Gedung Putih menyelenggarakan jamuan santap malam kenegaraan untuk menghormati kunjungan presiden dan Ibu Soeharto. Dalam sambutanya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa diperlukan suasana Internasional yang memungkinkan kelancaran pembangunan bangsa-bangsa. Namun dewasa ini suasana itu jauh dari yang diharapkan. Dewasa ini dunia sedang dilanda oleh resensi ekonomi yang berkepanjangan, disamping pergolakan-pergolakan yang timbul diberbagai kawasn.


Selanjutnya dikatakannya bahwa dalam situasi dunia memprihatinkan itu, pandangan dunia untuk kesekian kalinya tertuju ke Amerika Serikat. Presiden Soeharto menyatakan harapanya agar Amerika Serikat dibawah pimpinan Presiden Reagan tidak henti-hentinya berusaha menegakan kestabilian dan perdamaian dunia, serta mencegah timbulnya bencana bagi umat manusia. Dikatkanya lebih jauh bahwa kekuatan bangsa yang besar ini, sejarah masa lampaunya penuh dengan kegemilangan, komitmennya kepada kepada kemanusiaan, memberi peluang yang besar kepada Amerika Serikat untuk mengambil peranan yang penting dalam usaha seluruh umat manusia menciptakan dunia yang stabil, damai, dan sejahtera.


Jum'at, 12 Oktober 1984


Walikota Kotamadya Palembang, atas nama Presiden telah menyerahkan bantuan Presiden sebesar Rp15 juta kepada dua buah masjid di kota itu. Masjid Baiturrahman, yang terletak di kompleks Perum Perumnas dan dibangun atas inisiatif Dharma Wanita tingkat I Sumatera Selatan mendapat Rp10 juta; masjid Al Mukhlis di Jalan Lorok Pakjo mendapat Rp5 juta.


Sabtu, 12 Oktober 1985


Berkenaan dengan Hari Pangan Sedunia ke-5 dan ulang tahun FAO ke-40, Presiden Soeharto hari ini menyampaikan pesan kepada Direktur Jendral FAO, Dr Edouard Saouma. Tema peringatan Hari Pangan Sedunia kali ini adalah Rual Poverty, Foresty, Food and Enivironment.


Dalam pesanya, Kepala Negara mengatakan bahwa tersedianya bahan pangan yang cukup bagi setiap manusia dimana pun mereka berada merupakan kunci utama bagi terwujudnya rasa sejahtera dan tentram di seluruh dunia. Diingatkanya bahwa perjuangan untuk mencapai swasembada pangan dan pengamanan dan penyediaan pangan dunia harus ditingkatkan dengan memberikan bantuan peralatan dan bantuan teknik untuk mendukung upaya-upaya pengembangan pertanian dan pembangunan pedesaan di negara-negara yang sedang membangun.


Untuk ini, demikian Presiden, peranan FAO sangatlah penting dan usaha yang telah dilakukanya selama ini patut mendapat penghargaan karena telah ikut memberi dorongan bagi perbaikan situasi pangan dunia. Dalam hubungan ini, dengan rasa syukur Presiden menyampaikan bahwa  usaha-usaha pembangunan pertanian telah menunjukan kemajuan yang membesarkan hati.


Senin, 12 Oktober 1987


Presiden Soeharto meminta kepada Gubernur baru DKI Jakarta, Wiyogo Atmodarminto, untuk menempatkan masalah kebersihan sebagai prioritas utama yang harus segera ditangani. berkenaan dengan itu, Presiden menegaskan bahwa Pemerintah Daerah DKI Jakarta perlu mempelajari secepatnya berbagai hal yang berkaitan dengan penanganan masalah kebersihan Ibukota, termasuk soal perparkiran, ketertiban lalulintas dan soal pedagang kaki lima.


Menteri kesehatan Suwardjo Surdjaningrat usai diterima Presiden di Bina Graha pagi ini mengatakan bahwa Indonesia saat ini memiliki peluang besar untuk menjadi pengekspor obat-obatan di kawasan Asia Tenggara, asalkan dapat tetap menjaga kemurahan hasil produksinya. Oleh karena itu, untuk menjaga kemurahan harga tersebut, Presiden telah menginstruksikan supaya usaha produksi bahan baku obat di Indonesia memperoleh perlindungan yang baik.


Rabu, 12 Oktober 1988


Presiden meminta kepada aparat Kejaksaan dan Polri untuk tidak ragu-ragu menindak tegas para penjudi terutama bandar judi, karena perbuatan mereka sangat merugikan masyarakat. Selain itu Kepala Negara juga menyatakan bahwa tidak hanya penjudi dan bandarnya yang perlu ditindak tegas, tetapi juga para penyeludup, baik yang ke dalam maupun ke luar negeri. sebab penyeludupan sama dengan kegiatan sabotase dalam bidang ekonomi yang bertujuan untuk mengcukan situasi ekonomi nasional, termasuk pendapatan negara. Demikian diungkapkan Jaksa Agung Sukraton Marmosudjono setelah melapor kepada Kepala Negara di Bina Graha pagi Ini.



Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun :  Oval Andrianto