PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 5 September 1966 - 5 September 1990

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Senin, 5 September 1966
Menutama Hankam Jenderal Soeharto mengeluarkan instruksi kepada keempat panglima ABRI agar memberikan fasilitas seluas-luasnya bagi perkembangan dan penunaian tugas Sekber Golkar ditingkat pusat dan daerah. Dasar pertimbangan Menutama Hankam ialah bahwa Sekber Golkar perlu  dibantu sebaik-baiknya agar pengembangan sense of mission dapat berjalan lancar. Dalam instruksi tersebut, sebagai bahan pertimbangan yang lain, Jenderal Soeharto mengingatkan para panglima Angkatan Udara, Darat, Laut dan Kepolisian, bahwa Sekber Golkar senantiasa menempatkan dirinya sebagai saudara kandung ABRI, dan sebagai pengawal serta pengaman revolusi Indonesia.

Selasa, 5 September 1967 
 Pejabat Presiden hari ini di Istana Merdeka menerima Menteri Luar Negeri Singapura, S Rajaratnam. Pembicaraan yang dilakukan oleh kedua pemimpin tersebut meliputi masalah memajukan kerjasama RI-Singapura, dimana ditekankan tidak akan di ulangi lagi cara-cara pra-konfrontasi. Menlu Rajaratnam berada di Indonesia dalam rangka penandatanganan perjanjian pembukaan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Singapura.

Sabtu, 5 September 1970
Hari ini Presiden Soeharto bertukar pikiran dengan para industriawan dan para pengusaha Jerman Barat di Hotel Am Tulpenfeld. Pada kesempatan itu Presiden antara lain mengemukakan bahwa Indonesia sudah berumur 25 tahun , tetapi secara kongrit baru memulai usaha pembangunan sekitar dua atau tiga tahun terakhir ini. Dikatakan oleh Jenderal Soeharto, pembangunan di Indonesia berlandaskan pada Rencana Pembangunan Lima Tahun yang sangat sederhana bentuknya. Tetapi rencana pembangunan ini adalah realistis, sebab meletakkan tekanan pada pembangunan industri pertanian. Menurut Presiden, dengan membangun industri yang menyokong bidang pertanian maka hasilnya dapat dinikmati oleh rakyat Indonesia yang 70 persennya adalah petani.
Selama di Bonn Presiden Soeharto menerima kunjungan wakil-wakil masyarakat Maluku di Negeri Belanda, yaitu Haji Olong dan VT Lucas. Mereka mewakili 8.000 orang Maluku warganegara Indonesia yang tersebar di beberapa kota di negeri Belanda. Mereka datang ke Jerman Barat, sebab tidak berkesempatan bertemu Presiden ketika di Negeri Belanda. Menjawab pertanyaan Presiden, mereka mengatakan bahwa masyarakat Maluku warganegara Indonesia di Negeri Belanda tidak akan menghianati Indonesia, dan tetap sebagai bangsa Indonesia.

Kamis, 5 September 1974
Sore ini dengan menumpang pesawat Fokker-28, Kepala Negara bertolak dari Halim Perdanakusuma menuju Yogyakarta. Di Yogyakarta petang ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan tidak resmi dengan Perdana Menteri Australia, Gough Whitlam.

Senin, 5 September 1977
Hari ini Presiden mengeluarkan instruksi No. 9 tahun 1977 tentang Operasi Tertib. Diinstriksikan kepada para menteri Kabinet Pembangunan II, para pemimpin lembaga pemerintahan non-departemen, para pimpinan Sekretariat Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, dan Kepala Staf Kopkamtib, untuk meningkatkan pelaksanaan pengawasan dan penertiban kedalam tubuh aparatur didalam lingkungannya secara terus menerus dan menyeluruh. Kedua, mengambil tindakan administratif dan tindakan hukum terhadap mereka yang melakukan perbuatan dan tindakan yang melanggar peraturan yang berlaku atau bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah yang ada. Instruksi ini dikeluarkan sebagai usaha untuk menghilangkan praktek-praktek yang dilakukan oknum-oknum dalam aparatur pemerintah, seperti pungutan liar, dan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna aparatur pemerintah.

Rabu, 5 September 1979
Presiden Soeharto menginstruksikan aparat pemerintah agar sungguh-sungguh melaksanakan kebijaksanaan yang telah diambil dalam bidang ekonomi keuangan untuk mencegah berlarut-larutnya laju inflasi dimasa mendatang. Demikian antara lain disampaikan Kepala Negara dalam sidang kabinet terbatas bidang Ekuin yang dipimpinnya pagi ini di Bina Graha.
Sidang menilai bahwa laju inflasi sekarang ini sudah sampai pada tingkat yang serius, sehingga perlu ditangani secara tepat. Selain masalah ekonomi keuangan, sidang kali ini juga membicarakan massalah produksi semen. Dilaporkan didalam sidang bahwa mulai tahun ini Semen Cinibong telah dapat meningkatkan produksinya menjadi 2,4 juta ton. Sehubungan dengan ini, Presiden meminta perhatian terhadap persiapan-persiapan di bidang angkutan, sehingga peningkatan produksi dapat diikuti oleh pengakuan yang lancar.

Jum’at, 5 September 1980
Di Majalengka, Jawa Barat, pagi ini Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Gula Jatitujuh. Menyambut beroperasinya pabrik gula itu, Presiden menyerukan agar semua pabrik atau perusahaan, baik milik negara maupun swasta, dapat mengembangkan fungsi sosialnya secara baik dan tepat, karena pabrik dan perusahaan tidak hanya menjadi kekuatan ekonomi saja tetapi harus mengemban fungsi sosial. Dikatakannya bahwa dengan selesai dan siap berproduksinya sesuatu pabrik, selain akan memberi pengaruh ekonomi, ia juga memberi tambahan kekuatan baru bagi masyarakat disekitarnya, untuk makin tumbuh dan menjadikan pembangunan ini lebih berhasil.
Sebagai contoh dikemukakan oleh Presiden bahwa di bidang perkebunan telah mulai dikembangkan peranan dan fungsi perkebunan inti, yang merupakan kunci penting dari usaha memperbaiki tingkat hidup petani perkebunan dan sekaligus peningkatan intensifikasi usaha perkebunan rakyat disekitarnya. Usaha intensifikasi ini dilaksanakan dengan pembinan budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan rakyat dan usaha intensifikasi lainnya.

Sabtu, 5 September 1981
Hari ini di Istana Cipanas, Presiden Soeharto membuka Lomba dan Pameran Ternak Nasional ke-4. Setelah acara pembukan itu, Kepala Negara menyaksikan pameran  ternak.
Dalam amanatnya pada acara pembukaan itu, Presiden kembali mengingatkan bahwa situasi pangan dunia saat ini masih dihadapkan pada situasi keterbatasan. Karena itu Lomba dan Pameran Ternak sekarang ini hendaknya juga kita gunakan untuk menggalakkan penyediaan protein hewani dengan mengembangkan jenis ternak baru, seperti kelinci, burung puyuh, dan ternak lain. Dalam hubungan ini Kepala Negara menekankan bahwa pengembangan aneka ternak ini sungguh merupakan langkah yang sangat penting untuk memperbaiki gizi dan untuk menambah penghasilan peternak.

Senin, 5 September 1983
Bertempat di Bina Graha, pada jam 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto secara resmi membuka Lokakarya Nasional tentang Pembangunan Olahraga. Dalam amanatnya Kepala Negara mengatakan bahwa walaupun lapangan ekonomi akan tetap merupakan pusat medan juang kita dalam tahun-tahun yang akan datang, namun pembangunan keolahragaan juga mendapat perhatian kita. Dikatakannya bahwa, berdasarkan GBHN , dalam Repelita IV nanti kita akan meningkatkan dan memasyarakatkan pendididkan jasmani dan olahraga. Tujuannya adalah untuk membina kesehatan jasmani dan rohani setiap anggota masyarakat kita. Dari petunjuk GBHN ini sangat jelas bahwa pembangunan keolahragaan itu bukannya berdiri sendiri, melainkan mempunyai misi yang lebih luas dan dalam, yaitu untuk membina kesehatan jasmani dan rohani setiap anggota masyarakat. Karena itu pula sangat jelas, bahwa disamping merupakan bagian dari keseluruhan pembangunan bangsa kita, maka pembangunan olahraga itu merupakan unsur yang penting dalam rangka pembinaan bangsa kita. Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto.

Rabu, 5 September 1984
Haji Adam Malik, bekas Wakil Presiden RI, jam 08.05 pagi ini wafat di Bandung dalam usia 67 tahun. Sehubungan dengan itu, untuk menghormati almarhumdan sebagai tanda dukacita yang dalam, Presiden Soeharto menetapkan hari berkabung nasional selama tiga hari. Kepada masyarakat di seluruh tanah air diminta supaya mengibarkan Bendera Merah Putih setengah tiang.
Setelah jenazah almarhum tiba dari Bandung, siang ini Presiden dan Ibu Soeharto melayat dan membacakan doa di depan jenazah. Tampak juga melayat almarhum, Wakil Presiden dan Ibu Umar Wirahadikusumah serta segenap menteri Kabinet Pembangunan IV, pejabat-pejabat tinggi, tokoh-tokoh masyarakat ibukota lainnya, dan korps diplomatik.

Sabtu, 5 September 1987
Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini menghadiri upacara peresmian penggunaan kampus Universitas Indonesia yang baru di Depok. Kampus baru UI ini terletak di daerah perbatasan antara DKI Jakarta dan Jawa Barat, diatas tanah seluas 400 hektar. Dengan selesainnya kampus ini, maka semua fakultas yang berada di Rawamangun, Jakarta Timur, dan sebahagiaan yang ada di kampus Salemba, Jakarta Pusat, telah dipindahkan ke Depok.
Menyambut hadirnya kampus baru ini, Presiden antara lain mengatakan bahwa sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi yang tua, maka UI harus menjadi teladan dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Disamping itu, sebagaimana wajarnya dalam kehidupan kampus, maka kegiatan seni budaya pun henaknya tidak terbengkalai. Sebab, demikian Kepala Negara, kegiatan seni budaya penting artinya guna memberikan wawasan budaya pada warga akademi pada umumnya. Dengan memiliki wawasan budaya – disamping perkenalan dan penguasaan ilmu dan teknologi – akhirnya akan benar-benar menjadikan kampus ini sebagai pusat intelektual yang dapat memuliakan derajat manusia dan kemanusiaan.

Senin, 5 September 1988
Pagi ini Presiden Soeharto menerima Kepala BKKBN, Dr Haryono, di Cendana. Haryono Suyono menghadap untuk melaporkan tentang program kerjasama BKKBN dengan beberapa pabrik obat dalam menawarkan obat dan alat-alat kontrasepsi dengan potongan harga kepada para peserta program KB Mandiri. Potongan harga yang diharapkan sudah dapat diberikan sekitar bulan November mendatang itu adalah sebesar 40-60%.
Dalam pertemuan itu Kepala Negara menginstruksikan BKKBN untuk menyusun daftar nama peserta KB Mandiri yang telah ikut program KB selama 10 dan 16 tahun. Dijelaskan oleh Presiden bahwa ia bermaksud untuk memberi penghargaan kepada mereka. Selain itu Presiden menginginkan agar BKKBN memberikan kepada negara-negara lain pengalaman Indonesia dalam melancarkan program KB.

Selasa, 5 September 1989
Pagi ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan Presiden Mesir, Hosni Mubarak. Dalam pertemuan tersebut keduanya mencapai kesepakatan bahwa kerjasama ekonomi diantara negara-negara dunia ketiga perlu lebih ditingkatkan. Sehubungan dengan itu Menteri Luar Negeri kedua negara diminta untuk menjajaki kerjasama-kerjasama dalam bidang apa saja yang mungkin dapat dikembangkan antara Mesir dan Indonesia.
Hari ini Presiden Soeharto menyampaikan pidatonya didepan sidang KTT Gerakan Non-Blok IX di Beograd. Karena terbatasnya waktu yang disediakan, maka Kepala Negara tidak membacakan seluruh pidatonya, namun ia meminta agar teks pidatonya dicatat  sebagai pidato resmi.
Dalam pidatonya, Kepala Negara mengatakan bahwa dalam menanggapi dan memberi sumbangan secara kreatif dan proses perubahan dan kecenderungan di dunia itu, kita harus senantiasa berpegang teguh pada prinsip-prinsip dasar dan tujuan pokok Gerakan Non-Blok seperti yang telah diwariskan oleh para pendiri Gerakan Non-Blok. Selain itu, kita juga harus memiliki keberanian dan kewulesan sikap untuk mendekati, melalui dialog dan kerjasama yang lebih luas, negara-negara atau kelompok negara lainnya yang berpandangan sejalan dengan kita mengenai perkembangan baru yang sedang terjadi di dunia sekarang ini.

Rabu, 5 September 1990
Ketaua Badan Tenaga Atom Iran yang juga Wakil Presiden Republik Islam Iran, Reza Amrollah, mengadkan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Bina Graha. Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Direktur Jenderal Batan, Djali Ahimsa,telah disampaikan pesan Presiden Ali Akbar Hashemi Rafsanjani kepada Presiden Soeharto mengenai bidang kerjasama yang dapat dilakukan antara kedua  negara. Antara lain disebutkan kerjasama dalam bidang enerji dan teknik.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo