PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 6 Agustus 1968 - 6 Agustus 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
SELASA, 6 AGUSTUS 1968
Pukul 10.00 WIB pagi ini Presiden Soeharto menghadiri pembukaan Konferensi Tingkat Menteri ASEAN yang ke-2 di Jakarta. Dalam sambutannya Presiden antara lain mengatakan bahwa pembangunan ekonomi dan stabilisasi wilayah merupakan dua masalah yang harus dapat diserasikan, sebab keduanya saling berkaitan. Dalam hubungan ini presiden mengatakan bahwa pembangunan ekonomi akan memantapkan stabilitas wilayah ini dan sebaliknya stabilitas yang mantap akan melancarkan kerjasama pembangunan ekonomi. Konferensi tingkat Menteri ASEAN ke-2 ini, yang dihadiri oleh para menteri luar negeri negara-negara ASEAN, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura dan Muangthai, akan berlangsung sampai dengan besok.

RABU, 6 AGUSTUS 1969
Malam ini di Istana merdeka, Presiden Soeharto melanjutkan konsultasinya dengan partai-partai islam, dengan menerima pemimpin-pemimpin PSII, dan Parmusi, dalam rangka persiapan Kongres Umat Islam Indonesia (KUII). Dalam pertemuan ini pimpinan PSII diwakili oleh H Anwar Tjokroaminoto, H Moch. Ibrahim, Drs. Mohammad Gobel, Bustamam SH, Wartomo Dwidjojuwono, Hamid Margana, dan Lukman Siregar. Sementara itu Parmusi diwakili oleh H Djarnawi Hadikusomo, Agus Sujono, Ir. Mohd. Sanusi, Ny. Hadidjah Razak, J Naro SH,  Drs. Hasbullah, Faizal Basir SH, OK Azis, Syarifuddin Siregar, dan H Uwes Abubakar.
SELASA, 6 AGUSTUS 1974
Sidang kabinet paripurna berlangsung pagi ini di gedung Sekretariat Kabinet. Sidang yang dipimpin oleh Presiden Soeharto itu antara lain telah mendengar dan membahas laporan perkembangan moneter Indonesia tahun anggaran 1973/1974. Terungkap didalam sidang bahwa laju inflasi yang dalam tahun 1973/1974 (berakhir pada akhir Maret) mencapai 47%, kini sudah mulai dapat dikendalikan. Dari bulan April sampai Juli ini tingkat inflasi hanya sebesar 5,6%, yaitu berkat kebijaksanaan yang dikeluarkan pemerintah pada tanggal 9 April 1974. 
RABU, 6 AGUSTUS 1975
Presiden Soeharto pukul 08.00 pagi ini bertolak dari bandar udara Halim Perdanakusuma menuju Yogyakarta dan Surabaya. Di Kota Gede, Yogyakarta, Kepala Negara menyaksikan pameran kerajinan rakyat yang menampilkan tidak kurang dari 50 jenis kerajinan. Ketika berdialog dengan para pengrajin, ia berpesan agar jangan sampai mereka meninggalkan kerajianan tradisonal, namun keterampilan yang masih bersifat tradisonal itu perlu di tingkatkan. Dan hal itu bisa dicapai juga melalui BUUD/KUD, karena BUUD/KUD juga meliputi bidang kerajinan. 
Dari Yogyakarta Presiden berangkat ke Surabaya untuk meresmikan pabrik tekstil Mertex Indonesia di Mojokerto. Dalam amanat peresmiannya, Kepala Negara mengatakan bahwa industri teksti merupakan salah satu bidang industri yang paling pesat kemajuannya dalam masa pembangunan Indonesia dewasa ini. Oleh karena itu ia menyerukan agar rakyat semakin mencintai produksi dalam negeri.
SABTU, 6 AGUSTUS 1977
Presiden Soeharto hari ini beramahtamah dengan masyarakat Indonesia di Malaysia. Dihadapan 200 warga negara Indonesia yang hadir di KBRI Kuala Lumpur itu, Presiden mengatakan bahwa ASEAN bukan bertujuan membentuk satu kesatuan politik, ekonomi, sosial dan budaya. ASEAN bertujuan menciptakan keadaan yang damai, bebas dan netral di Asia Tenggara, melalui peningkatan ketahanan nasional masing-masing negara anggotanya. 
Sebelum menuju KBRI, Presiden dan rombongan telah melakukan ziarah ke makam Tun Razak dan Tun Ismail bekas Perdana Menteri dan Wakil Perdana Menteri Malaysia. Kedua makam tersebut terletak di halaman Masjid Agung Kuala Lumpur.
SENIN, 6 AGUSTUS 1979
Ulang tahun ke-5 Dharma Wanita diperingati pagi in ii TMII dalam suatu upacara yang dihadiri oleh Presiden dan Ibu Soeharto. Memberikan sambutan pada acara tersebut, Kepala Negara  meminta  para anggota Dharma Wanita untuk secara sadar melaksanakan kesederhanaan sehari-hari sesuai dengan kemampuan yang wajar. Dalam hubungan ini, Presiden meminta mereka untuk menghindarkan atau mencegah perbuatan-perbuatan yang dapat mendorong suami untuk melakukan hal-hal diluar kemampuannya, apalagi dengan jalan tidak halal.
Selanjutnya Presiden mengutarakan harapannya agar anggota Dharma Wanita dapat menanamkan jiwa dan semangat moral pancasila dalam pendidikan anak-anak. Para anggota Dharma Wanita yang telah mengikuti penataran P4 diharapkan dapat meneruskan pendidikan P4 kepada anak masing-masing, sehingga pelaksanaan P4 itu dapat meresep makin cepat dan luas dalam masyarakat kita. Demikian antara lain harapan Presiden.       
RABU, 6 AGUSTUS 1980
Presiden dan Ibu Soeharto sore ini meresmikan penggunaan pesawat Boeing-747 Garuda di lapangan terbang internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta. Peresmian pesawat yang diberi nama City of Jakarta itu ditandai dengan pengguntingan pita oleh Ibu Tien. Usai acara peresmian, Presiden dan Ibu Soeharto beserta undangan  lainnya menikmati joy-flight diatas pulau jawa. 
Dalam kata sambutannya, presiden mengatakan bahwa ada tiga hal yang membuat kita bangga. Pertama, dengan penambahan pesawat ini Garuda telah maju setapak lagi dalam segi kemampuan menggunakan pesawat besar dan peralatan yang modern. Kedua, Garuda memiliki pesawat yang mahal ini dengan mengerahkan kekuatannya sendiri. Ketiga, keberhasilan Garuda sampai mencapai tingkat seperti sekarang ini merupakan jerih payah dari pimpinan dan seluruh karyawannya, termasuk para penerbang dan teknisinya.
KAMIS, 6 AGUSTUS  1981
Di Istana Negara hari ini Presiden Soeharto melantik Letjen. Rais Abin sebagai Duta Besar untuk Malaysia, dan Letjen. Leo Lopulisa sebagai Duta Besar untuk Filipina. Dalam amanatnya, Kepala Negara meminta kepada kedua Duta Besar baru itu untuk berusaha sekuat tenaga untuk memperkokoh tali persodaraan dan kerjasama antara kita dengan Malaysia dan Filipina, karena kedua negara itu adalah sesama negara anggota ASEAN. Bidang-bidang kerjasama ekonomi dan sosial antara kita dengan negara-negara ASEAN lainnya masih kita harus perluas, agar kita dapat saling isi mengisi dan bantu membantu dalam memajukan rakyat masing-masing dan bersama-sama memajukan rakyat-rakyat negara anggota ASEAN. Karena memang kemajuan dan kesejahteraan bersama itulah yang menjadi tujuan utama pembentukan perhimpunan kita itu. Demikian antara lain dikatakan Presiden

Sabtu, 6 Agustus 1983
Pukul 09.30 pagi ini, bertempatan di Bina Graha, Prsiden Soeharto menerima kunjungan Penasihat Menteri Luar Negeri Jepang, Dr Saburo Okita. Dalam Kunjungan itu, pejabat tinggi Jepang ini idampingi oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Toshio Yamasaki, Setengah Jam kemudian, Kepala Negara menerima pula Menteri Luar Negeri Bhutan, Lyonpa Dewa Tshering. Kedua tamu asing tersebut tidak memberikan sesuatu pernataan mengenai maksud pertemuan yang juga dihadiri juga oleh Menteri Luar Negeri a.i Suorono itu.
Senin, 6 Agustus 1984
Pukul 09.00 pagi ini, Menteri Koordinator bidang Kesra, Alamsyah Ratu Perwiranegara, menemui Presiden Soeharto di Cendana. Dalam pertemuan itu ia telah melaporkan tentang rencana pembentukan suatu institut bencana alam, yang akan berfungsi sebagai lembaga untuk melatih tenaga- tenaga dalam mengatasi akibat dari bencana alam. Tenaga-tenaga yang dilatih pada institut ini nantinya tidak hanya dari pusat, tetapi juga dari daerah-daerah. 
Setelah menghadap, Menteri Alamsyah mengatakan bahwa pada prinsipnya Presiden dapat menyetujui rencana ini. Demikian antara lain dikatakan Alamsyah mengenai maksud kunjungannya kepada Kepala Negara pagi ini. 
Selasa, 6 Agustus 1985
Team Inpres No. 10 Tahun 1981, yang dipimpin oleh Solihin GP menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha pagi ini. Mereka menghadap untuk melaporkan mengenai tunggakan kredit yang diberikan kepada para petani. Dilaporkan bahwa tunggakan kredit sejak 30 juni 1980 hingga kini berjumlah Rp193,1 miliar. Para penunggak kredit itu terdiri atas petani murni, petani aparat, dan pihak ketiga. Menanggapi masalah tersebut, Kepala Negara memberikan petunjuk bahwa pengembalian tunggakan kredit harus ditangani secara baik, tanpa menghentikan kredit kepada petani yang membutuhkan. Selanjutnya Presiden mengarahkan agar pemberian kredit kepada para petani dilakukan secara selektif, tetapi pemberian kredit tidak boleh dihentikan, karena kredit itu juga penting artinya untuk ikut mendorong usaha ekonomi rakyat.
Menurut Presiden, untuk mengatasi masalah tunggakan kredit itu perlu digalakkan pengembangan kelompok tani, karena anggota-anggotanya sudah saling mengenal dan tahu apa yang mereka butuhkan. Dipandang dari segi ini, maka terasa pentingnya, peranan KUD yang menjadi inti dari penyaluran fasilitas pemerintah kepada petani.
Rabu, 6 Agustus 1986
Sidang kabinet terbatas bidang Ekuin berlangsung pada am 10.00 pagi ini di Bina Graha dibawah pimpinan Presiden Soeharto. Didalam sidang hari ini antara lain telah dibahas masalah produksi beras. Sidang berkesimpulan bahwa kekhawatiran yang ada selama ini bahwa tingkat produksi beras dalam tahun 1986 lebih rendah daripada tahun sebelumnya, sama sekali tidak beralasan. Keyakinan bahwa produksi beras tidak akan turun dalam tahun ini didasarkan pada kenyataan bahwa luas tanaman padi sampai bulan juli lalu, ternyata melampaui areal yang dicapai tahun lalu. Meskipun demikian, sidang memutuskan untuk memberikan perhatian pada hama dan penyakit yang telah menyerang sebagian areal sawah di beberapa daerah.
Sementara itu presiden soeharto member petunjuk agar sistem kepengurusan KUD diubah. Perubahan itu dilakukan dengan jalan melibatkan para kontak tani dan petani teladan. Hal ini perlu, sebab KUD adalah koperasi primer wadah kaum tani yang bertujuan untuk meningkatkan produksi, disamping sebagai  penyalur sarana prouksi pertanian. Selain itu pemilihan pengunaan bena-benar dilakukan melalui rapat anggota. Walupun begitu, untuk kelancaran KUD, Menjer – menjer koprasi boleh saja diperbantukan kepada KUD
Didalam sidang hari ini, Kepala Negara juga meminta peratian Para Menteri untuk membina dan mengembangkan kprasi industeri kecil dan kerajinan (kopinkra) . dengan emikian diharapkan Kopinkra akan lebih produktif dan Kreatif.
Sabtu, 6 Agustus 1988
Pukul 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto menghadiri upacara pelantikan 40 anggota DPA yang berlangsung di Istana Negara. Pengangkatan para anggota DPA periode 1988 – 1993 tersebut adalah berdasarkan keputusan Presiden No. 204/M/1988. Keempatpuluh anggota DPA tersebut adalah Abdul Gafur, KH Achmad Shiddiq, Ir Ahcmad Affandi, Achmad Lamo, M Achmadi, Drs Bambang Sumarsono, Drs Barlianta Harahap, Drs Ben Mang Reng Say, Eddy Sabara, KH AR Fachruddin, Drs MA Gani, Gatot Suherman, Hari Suharto SH, Hartono Mardjono SH, Prof GH Hutasoit, Prof H Ismail Muhammad SH, Izaac Hindom, Prof Drs Lafran Pane, FX Lopez da Cruz, Makmun Murod, AE Manihuruk, GH Mantik, Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja SH, Ny Nani Sudarsono SH, M Pangabean, Sabang Srait, HM Said, Drs Salamun AT, CI Santoso, Soegiyarto, KH Tohir Wijaya, Ny Wahyudi, dan Yasir Hadi Beroto.
Senin, 6 Agustus 1990
Isterinya, Zhu Lin, sore ini tiba di Bandar udara Halim Peradanakusuma guna memulai kunjungan resmi mereka di Indonesia. Ini adalah kujungan seorang Kepala Pemerintahan RRC yang pertama setelah pemerintah orde baru di bawah pimpinan Jenderal Soeharto pembekukan hubungan diplomatik dengan negara itu pada tahun 1966.
Presiden dan Ibu Soeharto menerima kedua tamu mereka secara resmi dalam suatu upacara Kenegaraan di halaman Istana Merdeka tepat pada pukul 17.00 sore ini, lengkap dengan 19kali dentuman meriam. Kemudian, setelah di perkenalkan kepada para pejabat tinggi dan perwakilan negara-negara asing, PM Li Peng dan Nyonya Zhu Lin melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto di ruang Jepara Istana Merdeka.
Selasa, 6 Agustus 1991
Pagi ini, pada pukul 09:30, Menteri Koperasi Bustanil Arifin, Menteri Pertanian Wardoyo, dan Menteri Muda Pertanian Sjarifuddin Baharsjah menghadap Presiden Soeharto di Cendana. Mereka datang untuk melapor tentang hasil rapat koordinasi pangan yang telah berlangsung di Bandung. Setelah menemui Kepala Negara, Bustanil mengatakan bahwa kemarau panjang yang terjadi di beberapa daerah penghasil beras saat ini memang mengakibatkan menurunnya produksi. Tetapi hal itu telah diatasi, sehingga dampaknya tidak meluas. Oleh karena itu tahun ini diharapkannya Indonesia tidak akan mengimpor beras.
Kepada para menteri tersebut, presiden menginstruksikan agar ditingkatkan proyek-proyek padat karya, supaya petani memperoleh penghasilan dari proyek tersebut. Juga diinstruksikan oleh Kepala Negara, agar pengadaan bibit menjelang musim tanam, yang diperkirakan akan dimulai bulan September, dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo