PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 24 Agustus 1967 - 24 Agustus 1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Kamis, 24 Agustus 1967
Pejabat Presiden Jenderal Soeharto dikediamannya hari ini menerima kunjungan kehormatan Letjan. Edmundson dari USAF ( United States Air Force ) yang didampingi oleh Duta Besar AS di Indonesia, Marshall Green. Pada kesempatan ini Jenderal Soeharto menyampaikan harapan agar USAF dapat membantu AURI.
 
Senin, 24 Agustus 1968
Siang ini Presiden Soeharto menerima 150 utusan pimpinan pusat dan cabang Parmusi dari seluruh Indonesia. pada kesempatan ini Presiden menyerukan kepada segenap bangsa Indonesia, khusunya pimpinan partai politik dan organisasi massa, agar meninggalkan pola berpikir sempit yang berkotak-kotak, pola berpikir golongan dan partai sentris. Selanjutnya Presiden mengajak rakyat untuk mengganti pola pikir itu dengan pola berpikir dan bertindak yang berorientasi pada program. Dari segi prinsip, pengkotak-kotak golongan dan ideologi sama sekali tidak ada tempatnya bagi kita, karena kita semuannya telah bersumpah untuk mempertahankan kemurnian Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan, dari segi pengalaman, penkotak-kotak semacam itu ternyata membawa pertentangan dan paham golongan yang sempit. Oleh karenanya keharusan berorientasi pada program adalah obyektif dari perpaduan antara prinsip dan pengalaman kita sendiri selama ini, terutama pengalaman yang sangat pahit di masa Orde Lama.
 
Minggu, 24 Agustus 1969
Presiden Soeharto menegaskan bahwa ia tidak pernah mengeluarkan perintah untuk melakukan “de-Siliwangisasi” dalam tubuh slagorde AD. Pemberitaan mengenai hal itu dianggap Presiden sebagai suatu fitnah dan usaha untuk menimbulkan kekacauan. Tanggapan ini disampaikan kepada Pangdam IV/Siliwangi Mayjen. AJ Witono, sehubungan dengan berita surat kabar mingguan Srikandi yang terbit di Jakarta, baru-baru ini. Presiden mengungkapkan pula bahwa ia bermaksud memerintahkan Jaksa Agung untuk melakukan pengutusan.
 
Selasa, 24 Agustus 1971
Presiden beserta Ibu Tien Soeharto siang ini tiba di Palembang untuk membuka pekan Olahraga Mahasiswa (POM) IX. POM IX dibuka oleh Presiden sore ini.
 
Selasa, 24 Agustus 1976
Di Cilacap hari ini Presiden Soeharto meresmikan kilang minyak Pertamina. Dalam pidatonya Kepala Negara mengingatkan agar didalam berusaha mencapai kemajuan, kita dapat bersikap penuh perhitungan dan tidak bertindak untung-untungan, melainkan usaha besar penuh perhitungan; demikian ditegaskannya. Oleh karena itu ia meminta agar Pertamina bertindak dan melangkah dengan cara demikian. Lebih jauh dikatakannya bahwa dengan perencanaan-perencanaan yang matang dapatlah dihindarkan kesulitan-kesulitan seperti yang tahun-tahun terakhir ini dialami oleh Pertamina, dengan akibatnya yang luas itu.
 
Kamis, 24 Agustus 1978
Menteri Perekonomian Republik Federal Jerman, Dr.Otto Graf Lambsdorff, dalam keterangan persnya sore ini mengatakan bahwa Indonesia telah megalami kemajuan dalam pembangunan ekonominya. Menurutnya, neraca pembayaran Indonesia menggambarkan hal yang cukup menggembirakan itu.
Diungkapkannya bahwa Pemerintah Jerman Barat akan membantu perluasan tahap kedua pembangunan pabrik baja PT Krakatau Steel di cilegon, Jawa Barat. Selain itu pemerintahnya juga akan memberikan bantuan untuk perluasan galangan kapal di Surabaya.
 
Rabu, 24 Agustus 1981
Selesaim acara pamitan resmi di Istana Merdeka, Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini mengantarkan Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agong dan Seri Paduka Baginda Raja Permaisuri Agong ke lapangan udara Halim Perdanakusuma. Hari kedua tamu agung dari negara tetangga itu mengakhiri kunjungan resmi mereka di Indonesia. Selanjutnya mereka melakukan kunjungan tidak resmi ke Solo, Yogyakarta dan Bali.
 
Selasa, 24 Agustus 1982
Dengan memukul gong tiga kali, pagi ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto membuka Konferensi Internasional Ahli Ekonomi Pertanian ke-18. Dalam upacara yang berlangsung pada jam 09.00 itu, Presiden dalam kata sambutannya mengatakan bahwa ia sangat menaruh perhatian terhadap koferensi ini, antara lain karena pokok pembahasannya adalah bidang yang menjadi salah satu pusat perhatian pembangunan Indonesia. Karena itu Indonesia akan mengambil manfaat yang sebesar-besarnyadari konferensi ini.
Dijelaskan oleh Presiden bahwa dengan menempatkan bidang pertanian sebagai pusat perjuangan pembangunan, Indonesia berharap agar bidang pertanian dapat menjadi dasar dan penggerak pembangunan di bidang-bidang lainnya. Dengan membangun pertanian, Indonesia ingin meningkatkan pendapatan dan taraf hidupberpuluh juta petani, ingin berswasembada pangan, ingin mengembangkan ekspor komoditi pertanian dalam arti luas. Dalam jangka panjang, Indonesia berusaha untuk membuat seimbang struktur ekonominya, yaitu struktur ekonomi yanng memiliki industri yang kuat dengan dukungan pertanian yang kokoh, karena hanya dengan struktur ekonomi yang demikian itilah Indonesia akan dapat mencapai cita-cita kemerdekaannya, yaitu masyarakat yang maju, sejahtera dan berkeadilan sosial. 

Minggu, 24 Agustus 1986
Pukul 17.00 sore ini, Presiden Corazon C Aquino tiba di Jakarta dalam rangka kunjungan kenegaraan untuk memenuhi undangan Presiden Soeharto. Nyonya Cory Aquino dan rombongannya akan berada di Jakarta sampai pagi hari tanggal 26 Agustus. Di lapangan udara ia di sambut oleh Presiden Soeharto dalam suatu upacara penyambutan dengan kebesaran militer. Setiba di Istana Merdeka, Presiden Aquino langsung melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden dan Ibu Soeharto.
Pukul 20.15 malam ini, Presiden dan Ibu Soeharto menyelenggarakan jamuan makan malam di Istana Negara untuk menghormat Presiden Aquino. Jamuan santap malam ini di teruskan dengan acara kesenian yang berlangsung sampai pukul 23.30.
Dalam pidato selamat datangnya, Presiden Soeharto mengatakan bahwa sebagai negara tetangga terdekat, Indonesia selalu mengikuti perkembangan di Filipina. Indonesia menghormati dan mendukung segala keputusan yang di ambil oleh pemerintah dan rakyat Filipina yang di anggap sebagai yang paling baik dan Indonesia pun memahami sepenuhnya perubahan-perubahan yang terjadi di negara itu.

Senin, 24 Agustus 1987
Pukul 10.00 Pagi ini, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeahrto membuka Konferensi Regional Internasional Council on Social Welfare (ICSW) untuk kawasan ASIA dan Pasifik Barat.
Dalam kata sambutanya, Kepala Negara mengatakan bahwa kesejahteraan yang di inginkan Indonesia Bukanlah Kesejahteraan Lahairiyah semata-mata. Juga bukan hanya kesejahteraan Rohani belaka.  Kesejahteraan yang di impi-impikan adalah kesejahteraan jasmani yang seimbang dengan kepuwasan Rohani. Karena itu lah demikian Presiden, maka dalam melaksanakan pembangunan, Indonesia tidak saja berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lahiriah masyarakat saja melainkan juga berusaha untuk dapat memuaskan tuntutan-tuntuan lainnya.
Lebih jauh dikatakannya bahwa penglaman pembangunan masyarakat-masyarakat maju yang kita saksikan sampai sekarang juga menunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan lahir saja tidak cukup. Kecukupan kehidupan yang serba benda saja bahkan sering kali membuwat kehidupan ini terasa kering, tidak ramah dan kejam. Jika hal ini sampai terjadi, maka bukan kesejahteraan dan kebahagiaan yang akan kita dapatkan, melainkan kegelisaan.
Akan tetapi di tegaskannya bahwa untuk meningkatkan kesahteraan lahir batin suwatu bangsa yang dewasa ini jumlahnya 170 juta orang, memnag memerlukan kerja keras dan usaha pembangunan yang tak mengenal lelah dalm kurun waktu yang berjangka panjang.

Sabtu, 24 Agustus 1991
Pukul 09.00 pagi ini, Presiden Soeharto menerima Presiden/Ketua Dewan Direksi PT Caltex Indonesia. Harun Al Rasjid, di Cendana. Kepada Presiden, Harun Al Rasjid melaporkan tentang kegiatan pameran KIAS ( Kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat ). Dilaporkannya bahwa kegiatan KIAS terdiri empat pameran inti, yaitu pameran seni kraton, patung atau ukiran, seni taridari seluruh daerah Indonesia, dan kebudayaan di lawar Jawa. Kegiatan yang sudah berlangsung selama setahun sejak lampau itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat AS.
Setelah menerima Harun Al Rasid, Presiden Soeharto menerima menteri Luar Negeri Ali Alatas, Ali Alatas menghadap untuk melaporkan tentang persoalan tuan rumah KTT Non – Blok, sehubungan dengan kemungkinan mundurnya Nikaragua sebagai salah satu calon Ketua KTT itu. Juga dilaporkannya tentang rencana kunjungan pendahulu Team PBB ke Timor Timur pada akhir September sampai awal Oktober mendatang. Team merupakan team pendahulu sebelum kunjungan team Parlemen Portugal.
Menanggapi laporan itu, kepala Negara memberikan persetujuannya atas rencana kunjungan team Parlemen Portugal. Berkenaan dengan itu, pemerintah akan menerima DPR untuk mengundang Parlemen Portugal untuk mengunjungi Timor Timur.

Senin, 24 Agustus 1992
Presiden Soeharto hari ini meresmikan kampus Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri ( STPDN) di Jatinegara Sumedang, Jawa Barat. Bersamaan dengan itu Presiden mewisuda 487 orang lulusan pertama STPDN.
Dalam amanatnya, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa seluruh STPDN harus mampu melayani masyarakat dengan sebaik-bainya, apalagi bangsa Indonesia di masa mendatang akan semakin maju, kritis dan makin luas cakrawala pemikirannya. Karena itu, demikian Presiden, adalah wajah kita harus mempersiapkan kader pemerintahan secara sungguh-sungguh. Dikatakannya pula bahwa para lulusan STPDN harus mampu berkomunikasi dengan para manajer professional berbagai badan usaha serta para perwira tamatan lulusan akademi militer.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo