PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 12 Agustus 1968 - 12 Agustus 1992

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Senin, 12 Agustus 1968
Pagi ini Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet di Istana Negara. Berbeda dari sidang kabinet biasanya, kali ini sidang dihadiri oleh pimpinan Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Didalam pidato pengantar sidang, Presiden antara lain mengharapkan agar kita semua tidak merasa puas dengan kemenangan yang telah diperoleh atas PKI. Kepuasan demikian akan membawa kelemahan dan justru membuka kesempatan kepada PKI itu sendiri, demikian Presiden Soeharto. Jenderal Soeharto juga mengingatkan bahwa sisa-sisa G-30-S/PKI masih tetap giat dan merupakan bahaya yang laten.

Selasa, 12 Agustus 1969
Utusan khusus Skretariat Jenderal PBB untuk Irian Barat, Duta Besar Fernandez Ortiz-Sanz dari Bolivia, pagi ini mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Ortiz-Sanz sebelumnya berada  di Irian Barat untuk mengadakan persiapan dan penyelenggaran Pepera.

Sabtu, 12 Agustus 1972
Presiden Soeharto hari ini di Istana Merdeka menerima Ketua Majelis Rendah Republik Arab Syria, Fachmi El-Tousufi. Pada kesempatan ini kedua pemimpin membahas upaya peningkatan hubungan bilateral. Fachmi mengucapkan terima kasih pemerintah dan rakyat Syaria atas sikap Indonesia terhadap perjuangan bangsa Arab dalam konfliknya dengan Israel. Dalam hubungan ini Presiden Soeharto mengatakan bahwa sikap Indonesia tetap menyongkong perjuangan bangsa Arab.
Melalui Keppres No. 56 tahun 1972, Presiden Soeharto menetapkan bahwa pembinaan organisasi Hansip, yang selama ini ada pada Departemen Hankam, dialihkan kepada Departemen Dalam Negeri. Kebijaksanaan yang dikeluarkan hari ini, diperlukan demi penyempurnaan sistem pembinaan potensi rakyat sebagai perwujudan dan kewajiban rakyat dalam usaha membela negara.

Senin, 12 Agustus 1974
Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi, Subroto, siang ini menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha. Selesai menghadap Kepala Negara ia mengatakan bahwa dalam waktu dekat pemerintah akan mengeluarkan peraturan yang membatasi pekerja-pekerja asing dibidang perminyakan dan industri tekstil, menyusul pembatasan yang telah dilakukan terhadap pekerja asing dalam bidang kehutanan. Selanjutnya diungkapkannya bahwa pembatasan tenaga asing dalam bidang perminyakan dan industri tekstil tersebut merupakan tindak lanjut dari pengaturan warganegara asing yang bekerja di Indonesia dalam bentuk Keputusan Presiden. Sebagaimana diketahui, demikian Menteri Subroto, dalam Keppres itu telah ditetapkan adanya jenis-jenis jabatan yang masih boleh dipegang orang asing; jenis jabatan yang untuk sementara boleh dipegang oleh orang asing adalah jabatan-jabatan yang masih belum mampu dipegang oleh tenaga kerja Indonesia.

Selasa, 12 Agustus 1975
Menteri Hankam/Pangab Jenderal M Panggabean dan Kepala Bakin Yoga Sugama menghadap Kepala Negara pagi ini di Istana Merdeka untuk melaporkan tentang perkembangan situasi di Timor Portugis. Kepada kedua pejabat tinggi bidang keamanan ini Presiden Soeharto menginstruksikan agar mewaspadai perkembangan di koloni Portugis itu, sehingga tidak sampai mengganggu kawasan yang ada disekitarnya. Kepala Negara harus memesankan bahwa apa yang sedang terjadi di wilayah itu sebaiknya diserahkan saja kepada rakyatnya melalui penentuan nasib sendiri. Diingatkannya agar hubungan Indonesia dengan negara-negara tetangga jangan sampai terganggu oleh perkembangan di sana.

Jum’at 12 Agustus 1977
PM Jepang dan Nyonya Fukuda pukul 14.30 siang ini tiba di bandara internasional Halim Perdanakusuma, Jakarta. Presiden dan Ibu Soeharto menyambut kedatangan mereka dalam suatu upacara kehormatan. Untuk menghormati kunjungan kedua tamu negara, Presiden dan Ibu Soeharto mala mini menyelenggarakan jamuan makan malam di Istana Negara.
Dalam pidato selamat datangnya Presiden Soeharto mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara Indonesia dan jepang bukan hanya ditandai oleh besarnya bantuan ekonomi Jepang, akan tetapi juga oleh persamaan cita-cita untuk memperkokoh perdamaian dunia dan menjujung tinggi keadilan dan kesejahteraan. Dasar kerjasama yang demikian itu jelas lebih erat dan langgeng dari pada sekedar hubungan ekonomi yang member keuntungan jangka pendek. Dikatakannya bahwa dalam dasawarsa sekarang ini dan di masa mendatang, persoalan yang terbesar adalah bagaimana kita semua bertanggungjawab dan mengambil bagian yang nyata untuk mempersempit jurang pemisah antara negara-negara maju dan negara-negara yang sedang membangun. Didalam dunia yang makin disempitkan oleh kemampuan teknologi sekarang ini, umat manusia makin merasa menjadi satu. Dalam rangka ini sangatlah penting tujuan-tujuan bersama semua bangsa untuk membangun tata ekonomi dunia baru, satu cita-cita tulus yang didambakan umat manusia dan telah disepakati semua bangsa dalam forum PBB.
Selanjutnya Presiden mengingatkan bahwa dalam mencari perdamaian itu harus dijauhkan adanya sikap konfrontasi, karena sikap itu bukan saja tidak akan menghasilkan apa yang kita harapkan, malahan akan mendatangkan salah pengertian dan bencana. Membangun tata hubungan baru yang adil dan saling menguntungkan bukanlah semata-mata kepentingan negara-negara yang sedang membangun saja, akan tetapi juga kepentingan negara-negara industri maju sendiri. Lebih dari itu, ini adalah kepentingan semua umat manusia demi keselamatan bersama. Demikian Presiden.

Selasa, 12 Agustus 1980
Sehubungan dengan hari idulfitri, Presiden dan Ibu Soeharto memberi kesempatan kepada warga masyarakat untuk berhalal-bi-halal di Cendana malam ini. Ternyata minat masyarakat begitu besar, sehingga acara tersebut melampaui alokasi waktu yang disediakan. Acara yang direncanakan berlansung dari pukul 19.00-21.00, baru selesai pada jam 22.30.



Rabu, 12 Agustus 1981
Bertempat di Istana Merdeka, pukul 10.00 pagi ini presiden Soeharto menerima Ichiye Hayakawa, Ketua Sub-Komite Senat Amerika Serikat untuk Asia Pasifik, yang didampingi oleh Duta Besar Edward E Masters. Dalam pertemuan itu, Ichiya Hayakawa telah menyampaikan penghargaan atas sikap Indonesia yang dengan penuh rasa kemanusiaan menangani masalah pengungsi Kamboja. Dikatakannya bahwa masyarakat Amerika sangat menghargai kebijaksanaan pemerintah Indonesia dalam hal ini, meskipun para pengungsi itu hanya ditampung di tempat transit.
Dalam kesempatan itu, Hayakawa telah pula menyampaikan undangan Presiden Ronald Reagan kepada Presiden Soeharto untuk mengadakan kunjungan resmi ke Amerika Serikat tahun depan.
Setelah kunjungan Hayakawa, Presiden Soeharto di tempat yang sama menerima Menteri Perekonomian dan Pembangunan Jerman Barat, Otto Graff Lambsdorff, yang didampingi oleh Duta Besar Hallier, dan Menko Widjojo Nitisastro. Sesuai pertemuan, Menteri Lambsdorff mengatakan bahwa Presiden Soeharto merasa puas atas kerjasama yang erat antara kedua negara, terutama pada bidang ekonomi. Dikatakannya pula bahwa Pemerintah Jerman akan terus meningkatkan bantuannya bagi pembangunan yang telah dilaksanakan oleh Indonesia.

Kamis, 12 Agustus 1982
Presiden dan Ibu Soeharto jam 10.00 pagi ini meresmikan pemugaran makam Bung Hatta di pemakaman umum Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Cungkup makam ini direncankan sendiri oleh Presiden Soeharto.
Dalam kata sambutannya, Kepala Negara mengatakan bahwa dalam menghadapi berbagai tantangan yang menghadang, kita banyak bisa belajar dari Bung Hatta, diantaranya ialah  watak yang teguh dan integritas yang utuh. Hidup Bung Hatta memperlihatkan keteguhan sikap dan pendirian yang tidak goyah sedikitpun, betapapun besarnya godaan dan cobaan yang dihadapinya.
Lebih jauh dikatakan oleh Presiden bahwa sebagai pejuang dan pemikir, Bung Hatta ikut meresmikan Pancasila. Penghormatan kita terhadap Bung Hatta sebagai pendiri negara ini yang ikut merumuskan dasar negara itu kita lambangkan dalam ukuran lantai pertama cungkup makam yang berukuran 5x5 meter. Bung Hatta juga seorang muslim yang saleh, yang teguh imannya, dan kuat taqwanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Angka 5 melambangkan keislaman Bung Hatta yang kuat. Angka 5 menunjukkan 5 Rukun Islam dan sembahyang 5 waktu. Dan Bung Hatta tidak pernah mempertengtangkan Pancasila dengan Islam, Pancasila dengan Agama. Memang Pancasila tidak bertentangan dengan islam, Pancasila tidak bertentangan dengan agama yang mana pun. Justru dalam masyarakat Pancasila-lah agama mempunyai tempat untuk berkembang subur, Sebaliknya, kesuburan perkembangan agama akan memperkuat pansasila. Demikian ditegaskan Kepala Negara.

Senin, 12 Agustus 1985
Pukul 11.00 pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan bekas Menteri Luar Negeri AS, Alexander Haig. Pembicaraan berkisar sekitar masalah  situasi di kawasan Asia Tenggara, Persenjataan nuklir, dan LNG Indonesia. Pada kesempatan itu Presiden telah menekankan pembicaraannya pada pentingnya ketahanan nasional masing-masing negara anggota-anggota ASEAN dalam menunjang ketahanan regional.

Rabu, 12 Agustus 1987
Kuasa usaha Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta, Abdul Latief Salam, pada jam 09.00 pagi ini menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha. Dalam pertemuan dengan Kepala Negara itu, ia menyerahkan kaset video rekaman peristiwa berdarah di Mekkah. Kepada Presiden juga dijelaskannya mengenai hasil penelitian team kesehatan Arab Saudi yang menyebutkan 402 korban yang tewas dalam peristiwa berdarah itu adalah karena terkena senjata tajam dan terinjak-injak. Penyampaian video kaset dan penjelasan-penjelasan tersebut kepada Presiden Soeharto dilakukan Kedutaan Besar Arab Saudi atas perintah Raja Fahd.

Sabtu, 12 Agustus 1989
Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto secara resmi melepas keberangkatan kontingan Indonesia yang akan mengikuti SEA Games XV di Kuala Lumpur. Dalam acara yang berlangsung di halaman belakang Istana Merdeka, Kepala Negara mengingatkan bahwa para anggota kontingen tersebut pada dasarnya merupakan duta bangsa yang dipercaya untuk mempererat persahabatan di kalangan bangsa Asia Tenggara, disamping menguji prestasi mereka dalam bidang olahraga. Oleh karena itu Presiden juga menekankan perlunya bagi anggota kontingen untuk menggalang rasa kesetiakawanan agar dapat mengatasi tugas berat yang ada di pundak mereka.

Senin, 12 Agustus 1991
Yayasan Dharmais yang dipimpin oleh Presiden Soeharto setiap bulan member santunan sekitar Rp2 miliar kepada 56.000 penghuni panti asuhan seluruh Indonesia. Selain bantuan rutin, yayasan ini juga memberi bantuan insidental, antara lain berupa bantuan modal kepada 6.800 penderita cacat, bantuan 821 unit rumah kepada penyandang cacat veteran, dan bantuan program anak asuh untuk 350.000 orang. Sampai dengan bulan Maret yang lalu, kekayaan yayasan ini mencapai Rp383 miliar.
Sekarang ini Yayasan Dharmais sedang merencanakan untuk membangun sebuah rumah sakit kanker di Jakarta dengan biaya sebesar Rp.76,8 miliar. Rumah sakit yang direncanakan terdiri atas dua bangunan itu dibangun diatas tanah seluas 37.924 meter persegi. Demikian diungkapkan oleh Ketua II Yayasan Dharmais, Bustanil Arifin hari ini di Jakarta.

Rabu, 12 Agustus 1992
Presiden dan Ibu Soeharto hari ini menghadiri upacara pengangkatan sumpah Purwoto Suhadi Gandasubrata sebagai Ketua Mahkamah Agung di Istana Merdeka. Purwoto diangkat menjadi Ketua Mahkamah Agung untuk menggantikan Ali Said yang telah memasuki usia pensiun. Selain Presiden dan Ibu Soeharto, hadir pula pada upacara singkat itu, antara lain Wakil Presiden dan Ibu Sudharmono, Ketua MPR/DPR Kharis Suhud, dan Ketua DPA M Panggabean.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Rayvan Lesilolo