PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 1 Agustus 1966 - 1 Agustus 1990

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Senin, 1 Agustus 1966.
Menteri  Luar Negeri  Mangthai,  Thanat  Khoman, menyatakan  keyakinannya bahwa  konfirmasi  Indonesia  akan segera berakhir.  Namun  demikian diakuinya  juga  bahwa pidato  Presiden Soekarno pada peantikan Kabinet Ampera  di  Jakarta  baru-baru ini  teah menyebabkan kemunduran  dalam usaha memulihkan  hubungan   antara kedua negara  bertetangga  yang sedang  bertikai itu.  Tetapi  kemunduran itu hanya  bersifat sementar.  Dalam pada itu kalangan  pemerintahan  di Malaysia  berpendapat  bahwa  pernyataan Presiden Soekarno  tentang  konfirmasi  hanya tanda ketidak sepakatannya  terhadap orang kuat Indonesia, Jenderal  Soeharto.
Selasa. 1 Agustus 1967
Menhankam  Jenderal Soeharto  dalam amanat  tertulis  pada upacara  peresmian  pilot projeck  Walawa ( wajib latih  mahasiswa)  di parkir  Timur Senayan, Jakarta, mengatakanbahwa militer  bukanlah gejala  militerilisme  yang mendorong para  mahasiswa untuk militermiliteran.  Sebagai  suatu program  latihan, Walawa mempunyai  fungsi  dalam pertahanan-keamanan rakyat  semesta demokratis.
Jum.at, 1 Agustus 1969.
Presiden  Soeharto meresmikanpelabuhan  udara  internasional  Ngurah Rai  di Bali hari ini.  Dalam  kata sambutannya  Presiden antara lain mengatakan  bahwa dengan dibukanya  bandar  udara  Ngurah Rai,Indonesia memperlihatkan  kemmpuannya untuk menyediakan  fasilitas  penerbangan  internasional  yang memenuhi  syarat.  Dengan  demikian telah  tercapai  pula kemajuan  dalam salah satu  apek penting di bidang  fasilitas  kepariwisataan di Bali.
Sabtu, 1 Agustus 1970.
Presiden  Soeharto memutuskan dalam surat  keputusannya  NO.51/1970,telah  membentuk Dewan Pertahanan  Keamanan Nasional 9  wanhankamnas).  Dewan ini membantu Presiden  dalam  menentukan kebijaksanaan tertinggi  di bidang  pertahanan keamanan dan nasional.
Jum,at 1 Agustus 1975
Hari ini di Tapos,  Bogor, Presiden Soeharto menyerahkan masing-masing  sepuluh ekor domba Australia kepada enam kabupaten di Jawa Barat.  Keenampuluh domba tersebut  diserahkan secara langsung  oleh Kepala Negara  kepada bupati-bupati  Bandung, Ciamis,  Tasikmalaya, Garut, Kuningan,dan sumedang, dengan  disaksikan oleh Gubernur  Jawa Barat, Aang Kunaefi. Ketika  menyerahkan  domba-domba tersebut,  Presiden  mengharapkan  agar daerah-daerah yang bersangkutan  dapat  mengembangkan  domba-domba  Australia  itu shingga  memberikan manfaat  bagi rakyat dalam usaha meningkatkan hasil peternakan.
Senin, 1 Agustus  1977.
Ketika  meresmikan Kilang  Gas Alam  Cair  ( LNG)  Prtamina “Badak “  di Bontang  Selatan, Kalimantan  Timur,  Presiden Soeharto hari ini mengatakan   bahwa meskipun biaya pembangunan proyek inidiperoleh dari pinjaman Pemerintah  Jepang, namun  sama sekali  tidak  berarti bahwa  kita menjual  diri atau  menggadaikan  negeri ini kepada orang luar. Pinjaman ini kita terima untuk mempercepat  jalannya pembangunan kita.
Presiden meminta  kepada para pengusaha Hak Pengusahaan Hutan  (HPH)  agar  selalu  memperhaikan dan melaksanakan dan melaksanakan berbagai  persyaratan  antara lain cara eksploitasi hutan yang benar, tenaga  yang makin banyak,  kesejateraan  karyawan  yang bik,  dan  membangun  pabrik pengolahan hasil hutan. Pemerintah akan mengambil  tindakan  tegas terhadap  pengusaha/ pemegang  HPH  yang ternyata  tidak melaksanakan persyaratan tersebut.
Pompa bantuan  Presiden  Soeharto  sebanyak  enam unit yang  digunakan sejak tahun 1974  sampai  tahun  1977 di desa-desa Kabupaten Sragen  telah  menaikan produksi pertanian  setiap hektar  dari  35 kwintal menjadi 70  kwintal.  Ini  dikemukakan  hari ini oleh Bupati Sragen Sayid Alatas.
Rabu, 1 Agustus 1979.
Pukul 10.00 pagi ini  di Bina Graha, Presiden  Soeharto memimpin  sidang  kabinet bidang Ekuin.  Dalam  sidang  yang berlangsung  selama  lebih kurang  dua jam  itu telah dibicarakan  berbagai  masalah  yang menyangkut  penyediaan  dan penyaluran  barang.  Trutama dalamrangka menyambut lebaran.
Sebagai  hasil sidang, Presiden  memberikan instruksi kepada  para menteri bidang Ekuin  untuk mengambil langkah-langkah  sehingga  para  pedagang  tidak  berspekulasi  dengan menimbun barang  ataupun menaikan  harganya.  Kepala  Negara  juga menginstruksikan  agar aparat  pemerintah memperlancar  distribusi  kebutuhan  pko, angkutan sayurmayur di daerah-daerah  produksi  ke kota-kota.  Presiden dengan sangat menekankan  agar  dicegah terjadinya   kelangkaan sesuatu barang  kebutuhn  di daerah-daerah.
Jum,at 1 Agustus  1980.
Atas  nama negara, pagi  ini Presiden Soeharto  pagi ini menyerahkan sebuah rumah  yang terletak  di kompleks  perumahan  Kuningan, Jakarta,kepada Nyonya  Rahmi Hatta, isteri  Ko- Proklamator  Kemerdekaan RI  dan Wakil Presiden  RI  yang pertama.  Bangunan  rumah tersebut teretak diatas seluas 2.00 meter peregi  dengan luas  bangunan indu 615 meter persegi.  Biaya pembngunan termasuk perabotan berjumlah Rp 14,7  juta.
Presiden  yang didampingi  Ibu Soeharto, dan Menteri. Sekertaris Negara  Sudharmono, dan pejabat  teras  Sekertariat  Negara, ketika  menyerahkan  rumah itu mengatakan  bahwa pemberian rumah oleh  pemerintah kepada  isteri  Wakil Presiden pertama RI itu didasarkan  pada Undang-undang  NO. 6  Tahun  1978.  Undang-undang tersebut yang mengatur hak-hak  administrasif  Presiden  dan wakil  presiden  baru diundangkan pada thun  1978,  sehingga  penyerahan rumah  ini baru   dapat dilaksanakan  hari ini.  Presiden  mengharapkan  agar pemberian rumah ini oleh Pemrintah dapat  diteria dengan baik oleh Ibu Rahmi Hatta beserta keluarganya.  Diharapkan pula semoga rumah ini bermanfaat  bagi anak-anak dan cucu Bung  Hatta dalam melanjutkan  perjuangan dan cita-cita almarhum.
Ibu  Rahmi  yang didampingi  putera-puterinya  dan  wangsa widjaya,  sekertaris pribadi almarhu Bung Hatta, menyampaikan  terima kasih kepada  Presiden dan pemerintah yang telah menganugerhkan  rumah  tersebut.  Dikataknnya  bahwa perhatian pemerintah  dan Presiden ini merupakan suatu surprise  bagi  keluarganya.
Ketua  DPR,  Daryatmo, pagi ini membacakan  surat  Presiden Soeharto yang merupakan  tanggapan atas pertanyaan 19  anggota  DPR  mengenai isi  amanatnya didepan rapim ABRI  27 Maret 1980 di Pekan Baru  dan pada  peringatan ulang tahun  ke- 28 Kopasandha  tanggal 19 april 1980  di Cijantung.  Dalam  jawabannya  Presiden menganjurkan  ke-19 orang anggota  DPR   tersebut  membaca  baik-baik  pidato-pidato  tersebut,  mereka akan dapat memahami  isi dan maksudnya, sehingga  dengan demikian dapat merupakan  jawaban  yang memadai atas hal-hal  yang mereka pertanyakan  tersebut.
Ditambahkan  oleh Presiden  bahwa  seandainya para penanya masih  merasa  bahwa  bahan-bahan  yang  disampaikan itu kurang  memadai, maka  ia menyarankan  agar  para penanya  yang menyalurkan  pertanyaan  mereka melalui rapat-rapat Komisi DPR sesuai  dengan peraturan tata tertib DPR.
Sabtu, 1 Agustus 1981.
Bersama  sebahgian kaum muslimin  ibukoa. Presiden Soeharto pagi ini melakukan shalat  Ied  di Masjid Istiqlal.  Mulai  pukul  10.00 pagi  sampai  13.00 siang, bertempat di Cendana, Presiden dan Ibu Soeharto menerima ucapan  Selamat  Idul Fitri  dari para  pimpinan lembaga tinggi  dan tertinggi  negara,para  menteri  dan pejabat  tinggi  pemerintahan, serta korps  diplomatik.  Anggota masyarakat  umum diberi kesempatan untuk  bersilatuhrahmi  dengan Presiden dan Ibu  Soeharto  malam ini mulai 19.00 dampai  pukul 20.00.
Senin, 1 Agustus 1983.
Jam  10.00 pagi ini, bertempat  di Istana  Negara  Presiden  Soeharto  membuka rapat kerja  Bulog.  Dalam  pengarahannya,  Kepala  Negara  mengatakan  bahwa  tugas Bulog dalam pembangunan  kita ini  cukup penting dan  berat.  Untuk  mensukseskan tugas yang berat itu, Presiden meminta  aparat  Bulog untuk memadukan tiga syarat  kerja yang penting, yaitu; kemampuan , tekad  yang kuat untuk bekerja  keras  dan tekun,  dan  kejujuran.  Sebelumnya , Kepala Negara  telah menegaskan bahwa tugas,  utama  Bulog adalah  memelihara stabilitas  bahan  pokok kebutuhan rakyat,  khususnya  harga  beras.  Usaha  memelihara  stabilitas  harga tersebut  dilaksanakan  sejajar  dan bersama –sama  dengan usaha  meningkatkan produksi  padi memperlancar  pemasarannya.
Pada  kesempatan  itu Presiden  juga menggambarkan  bagaimana  pesatnya,  perkembangan  produksi  pangan  nasional.  Diungkapkan  oleh Kepala Negara   bahwa jika pada masa-masa  yang laluu komposisi stok nasional  terdiri atas  80% dari impor  dan 20%  pengadaan  dalam negeri , maka  sejak  tahun  1980/ 1981  yang lalu, komposisi  stok  nasional  kita terdiri  dari 20% impor dan 80% pengadaan  dalam negeri.  Dengan  demikian  fungsi impor  pangan  telah dapat  kita ubah  dari sarana untuk  menutupi  jurang  yang lebar  antara kemampuan berproduksi  yang  sekedar  sarana  untuk  menambah  stok nasional  saja.  Hal ini  menunjukan  keberhasilan  kita dalam melaksanakan  pembangunan  di bidang   pertanian.  Demikian Presiden.
Rabu, 1 Agustus 1984.
Pukul  10.00  pagi ini  Prsiden Soeharto  memimpin  kabinet  terbatas  bidang Ekuin yang berlangsung  di Bina Graha.  Dalam  sidang hari ini Presiden meminta para menteri  terkait untukmemikirkan dan meneliti  kemungkinan  penghapusan  program Bimbingan Massal(Bimas)  tahun depan.  Dikatakan oleh Kepala Negara  bahwa pada  saat  ini program  Bimas hanya  mencapai 10 persen  dari aseluruh  areal  pertanaian.  Menurut  Presiden ini membuktikan  bahwa para petani  sudah memiliki  sarana  produksi sendiri.
Selain  itu Kepala Negara  juga meminta agar  para menteri  dan inspektur  jenderal  melakukan inspeksi  mendadak  (sidak)  ke daerah-daerah  seperti  yang dilakukan oleh  Wakil Presiden Umar wirahadikusumah.  Akan  tetapi  diingatkannya  agar hasil laporan wakil presiden  mengenai sidak  yag Sehubungan dengan laporan wakil  Presiden  mengenai sidak yang dilakukannya  ke Sulawesi Selatan  dan Aceh  belum lama ini, Presiden  meminta supaya hasil sidak  itu segera  diserahkan  kepada  para menteri  bersangkutan  untuk  ditindak – lanjuti  dalam rangka  mengatasi masalah  yang ada.  Untuk  itu Presiden mengingatkan pentingnya   pengawasan  sebagai unsur  penting dalam pelaksanaan  pembangunan.
Diantara laporan yang disampaikan kepada Kepala Negara  didalam  sidang hari ini  adalah  laporan Menteri Pertanin tentang pelaksnaan” Hari Krida  Pertanian”  tahun ini. Laporan  tersebut menilai bahwa   temuwicara  yang banyak  diadakan  dalam rangka  memperingati hari itu,  membuka kesempatan kerja  para  petani dapat menyampaikan masalah-masalah yang mereka  hadapi
 Kepada  Presiden  juga dilaporkan  menengenai keadaan moneter ;  antara  lain jumlah Rp, 448 miliar.  Sementara  itu  neraca perdagangan  Indonesia pada bulan  Mei  ialah  ekspor senilai  U$$ 1,  557,9  juta  dan  impor  sebesar  U$$ 1,450 juta,  sehingga dalam Bulan Mei  Indonesia  mendapat  surplus sebesar  U$$ 107, 8 juta.
Kamis, 1 Agustus  1985.
Dahulu  banyak orang yang  menangsikan  apakah  Indonesia dapat  merdeka.  Kesangsian  ini sengaja ditiup-tiupkan  oleh kaum penjajah  untuk  memadamkan  semangat  kemerdekaan kita. Kesangsian  itu juga  ada pada sebagian  masyarakat  kita sendiri.  Namun  sejarah  membuktikan  bahwa  kesangsian  tadi bukan saja tidak beralasan,  melalui  sala sama sekali.  Dengan  segala  pengorbanan  dan penderitaan, melalui perang dan revolusi  yang penuh kepahlawanan  bangsa kita yang sangat  panjang   akhirnya  melahirkan  Indoneisia  Merdeka 40 tahun  yang  lalu.
Setelah Indonesia Merdeka, orang  juga meniup-niupkan  kesangsian, apakah kita mampu  berdiri tegak  sebagai  bangsa Yang  merdeka  dan apakah kita  mampu mengurus  diri sendiri.  Namun  sejarah  juga  membuktikan  bahwa kita sebagai  bangsa bukan saja dapat  membangun Orde  baru, kia dapatmengurus kehidupan bangsa dan negara  kita secara  tertib dan teraur berdasarkan  Pancasila dan UUD 1945.
 Dalam  zaman  pembangunan  sekarang pun,  masih juga ditiup-tiupkan  kesangsian, apakah  kita dapat  membangun  masyarakat  modern dengan mengerahkan pikiran,  tenaga, kemampuan  dan kemauan  kita sendiri. Untuk  kesekian kalinya, sejarah juga  membuktikan  bahwa kita dapat  mencapai  kemajuan-kemajuan  yang berarti  sejak kita  melaksanakan  pembangunan mulai  dari Repelita  1  sampai Repelita IV  sekarang ini.
 Demikian  dikatakan Presiden Soeharto ketika  pagi ini membuka  secara resmi  Pameran Produksi Indonesia 1985 di lapangan  Monumen  Nasional,  Jakarta.  Setelah  mengucapkan  pidatonya, Presiden  menekan  tombol  sirene yang menandai  pembukaan  pameran.  Dalam  rangka pembukaan ini pula  Kepala Negara  menandatangani  sampul  pertama  perangko PPI 1985.  Kemudian,  ketika Presiden dan rombongan  akan meninjau   pameran, Ibu  Soeharto melakukan  pengguntingan  pita.
Sabtu, 1 Agustus  1987.
 Pukul  0.09.00 pagi ini Menteri Agama,  Munawir Sjadzalli, menghadap  Presiden  Soeharto di Bina Graha .  Ia menemui  Kepala Negara untuk melaporkan tentang penyelenggaraan ibadah haji tahun ini.  Dilaporkannya bahwa jumlah  tahun ini berjumlah  56.402 orang.  Dilaporkannya  dengan  jumlah jemaah   tahun lalu yang  mencapai  57. 524 orang, tahun ini berarti  terjadi  penurunan  jumlah  jamaah sekitar 2 %.
Presiden  Soeharto  menekankan pentingnya  keterlibatan  pemerintah daerah  untuk mencegah  terjadinya  pemboman ikan laut  karena hal  ini dapat merusak sumber  daya  kelautan.  Hal  itu dikatakan  oleh  Kepala Negara ketika menerima laporan  Menteri  KLH Emil Salim mengenai  seminar  Laut Nasional  II  di Bina Graha pagi ini.  Salah satu hasil seminar  itu menyebutkan  bahwa dengan  diberikanya  berbagai  kemudahan untuk pengembangan  usaha di bidang  perikanan dan pertambangan  dasar laut.
Selasa, 1 Agustus 1989.
Pukul  10.25 pagi ini, Presiden  Soeharto  menerima Menteri Perdagangan Arifin Siregar, Menteri  Pertanian  Wardoyo, dan Menteri  Muda perdagangan Sudrajdat  Djiwandono di Bina Graha.  Mereka menghadap  Kepala Negara sehubungan  dengan  akan dilangsungkannya  sidang  komisi  bersama  Indonesia –Uni  Soviet  di Moskow pada  akhir  bulan ini.  Sidang  komisi bersama akan menentukan  berbagai  langkah  bagi peningkatan  hubungan  perdagangan  dan ekonomi diantara kedua negara.
Sehubungan  dengan itu, presiden  menggariskan bahwa upaya  meningkatkan hubungan  perdagangan kedua  negara, hendaknya diajaki  kemungkinan bagi Indonesia  untuk  mensuplai  komoditi  yang bisa menjadi  substitusi  gandum.  Sebagaimana  diketahui  gandum merupakan jenis komoditi  yang selama ini cukup banyak dibeli oleh Uni Soviet.
Rabu, 1 Agustus 1990.
Pukul 10.15  pagi  ini Presiden Soeharto  memimpin sidang kabinet  terbatas  bidang  Ekuin di bina Graha. Didalam  sidang tersebut  kepala Negara menginstruksikan  agar lau inflasi  segera  dapat diatasi dnan terus  ditingkatkan  usaha pengendalaliannya .  instruksi ini dikeluarkan setelah mendengar  laporan bahwa laju inflasi ini menyebabkan  inflasi  dalam tahun  anggaran menjadi  5,50% dan inflasi  tahun takwim mencapai 7,01%.
Dilaporkannya  bahwa uang  yang beredar  pada bulan  Mei  yang  lalu berjumlah  Rp 22, 279 triliun.  Neraca  perdagangan  pada bulan Mei  mencatat surplus  sebesar U$$65,1 juta, yang berasal  dari selisih  ekspor U$$ 1,792 miliar dan impor U$$1,727  miliar.  Dari  angka tersebut, mencatat  ekspor migas sebesar U$$ 751, 4 juta, berarti  naik sebanyak 4,5%, dan non-migas  sebesar U$$1,415 miliar atau naik 5,8 % dari keadaan pada bulan yang sama tahun  1989.

Sumber : Buku Jejak Langkah Pak Harto Jilid 1-6
Penyusun : Eren