PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Presiden Soeharto Berturut-turut Menerima Surat-surat Kepercayaan.

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
SABTU, 16 JUNI 1984

Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di lstana Merdeka, Presiden Soeharto berturut-turut menerima surat-surat kepercayaan dari Duta Besar Konfederasi Swiss, Gerard Franel, dan Duta Besar Republik Zaire, Adeito Nzengeya Bagbeni. Duta Besar Bagbeni adalah Duta Besar Zaire yang pertama untuk lndonesia.

Ketika menerima surat kepercayaan dari Duta Besar Franel, Kepala Negara mengharapkan pengertian dan peranan negara-negara maju yang memungkinkan negara-negara yang sedang berkembang terus membangun dirinya. Jika hal tersebut dapat diciptakan, demikian Presiden, maka ia tentu akan merupakan suatu langkah kearah terciptanya dunia damai yang didalamnya akan dapat menjamin keadilan dan keselamatan semua bangsa. Dalam rangka itu, Presiden secara khusus menyampaikan penghargaannya atas peranan dan pandangan maju Swiss yang aktif didalam mencari jalan-jalan konstruktif untuk mensukseskan dialog Utara-Selatan.

Sementara itu, dalam membalas pidato Duta Besar Bagbeni, Presiden Soeharto menyerukan kepada negara-negara dunia ketiga untuk tidak saja berjuang guna menciptakan suatu tata dunia baru yang lebih adil, tetapi juga harus meningkatkan kerjasama diantara sesama negara berkembang itu sendiri. Hal ini perlu untuk mengatasi keadaan dimana sebagian terbesar terbelenggu oleh keterbelakangan dan kemelaratan.

Pukul 11.00 pagi ini Presiden Soeharto mengadakan pertemuan konsultasi dengan pimpinan DPR; pertemuan ini berlangsung di lstana Merdeka. Pimpinan DPR yang hadir dalam pertemuan tersebut adalah Amirmachmud, Amir Murtono, Nuddin, Kharis Suhud, dan Hardjanto Sumodisastro.

Setelah pertemuan konsultasi itu, Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono menjelaskan bahwa 
Presiden Soeharto telah memutuskan untuk menunda pelaksanaan Undang-undang No. 8 Tahun 1983 mengenai Pajak Pertambangan Nilai yang seharusnya mulai berlaku 1 Juli 1984 hingga selambat-lambatnya tanggal 1 Januari 1986. Penundaan ini disebabkan persiapan-persiapan belum memungkinkan untuk menerapkan ketentuan-ketentuan yang tercantum didalam undang-undang tersebut. Dalam konsultasi tersebut pimpinan DPR menyatakan dapat memahami alasan keputusan Presiden.

Malam ini Presiden Soeharto menghadiri acara peringatan Nuzulul Qur’an yang berlangsung di Masjid Istiqlal, Jakarta. dalam sambutannya, Presiden mengajak kita semua untuk menggali kembali api semangat lslam dan berusaha meningkatkan iman serta berusaha memperbarui tekad pengabdian sebagai orang beragama. Selanjutnya dikemukakan bahwa Nuzulul Qur’an itu merupakan peristiwa yang sangat penting bagi kaum muslimin, sebab ia adalah peristiwa yang mengawali kelahiran agama lslam dan pangkal sejarah lslam serta kaum muslimin.

Presiden lebih lanjut mengaitkan makna Nuzulul Qur’an dengan pendidikan agama. Dalam hubungan ini Kepala Negara menekankan agar dalam pendidikan agama, aspek kedalaman keberagamaan memperoleh perhatian yang sebesar-besarnya. Sebab kita tidak ingin keberagaman anak-anak kita lebih bersifat pengetahuan dan kurang bersifat penghayatan. Akan tetapi diingatkannya jangan sampai pendidikan agama itu menjadikan mereka pandangan sempit dan tidak lapang dada daam menghadapi perbedaan dalam masalah keagamaan. Presiden menganggap hal ini penting, sebab bangsa kita adalah bangsa yang majemuk; dalam masyarakat kita hidup dan berkembang berbagai agama dan paham keagamaan. Demikian antara lain dikatakan oleh Kepala Negara.

Publikasi, Lita.SH.