PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 5 Juni 1966-1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
MINGGU, 5 JUNI 1966


Waperdam Hankam/Menpangad Letjen. Soeharto dalam pertemuan dengan delegasi Kowani di tempat kediamannya, mengatakan bahwa kita perlu membantu dan mengamankan perjuangan yang murni dari KAMI dan KAPPI untuk melaksanakan Tritura, agar perjuangan KAMI dan KAPPI tidak ditunggangi oleh golongan kontrarevolusi dan gerilya politik G-30-S/PKI. Dalam pada itu, ketika menjawab pertanyaan pemimpin redaksi Kyodo News Service, Ichiro Wateite, Waperdam Hankam Letjen. Soeharto menjelaskan bahwa ABRI mempertahankan kedudukan, wewenang dan kewibawaan Presiden Soekarno sesuai dengan pernyataan ABRI tanggal 5 Mei 1966 dan akan melarang PKI untuk seterusnya. Menjawab pertanyaan mengenai cara untuk mengatasi masalah cina di Indonesia, Jenderal Soeharto mengatakan bahwa hal itu dilakukan dengan cara pengakuan RRC terhadap penghapusan dwi-kewarganegaraan.






SENIN, 5 JUNI 1967


Pejabat Presiden telah menolak dipakainya Istana Merdeka untuk tempat perayaan ulang tahun Bung Karno yang ke-67 pada tanggal 6 Juni. Sesuai dengan Keputusan Presiden No. 62/1967, Bung Karno hanya diperbolehkan memakai Istana Bogor sebagai tempat kediamannya.






KAMIS, 5 JUNI 1969


Presiden Soeharto mengatakan bahwa pembangunan Masjid Istiqlal, yang oleh pemerintah dijadikan proyek nasional, dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Presiden, hal itu tidak lain karena cita-cita perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai masyarakat adil dan makmur bukan hanya di bidang material, tetapi meliputi juga bidang spritual. Pembangunan masjid ini oleh Presiden dianggap sebagai proyek yang menjadi tanggungjawab rakyat Indonesia, khususnya merupakan tantangan bagi umat Islam untuk dapat menyelesaikannya dalam waktu yang tepat. Demikian dinyatakan oleh Presiden Soeharto selesai mengadakan peninjauan ke Proyek Masjid Istiqlal pagi ini.






SENIN, 5 JUNI 1972


Presiden Soeharto mensahkan persetujuan kerjasama teknik antara RI dan Switzerland yang telah ditandatangani oleh wakil-wakil kedua negara di Jakarta pada tanggal 21 Januari 1971. Kerjasama itu antara lain meliputi pengiriman para ahli teknik dan pemberian beasiswa oleh pemerintah Switzerland kepada Indonesia.







RABU, 5 JUNI 1974


Kasau Marsekal Saleh Basarah menghadap Presiden Soeharto pagi ini di Bina Graha. Dalam pertemuan yang berlangsung selama lebih kurang setengah jam itu antara lain telah dibahas masalah yang menyangkut pencarian dan penyelamatan korban pesawat udara dan kapal laut. Kepada Kasau, Kepala Negara telah memerintahkan agar AURI dan Departemen Perhubungan bekerjasama membuat konsep baru mengenai SAR. Demikian diungkapkan oleh Kasau Saleh Basarah setelah menghadap Kepala Negara.








KAMIS, 5 JUNI 1975


Pagi ini, bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto menerima kunjungan kehormatan Dr. Graf Lambsdroff, Wakil dari fraksi Liberal-Demokratif di Bundestag (Parlemen Jerman Barat) yang membidangi masalah ekonomi dan keuangan. Dalam pertemuan yang berlangsung hampir satu jam itu telah dibicarakan kerjasama Jerman Barat dan Indonesia dalam masalah ekonomi dan keuangan.


Kemudian, selama hampir satu jam pula, Menteri Dalam Negeri Amirmachmud telah menghadap Kepala untuk melaporkan masalah RUU Pemilihan Umum tahun 1977 yang akan segera diajukan ke DPR. Kepada Pers Menteri Amirmachmud menjelaskan bahwa hanya ada perubahan-perubahan teknis saja dalam RUU itu, bila dibandingkan dengan organisasi-organisasi pemilihan umum Tahun 1971. Perubahan itu antara lain tentang dalam pemilihan umum 1971 menjadi tiga (dua partai politik dan satu Golkar) dalam Pemilihan umum 1977.






SENIN, 5 JUNI 1978


Pada  jam 09.00 pagi ini bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto membuka Sidang ke-6 para Menteri Ekonomi ASEAN. Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa  ASEAN yang kita cita-citakan, yang harus mampu mengurus dan menentukan masa depannya sendiri, terang harus memiliki ketahanan nasional. Ketahanan nasional ini adalah mutlak agar kita mampu dengan selamat melampaui masa-masa yang sulit dalam perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat kita yang terus membangun dan juga perubahan-perubahan yang terjadi di dunia. kerjasama diantara kita di bidang ekonomi dan sosial justru kita galang dengan maksud untuk memperkuat ketahanan nasional kita masing-masing. Karena itu kita terus mencari kerjasama yang tidak berakibat memperlemah ketahanan ekonomi kita masing-masing malahan sebaliknya, harus memperkuat, sebab, kelemahan salah satu diantara kita akan melemahkan kita secara keseluruhan, yang pada gilirannya berarti lemahnya ketahanan regional kita. Apabila ini terjadi, maka kawasan kita akan menjadi ajang perebutan pengaruh diantara kekuatan-kekuatan diluar kita, yang jelas ada sangkut pautnya dengan kepentingan  kita. Demikian  Presiden Soeharto.


Presiden Soeharto menginstruksikan Menteri Pertambangan dan Energi, Prof. Subroto, untuk mengadakan penelitian mengenai prosedur penagihan rekening, terutama dari instansi pemerintah. Demikian diungkapkan oleh Menteri Subroto setelah ia menghadap Kepala Negara bersama Dirut Pertamina, Piet Haryono, di Istana Merdeka pagi ini. Menurut Subroto, tunggakan listrik yang belum dibayar hingga kini sebesar Rp 17,3 miliar.


Pada pukul 10.00 pagi, bertempat di Istana Negara, Presiden Soeharto membuka seminar nasional tentang pengembangan Lingkungan Hidup Dalam sambutannya, Kepala Negara antara lain mengingatkan peserta seminar bahwa dalam melaksanakan pembangunan yang juga sekaligus mengembangkan lingkungan hidup, adalah penting untuk menggunakan hasil sumber alam yang tidak terpulihkan itu secara bijaksana dan terutama dipakai untuk meningkatkan kemampuan rakyat kita meningkatkan taraf hidupnya, sehingga sumber alam yang habis terpakai ini tidak menurunkan kemakmuran bangsa kita. Dalam hubungan ini adalah penting untuk kemakmuran bangsa kita. Dalam hubungan ini adalah penting untuk mengusahakan sumber alam seperti gas, minyak bumi, batu bara dan lain-lain yang lazimnya padat-modal dan tinggi teknologi, dengan cara pembangunan yang memberi dorongan pada kehidupan ekonomi masyarakat sekitarnya.


Selanjutnya dikemukakannya bahwa dalam mengolah dan mengelola sumber alam yang dapat terpulihkan, perlu diperhatikan keharusan melestarikan sumber alam itu kembali. Dengan  pelestarian sumber alam seperti hutan, laut,dan air, maka sumber ini tetap utuh untuk dimanfaatkan secara terus menerus, tidak hanya untuk generasi sekarang ini saja, tetapi lebih-lebih untuk generasi untuk generasi-generaasi yang akan datang.






SELASA, 5 JUNI 1979.


Di Port Moresby, Presiden dan Ibu Soeharto pagi ini melakukan kehormatan kepada Perdana Menteri dan Nyonya Michael Somare di kediamanan resmi Perdana Menteri Papua Nugini itu Selanjutnya, pada  pukul 10.00 pagi ini Presiden mengadakan pembicaraan empat mata dengan PM Somare, Pembicaraan yang berlangsung di Pineaple House, kantor Perdana Menteri, telah meyentuh beberapa masalah bilateral. Kedua pemimpin itu antara lain menyepakati untuk mengambil tindakan tegas terhadap imigran gelap yang memasuki wilayah masing-masing negara, terutama yamg melalui perbatasan. Selain itu telah pula dibahas rencana pembangunan di sepanjang tapal batas kedua negara.


Usai pembicaraan resmi, siang ini Presiden Soeharto dan PM Somare menyaksikan penandatanganan persetujuan kerjasama teknik Indonesia-PNG. Persetujuan yang terdiri dari atas sembilan pasal itu mengemukakan kesepakatan kedua pemerintah untuk meningkatkan kerjasama teknik dalam batas kemampuan masing-masing. Bertindak sebagai wakil Indonesia dalam acara penandatanganan ini adalah Menteri Koordinator Bidang Polkam, M Panggabean dan pihak Papua Nugini diwakili oleh Perdana/Menteri Luar Negeri dan Perdagangan Olewale.


Untuk menghormat kunjungan Presiden dan Ibu Soeharto di Papua Nugini, malam ini Perdana Menteri dan Nyonya Michael Somare mengadakan jamuan santap malam di Hotel Travelodge, Port Moresby. Dalam pidato balasannya, Presiden Soeharto antara lain mengatakan bahwa sebagai sesama bangsa yang sedang membangun tentulah kedua negara tentu mempunyai banyak masalah. Sebagai bangsa yang berdaulat kedua negara tentu mempunyai jawaban masing-masing atas masalah yang dihadapi. Namun, sebagai tetangga satu pagar dan sebagai sahabat yang saling percaya, kita ingin saling memahami persoalan masing-masing dan saling ingin bertukar pengalaman. Dikatakan oleh Presiden bahwa  semangat itulah yang dibawanya ke Papua Nugini dan semangat itu pulalah yang dibawanya dalam pertemuan dengan PM Somare.


Selanjutnya dikatakan Kepala Negara bahwa sejarah dan alam menakdirkan  kedua  bangsa menjadi tetangga yang sangat dekat. Kemauan dan tekad keduanya makin mendekatkannya dengan semangat dan tekad yang demikian itu ia yakin kedua negara akan dapat membina hubungan persahabatan yang semakin mantap dan mampu memberikan kemajuan dan kesejahteraan bagi rakyat masing-masing. Demikian Presiden.






KAMIS, 5 JUNI 1980


Presiden Soeharto menyatakan rasa puasnya atas hasil-hasil yang dicapai oleh Musyawarah Nasional ke -2 MUI yang berlangsung di Jakarta baru-baru ini. Menteri Agama Alamsyah mengatakan hal itu selesai diterima Kepala Negara di Bina Graha hari ini. Dikatakannya pula bahwa Presiden mengharapkan agar majelis-majelis agama lainnya juga mempunyai ketegasan sikap yang sama mengenai  Pancasila maupun Pembangunan.


Presiden Soeharto mengajak seluruh masyarakat dan segenap jajaran aparatur pemerintah untuk mengindahkan tiga pokok petunjuk pengembangan lingkungan dalam menghadapi tantangan dan keharusan melestarikan alam. Hal ini dikemukakannya dalam sambutannya pada Hari Lingkungan Hidup  Sedunia, yang jatuh pada  tanggal  5 juni di Bina Graha hari ini.


Selanjutnya Kepala Negara memberikan petunjuk tentang tiga pokok pengembangan lingkungan. Petunjuk pertama ialah merangsang, mendorong dan menggerakan prakarsa dan kegiatan kelompok-kelompok dalam masyarakat dalam mengembangkan lingkungan dan melestarikan air. Petunjuk kedua ialah bahwa pengembangan terpadu di segala bidang, petunjuk ketiga ialah perlu disadari bahwa perkembangan lingkungan perlu dilakukan atas pandangan dan penanganan terpadu di segala bidang, Petunjuk ketiga ialah perlu disadari bahwa perkembangan lingkungan tunduk pada suatu keseimbangan. Berbagi benda, zat mati dan mahluk hidup serta manusia pada umumnya berada dalam hubungan keseimbangan satu dengan yang lainnya,saling pengaruh mempengaruhi dan hidup menghidupi. Demikian Presiden.







SABTU, 5 JUNI 1982


Pukul 09.00  pagi ini,  bertempat  di Istana  Merdeka,Presiden  Soeharto  menerima  Menteri perhubungan  Tunisia,  Ben  Jema, yang juga adalah  ketua  Umum  Federasi  Organisasi  Insyiur Sedunia. Dalam pertemuan tersebut, presiden  antara lain  berharap  agar federasi  Organisasi Insinyiur  Sedunia  dapat  memberikan  bantuan  kepada  Indonesia,  sebab dalam  Pelita  IV  nanti Indonesia  akan meningkatkan  pembangunan  dalam bidang  industri.  Bantuan yang diharapkan adalah  mengisi  kekurangan  tenaga ahli. Demikian  diungkapkan  oleh Ketua  PII. Ir . GM Tampubolon, yang  juga ikut mendampingi  Ben Jemaa dalam pertemuan  itu.


Presiden dan Ibu Soeharto menghadiri acara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang berlangsung di Istana Negara. Dalam sambutannya, Presiden mengatakan bahwa kita di Indonesia melaksanakan pembangunan dengan tujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, dalam pembangunan kita bukan saja tidak boleh merusak alam, malahan harus memelihara kelestariannya. Pembangunan yang demikian dapat dilakukan melalui lima pokok ikhtiar.

Pertama, menumbuhkan sikap kerja berdasarkan kesadaran saling membutuhkan antara yang satu dengan yang lain. Hakikat lingkungan hidup memuat hubungan saling kait mengait dan hubungan saling membutuhkan antara sektor satu dengan sektor lain. Kedua, kemampuan menyerasikan kebutuhan dengan kemampuan sumber alam dalam menghasilkan barang dan jasa. Ketiga, mengembangkan sumber daya manusia agar mampu menanggapi tantangan pembangunan tanpa merusak lingkungan. Keempat, mengembangkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat sehingga tumbuh menjadi kesadaran berbuat. Kelima, menumbuhkan lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang dapat mendayagunakan dirinya untuk menggalakkan partisipasi masyarakat dalam mencapai ujuan pengelolaan lingkungan hidup.

Demikian antara lain dikatakan Presiden. pada akhir acara, Kepala Negara telah menyematkan tanda penghargaan ‘Kalpataru’ 1982 kepada penyelamat lingkungan, perintis dan pengabdi lingkungan yang telah berhasil mencerminkan ciri yang menonjol yaitu sifat pengorbanan diri, sikap berjuang tanpa pamrih, memiliki kemampuan selaku pendidik dan penyuluh serta memiliki rasa cinta alam khususnya dan cinta tanah air pada umumnya.







MINGGU, 5 JUNI 1983


Pukul 20.10 malam ini, Presiden dan Ibu Soeharto menerima kunjungan perpisahan Perdana Menteri Australia dan Nyonya Hawke di Istana Merdeka. Tidak lama kemudian Presiden dan Ibu Soeharto mengantarkan kedua tamu negara itu ke pelabuhan udara internasional Halim Perdanakusuma.






SELASA, 5 JUNI 1984


Hari Lingkungan Hidup Sedunia tahun 1984 diperingati dalam suatu upacara di Istana Negara pagi ini, dimana antara lain hadir Presiden dan Ibu Tien Soeharto. Dalam rangka Hari Peringatan Lingkungan Hidup Sedunia ini, Kepala Negara telah menyerahkan penghargaan Kalpataru kepada mereka-mereka yang telah berjasa didalam melestarikan lingkungan hidup di Indonesia. Penerima Kalpataru tahun ini adalah para pemenang yang terpilih dari 111 calon dari seluruh Indonesia. Selain menerima Plakat Kalpataru, para pemenang juga memperoleh hadiah berupa Tabanas.

Dalam amanatnya, Kepala negara mengatakan bahwa bagi negara yang sedang membangun, seperti halnya Indonesia, kenaikan pendapatan sebagai hasil pembangunan tidak bijaksana jika digunakan sepenuhnya untuk meningkatkan tingkat konsumsi. Menurut Presiden, sebagian dari peningkatan pendapatan itu harus disishkan sebagai modal pembangunan selanjutnya. Karena itu, kita perlu mengendalikan tingkat konsumsi kita. Usaha pengendalian konsumsi ini juga mempunyai arti penting dalam rangka mengurangi tekanan pada sumber daya alam dan mencegah kerusakan lingkungan hidup.

Dalam hubungan ini, Presiden menunjuk pengalaman pembangunan di negara-negara maju. Di negara-negara maju, menurut Presiden, tingkat konsumsi yang tidak terkendalikan menghasilkan pola hidup yang boros, sehingga menguras sumber daya alam dan merusak lingkungan.

Selanjutnya dikatakan oleh Presiden bahwa semangat mengendalikan siri itu, sangat kita perlukan untuk mengamankan Repelita IV, karena dalam Repelita IV kita akan meletakkan kerangka landasan bagi tercapainya tahapan tinggal landas dalam Repelita IV nanti. Menurutnya, arah perkembangan ini mengharuskan kita untuk menjaga agar sumber daya alam tetap berfungsi dengan baik, sehingga terus dapat menunjang pembangunan jangka panjang serta berkesinambungan.

Ditegaskannya, adalah tidak bertanggungjawab jika kita menguras habis sumber-sumber alam sekarang sehingga tidak ada lagi yang tersedia bagi generasi-generasi yang akan datang. Kita memang harus memanfaatkan sumber daya alam untuk membangun, namun kita juga harus mengelolanya sehingga tidak merusak lingkungan. Semboyan kita adalah pembangunan tanpa kerusakan.






RABU, 5 JUNI 1985


Presiden Soeharto pagi memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di Bina Graha. Didalam sidang Presiden meminta agar kesiapan angkutan lebaran diteliti kembali, dalam upaya meningkatkan kemudahan bagi masyarakat dalam menggunakan jasa angkutan pada hari raya, sehingga mereka dapat bersilahturahmi dengan keluarganya di daerah masing-masing. Hal ini merupakan tanggapan Kepala Negara terhadap laporan Menteri Perhubungan Rusmin Nuryadin mengenai rencana dan kesiapan berbagai alat angkutan dalam menghadapi lebaran yang akan datang.

Sementara itu, Kepala Bulog Bustanil Arifin melaporkan bahwa barang-barang pokok yang dikelola Bulog sudah tersedia cukup untuk memenuhi kenaikan permintaan selama bulan puasa dan lebaran.

Diantara masalah-masalah lain yang dilaporkan oleh para Menteri, tercatat bahwa jumlah uang yang beredar pada bulan April 1985 mencapai Rp. 8.854 miliar. Sementara itu indeks harga konsumen yang dikaitkan dengan laju inflasi dalam bulan yang Mei lalu tercatat 0.36%. dengan demikian inflasi berdasarkan perhitungan tahun anggaran adalah sebesar 2,86%, sedangkan tahun takwim adalah 3,04%.

Di bidang perdagangan terdapat surplus neraca pembayaran dalam bulan Maret 1985 sebesar US$579,1 juta. Surplus ini diperoleh dari selisih angka sementara ekspor yang tercapai dalam bulan tersebut sebesar US$1.751,4 juta dan impor sebesar US$1.172,3 juta.

Sementara itu, didalam sidang hari ini Presiden telah menunjuk JB Sumarlin, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, untuk menjabat sementara Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, sehubungan dengan meninggalnya Prof Dr Nugroho Notosusanto dua hari yang lalu.

Pukul 20.00 malam ini, Presiden Soeharto menghadiri acara peringatan Nuzulul Qur’an yang berlangsung di Masjid Istiqlal, Jakarta. acara malam ini dihadiri oleh sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan IV dan para duta besar dari negara-negara sahabat, serta kaum muslimin ibukota.

Dalam amanatnya, Kepala Negara mengatakan bahwa Al-Quran adalah petunjuk dan hidayah Ilahi yang diberikanNya kepada kita untuk mencapai hidup yang penuh ketakwaan. Karena itu ajaran-ajaran Al Qur’an haruslah kita hayati dan kita amalkan sebaik-baiknya dalam rangka membentuk diri dan kepribadian dan kepribadian kita, ahlak dan moralitas kita, sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang diajarkan Tuhan dalam al-Qur’an. Selanjutnya dikatakannya bahwa bagi bangsa kita yang mencita-citakan terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya, usaha membina pribadi-pribadi yang taqwa sangatlah penting. Apalagi dari kehidupan bangsa kita sebagaimana ditegaskan dalam P4.







KAMIS, 5 JUNI 1986


Pukul 09.00 pagi ini, Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan Duta Besar Selandia Baru, Gordon Noel Parkinson, di Istana Merdeka. Pada kesempatan itu, dalam pidatonya, Kepala Negara mengatakan bahwa sesuai dengan politik luar negeri yang bebas dan aktif, yang diabdikan kepada kepentingan nasional, Indonesia memang menghendaki terwujudnya dunia yang stabil dan damai dengan mengembangkan persahabatan dan kerjasama dengan semua negara. dan sesuai dengan letak geografisnya, maka dalam mengembangkan persahabatan dan kerjasama itu perhatian utama Indonesia tertuju pada ASEAN dan negara-negara tetangga di Asia dan Pasifik Barat Daya. 

Pukul 10.00 pagi di Istana Negara dilangsungkan upacara peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Dalam upacara yang juga dihadiri oleh Ibu Tien Soeharto serta Wakil Presiden dan Ibu Umar Wirahadikusumah itu, Kepala Negara telah menyerahkan penghargaan Adipura kepada pemegang lomba Kota Terbersih dan penghargaan Kalpataru.

Dalam amanatnya, Presiden mengatakan bahwa lingkungan hidup alami menghasilkan sumber daya alam yang bermacam ragam. Lingkungan hidup buatan, seperti pemukiman dan prasarana hasil teknologi, menyediakan wahana untuk pengembangan umber daya manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam. Sedangkan lingkungan sosial mengembangkan sumber daya sosial yang mendukung dan memungkinkan manusia melakukan pekerjaan produktif secara terkoordinasi dan terpadu dalam masyarakat yang selaras.

Dengan demikian, Kepala Negara mengingatkan, kualitas sumber daya itu menentukan efisiensi dan produktivitas. Sumber daya yang berkualitas rendah akan sukar memberikan produktivitas yang tinggi. Kualitas sumber daya itu sendiri tegantung lagi pada kualitas lingkungan hidup. Karena itu, kita berkepentingan menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan, untuk kepentingan kerja dan pembangunan secara menyeluruh.

Selanjutnya Presiden menegaskan bahwa guna meningkatkan efisiensi nasional dan sekaligus menjamin kesinambungan pembangunan yang bewawasan lingkungan, kita harus berusaha mengembangkan proses dan sistem kerja yang menghemat sumber daya, memperbesar manfaat, mengurangi dan mencegah kebocoran dan pemborosan untuk hari ini dan hari esok. Dengan demikian, maka efisiensi bagi kita haruslah merupakan usaha pemanfaatan sumber daya yang sebijaksana-bijaksanya untuk mencapai kualitas hidup yang diidam-idamkan bagi manusia Indonesia seutuhnya.






SENIN, 5 JUNI 1989


Presiden Soeharto, atas nama pribadi, pemerintah dan rakyat Indonesia, mengirimkan kawat ucapan belangsungkawa atas meninggalnya Ayatullah Rahullah Khomeini. Pemmpin Irak tersebut meninggal dunia pagi kemarin.

Dengan menumpang pesawat DC-10 Garuda, malam ini Presiden dan Ibu Soeharto betolak menuju Amerika Serikat untuk menerima penghargaan PBB di bidang kependudukan. Dalam perjalanan tersebut, Presiden dan rombongan akan bermalam semalam di Jenewa, Swiss. Tampak ikut seta dalam rombongan Kepala Negara antara lain Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan Menteri/Sekretaris Negara Moerdiono.







SELASA, 5 JUNI 1990


Pukul 16.30 sore ini Presiden dan Ibu Soeharto menyambut kedatangan Presiden Zimbabwe dan Nyonya Sally Mugabe dalam suatu upacara kenegaraan di halaman Istana Merdeka. Presiden Mugabe dan rombongan memulai lawatannya kemarin dengan mengunjungi Bali untuk meninjau proyek-proyek pertanian, dan tadi pagi telah pula mengunjungi Bandung untuk melihat IPTN. Kunjungan ini sangat bersejarah, sebab inilah pertama kalinya seorang Presiden Zimbabwe mengunjungi Indonesia.

Di Istana Negara malam ini Presiden dan Ibu Soeharto mengadakan jamuan makan kenegaraan untuk menghormat kunjungan Presiden Republik Zimbabwe dan Nyonya Sally Mugabe. Dalam pidatonya Presiden Soeharto mengatakan bahwa hubungan persahabatan antara kedua bangsa dan negara telah terjalin erat selama ini. Kita mempunyai pandangan-pandangan yang sama dalam menghadapi berbagai masalah internasional. Kita bahu membahu dalam forum-forum internasional, seperti dalam Gerakan Non-Blok, Kelompok 77 dan forum-forum internasional lainnya. Kita baru saja ikut menyukseskan KTT yang pertama dari G-15 yang berakhir dua hari yang lalu di Kuala Lumpur.

Kepala Negara juga mengemukakan bahwa Indonesia mengikat dengan seksama sikap konsisten yang dijalankan pemerintah Zimbabwe selama ini dalam membantu perjuangan yang adil dari mayoritas penduduk kulit hitam Afrika Selatan. Suatu perjuangan mulia untuk mendapatkan kebebasan penuh dari dominasi kolonial dan penindasan ras yang tidak berprikemanusiaan yang dilakukan oleh rezim apartheid. Peranan dan langkah-langkah yang dijalankan oleh Zimbabwe itu ternyata telah membuahkan hasil dengan tercapainya kemerdekaan Namibia, setelah lebih dari seabad berjuang melawan kolonial Afrika Selatan.







RABU, 5 JUNI 1991


Presiden Soeharto, pada jam 10.00 pagi ini, memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin yang berlangsung di Bina Graha. Didalam sidang, kabinet memutuskan untuk menaikkan gaji Pegawai Negeri Sipil dan ABRI serta pensiunan sebesar 15%, kenaikan ini diberlakukan mulai tanggal 1 Juli mendatang. Dengan kenaikan gaji ini, maka pengeluaran rutin pemerintah untuk sektor gaji bertambah Rp. 1,1 triliun. Tambahan pengeluaran pemerintah akibat kenaikan gaji dan pensiunan tersebut akan diambil dari Cadangan Anggaran Pembangunan (CAP) tahun anggaran 1991/1992 yang berjumlah Rp 2 triliun.

Presiden RRC, Yang Shangkun, sore ini tiba di Jakarta untuk mengawali kunjungan kenegaraan selama lima hari. Untuk menghormat Presiden Yang Shangkun, Presiden dan Ibu Soeharto malam ini mengadakan jamuan santap malam kenegaraan di Istana Negara.

Pada kesempatan itu, Presiden Soeharto dalam pidatonya antara lain mengemukakan bahwa Indonesia dan Cina baru setahun yang lalu menormalisasikan hubungan diplomatik. Namun dalam masa yang singkat tadi, kedua negara telah berhasil membina kerjasama yang erat di berbagai bidang. Hal ini bisa terwujud karena kedua bangsa memiliki pertautan sejarah yang sangat lama. Selain itu, kerjasama yang diselenggarakan juga memberikan manfaat bagi kedua belah pihak. Hubungan persahabatan  dan kerjasama yang dikembangkan pun ditanamkan di atas dasar0dasar yang sehat, yaitu prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai. Didalamnya antara lain, ditegaskan bahwa hubungan antar negara harus berlandaskan pada prinsip-prinsip saling menghormati kedaulatan dan tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing.
  


Penyusun Intarti, SPd