PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 8 Mei 1968-1985

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,

RABU, 8 MEI 1968

Presiden Soeharto pagi ini selama satu setengah jam mengadakan pembicaraan resmi dengan Kaisar Selassie. Dalam pembicaraan itu telah disinggung masalah-masalah bilateral dan multlateral. Selesai perundingan, bertempat di halaman Istana, Kaisar Selassie menyerahkan hadiah kepada Presiden Soeharto berupa sebuah kuda Ethiopia.




KAMIS, 8 MEI 1969

Presiden Soeharto siang ini mengadakan inspeksi ke Pelabuhan Tanjung Priok. Dalam inspeksi tersebut Presiden memerintahkan kepada pejabat-pejabat di pelabuhan tersebut agar memberikan pelayanan yang lebih baik lagi bagi keluar dan masuknya barang-barang dari dan ke pelabuhan. Dalam hubungan ini Jenderal Soeharto menekankan betapa pentingnya peranan faktor angkutan itu bagi sarana-sarana produksi. Sebelum mengunjungi pelabuhan Tanjung Priok, pada pagi hari ini Presiden Soeharto telah meninjau ruang operasi Departemen Perhubungan di Jalan Merdeka Barat, Jakarta.




JUMAT, 8 MEI 1970

Malam ini dengan didampingi oleh Ibu Tien, Presiden Soeharto meninjau pemusatan latihan Team Thomas Cup di Senayan Jakarta. dalam peninjauan itu Presiden sempat menyaksikan beberapa partai pertandingan antara Rudi Hartono, Mulyadi dan Darmawan. Dalam dialog dengan para pemain, Presiden mengharapkan agar mereka berlatih dengan sebaik-baiknya.



SELASA, 8 MEI 1973

Pukul 10.00 pagi ini di Bina Graha berlangsung Sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Sidang memutuskan untuk menyempurnakan dan menyederhanakan cara pangajuan dan penyelesesaian permohonan penanaman modal asing dan dalam negeri. peraturan yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Juni mendatang akan memungkinkan para calon investor untuk memproses permohonan mereka tanpa harus berurusan dengan banyak instansi.

Sebelum memimpin sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional, Presiden Soeharto menerima kunjungan Menteri Keuangan Belanda, JR Nelissen, yang diantara oleh Mneteri Keuangan Ali Wardhana. Pada kesempatan itu telah dilaporkan kepada Presiden tentang hasil sidang tahunan IGGI di Amsterdam yang telah menyepakati untuk memberikan bantuan sebesar US$876,6 juta kepada Indonesia dalam tahun anggaran 1973/1974.

Kepala Negara berpendapat bahwa kesepakatan itu merupakan suatu kepercayaan yang lebih dari negara-negara IGGI terhadap Indonesia. Ia mengharapakan agar kita memandang kepercayaan itu sebagai suatu tantangan, yaitu bahwa bantuan tersebut benar-benar dapat digunakan untuk pembangunan. demikian disampaikan oleh Menteri Keuangan Ali Wardhana kepada pers.




SELASA, 8 MEI 1979

Perdana Menteri Korea Selatan, Choy Kyu Hah, jam 10.00 pagi ini melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto di Istana Merdeka. Dalam kunjungan yang berlangsung selama satu jam itu, Presiden dan PM Choi Kyu Hah sempat mengadakan pembicaraan empat mata. Perdana Menteri Korea Selatan itu mengunjungi Indonesia sebagai tamu Wakil Presiden Adam Malik.

Presiden Soeharto menginstruksikan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi untuk melakukan koordinasi pengiriman buruh ke Arab Saudi. Dalam hal ini departemen tersebut diperintahkan untuk bekerjasama dengan pihak imigrasi keamanan. Demikian dikatakan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, harun Zain setelah diterima Presiden di Istana Merdeka siang ini. Instruksi ini dikeluarkan sehubungan dengan terjadinya pengejaran yang dilakukan imigrasi Arab Saudi terhadap 700 buruh Indonesia yang memasuki Negara tersebut secara gelap belum lama ini.




KAMIS, 8 MEI 1980

Presiden Soeharto pagi ini telah menerima kunjungan kehormatan Menteri Penerangan Malaysia, Datuk Mohammad bin Rahmat, yang didampingi oleh Menteri Penerangan Ali Murtopo. Dalam kesempatan itu telah dibicarakan hubungan kerjasama di bidang radio dan televise Malaysia dan Indonesia. Selesai pertemuan, Ali Murtopo mengatakan kepada pers bahwa dewasa ini sedang dilakukan percobaan siaran televise bersama Malaysia dan Indonesia.

Pagi ini Presiden Soeharto juga menerima kunjungan Menteri Perhubungan Laut dan Darat Bangladesh, Nurul Huq, yang diantar oleh Menteri Luar Negeri Mochtar Kusumaatmadja. Ia bertindak sebagai utusan Presiden Bangladesh, Ziaur Rahman, guna menyampaikan pesan pribadi utnuk Presiden Soeharto. Dalam pesan tersebut, Presiden Ziaur Rahman mengharapkan Indonesia dapat memainkan peran yang lebih besar dalam meredakan situasi Timur Tengah, khususnya konflik yang terjadi antara Iran dan Amerika Serikat.




SABTU, 8 MEI 1982

Pukul 09.45 pagi ini Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Harun Zein, diterima Presiden Soeharto di Bina Graha. Ia datang untuk melaporkan tentang kelanjutan pelaksanaan pemindahan  penduduk korban meletusnya Gunung Galunggung. Usai menghadap ia mengatakan bahwa Presiden sudah menyetujui penghapusan tunggakan kredit Bimas dari para petani yang berasal dari daerah bahaya pertama, karena areal sawah mereka musnah total. Sehubungan dengan itu Presiden menginstruksikan Menteri Harun Zain untuk segera membicarakan pelaksanaan penghapusan kredit Bimas ini dengan instansi-instansi bersangkutan.   



SELASA, 8 MEI 1984

Pukul 09.00 pagi ini, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima para menteri ekonomi ASEAN yang sedang bersidang di Jakarta. Menteri-menteri tersebut adalah Pihin Dato Paul Leong Kheeseong dari Malaysia, Roberto Ongpin dan Vicente Valdepenas dari Filipina, Tony Tan Keng Yam dari Singapura, dan Somai Hoondakun dari Muangthai. Sedangkan para menteri perekonomian Indonesia yang hadir adalah Ali Wardhana, Rachmat Saleh, dan Hartarto.

Kepada para menteri ekonomi ASEAN itu Kepala Negara mengemukakan bahwa salah satu cara untuk meningkatkan kerjasama ekonomi antar Negara-negara anggota ASEAN ialah dengan jalan saling memanfaatkan hasil-hasil industry Negara-negara ASEAN sendiri. Artinya, sebelum sesuatu Negara ASEAN mencari barang-barang industry dari luar ASEAN, hendaknya memanfaatkan produksi dari Negara ASEAN lainnya lebih dahulu.

Setelah menerima para menteri ekonomi ASEAN, ditempat yang sama, pagi ini Presiden juga menerima para menteri luar negeri negara-negara ASEAN. Dalam pertemuan ini Presiden Soeharto mengemukakan harapan bahwa Negara-negara ASEAN dapat membujuk Vietnam untuk mencari penyelesaian masalah Indocina. Akan tetapi, demikian Presiden, karena Vietnam belum beranjak dari pendirian semula, maka tak ada jalan bagi ASEAN selain meneruskan garis kebijaksanaan selama ini, sambil menunggu kemungkinan mereka bersedia menyambut baik himbauan ASEAN selain meneruskan garis kebijaksanaan selama ini, sambil menunggu kemungkinan mereka bersedia menyambut baik himbauan ASEAN di kemudian hari.

Para menteri luar negeri yang hadir dalam kunjungan kehormatan kepada Presiden Soeharto ini adalah Mochtar Kusumaatmadja dari Indonesia, Tan Sri Mohammad Gazali Shafei dari Malaysia, S Dhanabalan dari Singapura, Siddhi Savetsila dari Thailand, Pangeran Mohammed Bolkiah dari Brunai, dan Deputi Menteri Luar Negeri Filipina, Facificio Castro.




RABU, 8 MEI 1985

Pukul 11.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima Drs Hardjanto, Wakil Ketua DPR. Hardjanto menemui Kepala Negara dalam rangka pertemuan konsultasi menemui Kepala Negara dalam rangka pertemuan konsultasi mengenai tindak lanjut hasil pemerikasaan tahunan yang telah disampaikan Bepeka kepada DPR pada tanggal 1 Mei yang lalu. Pada kesempatan itu juga disampaikannya kesan dan informasi yang diterima DPR dari berbagai pihak mengenai pelaksanaan Inpres No. 4 Tahun 1985 yang menyangkut tugas “surveyor”dalam pemasukan barang ke Indonesia. Juga mengenai pelaksanaan Undang-undang No.2 Tahun 1967 tentang penanaman modal asing.



Penyusun Intarti, S.Pd