PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Pembukaan Musyawarah Nasional ke-3 Dharma Wanita Oleh Presiden Soeharto Di Istana Merdeka

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Selasa, 5 April 1988

Bertempat di Istana Negara, pada jam 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto membuka Musyawarah Nasional ke-3 Dharma Wanita. Dalam amanatnya Kepala Negara kembali mengingatkan bahwa tahun-tahun yang akan datang tetap akan merupakan tahun-tahun yang sulit dan berat. Akan tetapi ia menyatakan keyakinannya bahwa jika seluruh lapisan dan golongan masyarakat dapat terus meingkatkan kemampuan dan kemauan, mempererat persatuan dan kesatuan dalam memikul tanggungjawab pembangunan, maka kita pasti akan dapat mengatasi tahun-tahun yang sulit dan berat dihadapan kita itu. Dalam hubungan inilah kita mengharapkan agar tekad yang demikian menjadi semangat musyawarah nasional Dharma Wanita sekarang ini.

Ditegaskan oleh Presiden bahwa dalam mengemban tugas-tugas pembangunan yang berat itu, kaum wanita Indonesia jelas harus terus iktu memberikan sumbangannya. Sebab, demikian Kepala Negara, kaum wanita jelas merupakan kekuatan pembangunan yang sangat besar. Kia potensi yang sangat bsar ini sampai tidak ikutserta dalam pembagunan, maka tidak mustahil pembangunan akan mengalami hambatan. Karena itu Presiden mengharapkan agar Dharma Wanita siap untuk terjun makin aktif dalam melanjutkan pembangunan bersama-sama organisasi-organisasi masyarakat lainnya.

Rabu, 5 April 1989 

Sidang terbatas bidang Ekuin berlangsung di Bina Graha pagi ini dibawah pimpinan Presiden Soeharto. Didalam sidang hari ini Kepala Negara menyerukan kepada pedagang besar atau eksportir swasta untuk menjalin kerjasama dengan KUD dan para petani kecil. Namun Presiden mengingatkan agar kerjasama itu menguntungkan kedua pihak, dan diarahkan pada usaha melindungi koperasi serta para petani. Ditegaskannya bahwa semua instansi harus ikut mendorong kerjasama antara swasta dan KUD, tetapi harus dihindari adanya kerjasama yang menekan kehidupan para petani.

Sidang yang berlangsung selama lebih kurang tiga jam itu juga membahas persiapan-persiapan menjelang bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri. Dalam hubungan ini Presiden menggariskan agar berbagai keperluan masyarakat, termasuk angkutan, harus dapat dicukupi.

Didalam sidang dilaporkan bahwa jumlah uang beredar pada bulan Januari 1989 sebesar Rp13,57 triliun. Sementara itu laju inflasi selama bulam Maret tahun anggaran sebelumnya yang tercatat sebesar 8,29%. Dengan demikian laju inflasi untuk tahun anggaran 1988/1989 menjadi 6,55%.
Dilaporkan pula bahwa ekspor Indonesia selama bulan Januari 1989, berdasarkan angka sementara, mencapai US$1,6 miliar atau naik 6,6% dibanding dengan nilai pada periode yang sama tahun lampau. Sementara itu impor mencapai US$1,2 miliar, sehingga neraca perdagangan Indonesia untuk Januari 1989 surplus sebesar US$402,9 juta.


Publikasi Lita,SH.