PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 2 April 1966 - 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Sabtu, 2 April 1966 

Sesuai dengan Instruksi No. 3/1966 tersebut, Pimpinan MPRS dalam sidangnya hari ini telah mengambil keputusan bahwa “anggota-anggota MPRS dari PKI dan organisasi-organisasi massa berikut para simpatisannya yang telah dikenai tindakan penertiban berdasarkan Keputusan Pimpinan MPRS No. A3(8)/1/22/MPRS/1965 dan instruksi Ketua MPRS No. A14/1/5/MPRS/1965 tetanggal 26 Oktober 1965, dinyatakan gugur keanggotaannya dan dipecat.”

Kamis, 2 April 1970

Dalam sidang kabinet yang berlangsung hari ini di Istana Negara, Presiden menginstruksikan agar pengeluaran anggaran pembangunan untuk tahun 1970/1971 di masing-masing departemen dalam triwulan pertama tidak melibihi 25% dari jumlah seluruh anggaran. Instruksi tersebut tertuang dalam Keputusan Presiden No. 24/1970

Dalam sidang itu diputuskan pula bahwa, sesuai dengan UU No. 5/1970 tentang APBN, pergeseran mata anggaran dalam suatu pos hanya boleh dilakukan dengan izin Presiden. sedangkan pergeseran mata anggaran antar pos, perlu terlebih dahulu diajukan ke DPR.

Selasa, 2 April 1974

Sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional yang berlangsung  di Istana Negara  malam ini, di Bina Graha  telah mendengarkan  laporan  Menteri  Keuangan  Ali wardhana  dan Menteri  PUTL  r. Sutami. Menteri Keuangan  antara lain  melaporkan  mengenai  perkiraan  realisasi  penerimaan dalam negeri  yang meningkat  dari Rp 671 milyar menjadi Rp 967,7 milyar. Sementara  itu menteri PUTL  telah melaporkan  persiapan pembangunan  jalan raya  Trans- Sumatera.

Menanggapi laporan  menteri  PUTL, Kepala Negara menginstruksikan  agar lahan di kiri dan kanan jalan  yang akan dibangun  antara, sawah  tambang  dan Muarabungo serta  Muarabungo-Lubuklingau  agar  diamankan. Diharapkannya  bahwa lahan-lahan yang baik di sana dapat dicadangkaan sebagai daerah-daerah transmigrasi.

Rabu, 2 April 1975

Presiden Soeharto hari ini di Istana Merdeka menerima kunjungan Menteri Kebudayaan, Rekreasi dan Perkerjaan Sosial Kerajaan Belanda, Henri Van Doom. Pada kesempatan itu telah dibahas masalah hubungan bolateral kedua negara, terutama manyangkut persoalan pengamanan terhadap KBRI  dari serangan para demonstran, disamping masalah bantuan luar negeri untuk Indonesia. Usai pertemuan, Menteri Van Doom mengatakan kepada pers bahwa pemerintahnya akan menempuh segala jalan yang mungkin unutk memelihara persahabatan dengan Indonesia. Ditegaskannya bahwa negerinya akan berusaha sekuat tenaga untuk mencegah terjadinya demonstran anti-Indonesia di masa-masa mendatang, shingga keamanan KBRI benar-benar trjamin.

Diungkapkannya pula bahwa dalam pertemuan itu Presiden Soeharto telah menjelaskan bahwa walaupun Indonesia saat ini mempunyai petro-dollar, akan tetapi Indonesia masih sangat membutuhkan bantuan luar negeri. menanggapi pernyataan Kepala Negara itu, van Doom mengatakan bahwa Negeri Belanda akan membantu pembangunan Indonesia sesuai dengan kesepakatan negara-negara yang tergabung dalam IGGI.

Kamis, 2 April 1981

Selama  lebih kurang satu  setengah  jam, pagi ini di istana Negara, Presiden Soeharto  pimpinan ABRI  yang baru  saja selesai  mengikuti Rapim ABRI  tahun 1981. Dalam  sambutannya, Krpala Negara  meminta  seluruh jajaran ABRI, baik  sebagai kekuatan  pertahanan-keamanan  ataupun sebagai  kekuatan sosial, untuk dengan penuh kesabaran dan ketanahan terus menerus mengingatkan masyarakat agar kita selalu waspada. Selanjutnya dikatakan bahwa jika ABRI sebagai aparatur Pemerintah dan alat keamanan dalam melaksanakan tugasnya melakukan langkah preventif ataupun langkah represif untuk mengatasi sesuatu peristiwa atau masalah, maka tidak lain tujuannya adalah untuk menjaga dan memantapkan stabilitas nasional yang dinamis. Langkah dan tindakan itu sama sekali tidak ditujukan kepada sesuatu golongan atau untuk memojokkan sesuatu golongan.

Sebelumnya, Presiden memintah hendaknya ABRI tetap berpegang teguh pada Saptamarga. Dengan demikian ABRI hanya mengenal dan setia pada negara Kesatuan RI yang berdasarkan ideologi Pancasila, dan tidak mengingini atau mengenal negara dengan bentuk lain atau ideologi negara ---Pancasila--- dengan tidak mengenal menyerah terhadap kekuatn manapun, yang akan mengubah atau mengganti Pancasila. Demikian antara lain yang dikatakan Presiden.

Sesdalopbang Solichin GP telah menyerahkan 250 unit pompa air bantuan Presiden kepada para petani tambak di Jawa Timur. Bantuan yang bernilai Rp206.200.000,- diserahkannya dalam suatu upacara di desa Kalianyar, Bangil, Jawa Timur. Pompa air tersebut didistribusikan kepada para petani tambak di kabupten Pasuruan, Sidoardjo, Gresik, Lamongan, Tuban dan Kotamadya Surabaya.

Senin, 2 April 1984

Presiden Soeharto hari ini menghadiri upaca pembukaan Sidang ASEAN Drug Experts Meeting VIII di Istana Negara. dalam pidato sambutannya, Presiden Soeharto mengemukakan bahwa penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan berbahaya lainnya di kawasan ASEAN menunjukkan kecenderungan yang meningkat, meskipun sudah banyak usaha yang dilakukan, baik secara sendiri-sendiri ataupun sama-sama. Menurut Kepala Negara kini suatu kebijaksaan dan strategi regional yang terpadu yang menanggulangi masalah ini. Selanjutnya Presiden mengharapkan agar pertemuan empat hari di Jakarta ini dapat menjadi arena tukar menukar informasi dan pengalaman diantara para ahli narkotika dan obat berbahaya lainnya di negara-negara ASEAN.

Hari ini secara serentak dilakukan penyerahan Daftar Isisan Proyek (DIP) oleh para menteri kepada 27 provinsi di seluruh tanah air. Penyerahan DIP itu berkaitan dengan pelaksanaan tahun anggaran 1984/1985, dan bertepatan dengan dimulainya Repelita IV.

Dalam amanat tertulisnya yang dibacakan oleh masing-masing menteri dalam acara penyerahan DIP di daerah-daerah, Presiden Soeharto dalam amanatnya mengingatkan adanya kaitan yang sangat erat antara Repelita IV, Repelita V, dan Repelita VI. Dikatakannya bahwa apa yang kita kerjakan dan apa yang tidak kta kerjakan dalam Repelita IV ini akan menentukan apakah dalam Repelita VI itu kita akan berhasil atau gagal dalam memasuki tahap tinggal landas dalam sejarah pembangunan bangsa dan negara kita.

Selanjutnya dikatakan oleh Presiden bahwa dalam pembangunan ekonomi sampai dengan Repelita III, kita telah mencapai kemajuan-kemajuan besar dalam pembangunan pertanian. Pembangunan pertanian ini akan kita lanjutkan dan tingkatkan terus agar menjadi landasan yang kukuh bagi pembangunan kita selama-lamanya. Selama pembangunan sampai Repelita III, kita juga telah mulai dengan pembangunan industri. Dalam Repelita III, kita juga telah mula dengn pembangunan industri itu akan kita pacu, sehingga kita memiliki industri yang kuat di masa datang. Demikian Presiden.

Selasa, 2 April 1985

Presiden Ibu Soeharto siang ini di Pelabuhan Udara Hasanuddin menyambut kedatngan Perdana Menteri Singapura dan Nyonya Lee Kuan Yew. Pemimpin Singapura ini akan berada di Sulawesi Selatan selama tiga hari, dalam rangka pembicaraan tidak resmi dengan Presiden Soeharto. Pembicaraan antar kedua kepala pemerintahan tersebut akan berlangsung petang hari ini dan besok pagi, terutama menyangkut masalah-masalah ekonomi antara kedua negara dan masalah-masalah yang berkenaan dengan perkembangan ASEAN.

Di Gubernuran Sulawesi Selatan sore ini berlangsung pembicaraan tahap pertama antara Presiden Soeharto dengan PM Lee Kuan Yew. Pembicaraan di Ujung Pandang yang berlangsung selama satu jam itu telah menyentuh masalah-masalah politik secara umum. Masalah-masalah dalam bidang ekonomi akan dibicarakan dalam pertemuan tahap kedua yang dijadwalkan berlangsung pada malam ini.

Rabu, 2 April 1986

Presiden Soeharto dan Raja Hussein hari ini mengadakan pembicaraan empat mata di Istana Merdeka. Sebagai hasil dari pembicaraan itu dinyatakan bahwa Indonesi dan Yordania sepakat untuk meningkatkan kerjasama ekonomi dan perdagangan yang saling menguntungkan, karena potensi kedua pihak untuk melakukan hal itu masih cukup besar.

Kamis, 2 April 1987

Melalui Keputusan Presiden RI No.015/TK/1987 tertanggal 3 Maret 1987, Presiden Soeharto menganugerahkan Bintang Gerilya kepada Nonya Siti Hartinah Soeharto. Penganugerahan ini didasarkan atas jasa-jasanya yang luar biasa dengan menunjukkan keberanian, kebijaksanaan dan kesetiaan dalm berjuan dan berbakti terhadap negara dan bangsa selama perjuangan fisik.

Sabtu, 2 April 1988

Dengan dimulainya tahun anggaran baru, hari ini secara serentak Pemerintah menyerahkan DIP kepada seluruh provinsi di ibukota masing-masing daerah tingkat I itu. Dalam sambutan tertulisnya, Presiden Soeharto mengingatkan bahwa di balik angka-angka dan rencana-rencana dalam DIP itu sesungguhnya ada rencana-rencana yang lebih besar, ada gagasan-gagasan yang lebih luas, ada cita-cita yang luhur. Semuanya itu pada akhirnya merupakan bagian dari perjuangan besar bangsa kita untuk selangkah berjalan maju bersama-sama menuju masyarakat yang kita cita-citakan.

Karena itu Kepala Negara meminta agar segenap aparatur pemerintahan, khususny para pemimpin proyek, menyadari sedalam-dalamnya makna setiap proyek, yang dikerjakan dalam hubungannya dengan keseluruhan pembangunan nasional kita. Malahan dimintanya juga agar menghayati sedalam-dalamnya bahwa proyek-proyek tersebut berkaitan erat dengan perjuangan untuk mewujudkan cita-cita nasional. Pada kesempatan  itu pula Presiden mengingatkan bahwa tahun-tahun yang akan datang merupakan tahun-tahun yang sulit dan berat. Namun semua kesulitan itu akan kita hadapi dengan sikap yang realistik dan dengan kepercayaan diri yang besar.

Senin, 2 April 1990

Pukul 11.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima Menteri Luar Negeri Ali Alatas di Bina Graha. Dalam pertemuan itu, Ali Alatas melapor tentang rencana penyelenggaraan KTT untuk Konsultasi dan Kerjasama Seatan-Selatan di Kuala Lumpur pada tanggal 1-3 Juni mendatang. KTT yang dihadiri oleh 15 negara anggota Selatan-Selatan itu akan membahas upaya meningkatkan secara nyata kerjasama Selatan-Selatan, disamping membicarakan situasi ekonomi dunia dewasa ini. Pertemuan puncak ini juga diharapkan akan menghasilkan persepsi yang sama tentang berbagai masalah yang menjadi keprihatinan negara-negara berkembang. Dari hasil konferensi di Kuala Lumpur itu nanti akan dapat dirumuskan strategi dan prakarsa bersama yang dapat diajukan dalam forum Utara-Selatan.

Dalam pertemuan pagi ini, Presiden memberikan persetujuan kepada Ali Alatas untuk menjadi anggota Kelompok Tokoh Teremuka Ieminent Persons Group) atas permintaan pemerintah Selandia Baru. Kelompok yang pembentukannya diprakarsai oleh Selandia Baru itu diharapkan akan memainkan peranan agar Babak Uruguay (Uruguay Round) yang akan berakhir tahun ini dapat berhasil dengan baik.

Selasa, 2 April 1991

Malam ini, pada pukul 20.15, Presiden Soeharto menghadiri peringatan Nuzul Qur’an di Masjid Istiqlal, Jakara, bersama-sama masyarakat ibukota. Dalam kata sambutannya, Presiden kembali menghimbau kaum muslimin untuk memikirkan pembentukan perpustakaan masjid. Dengan demikian masjid tidak sekadar digunakan sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga sebagai salah satu pusat belajar yang didukung oleh masyarakatnya. Masjid pun akan menjadi pusat yang dapat memberikan jasa untuk mencerdaskan warga masyarakatnya. Untuk itu, antara lain, perpustakaan masjid hendaknya dilengkapi dengan bahan bacaan pilihan yang bermanfaat bagi bebagai kelompok umur, terutama bagi anak-anak remaja. Menurut Kepala Negara, bacaan baik yang lebih mantap pada seseorang.