PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Jejak Langkah Pak Harto 10 April 1968 - 1991

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Rabu,10 April 1968

Hari ini presiden soeharto memimpin sidang kabinet  lengkap. Dalam sidang tersebut presiden telah menjelaskan  maksud dan hasil kunjungannya  keluar negeri  baru-baru ini, disamping membahas  berbagai perkembangan di dalam dan di luar negeri. Menurut presiden, kunjungannya ke Jepang  dan kamboja  baru-baru ini di titik beratkan pada usaha  untuk pada usaha untuk mempererat  persahabatan dan menjelaskan perkembangan dalam  negeri dewasa ini. menyinggung  pemberitaan sebahgian surat kabar bahwa kunjungan  ke jepang  dilakukan  untuk  mencari kredit, presiden  soeharto membantahnya dan mengatakan yangmenjadi tujuan  sebenarnya  adalah  pereratan persahabatan  di antara ke dua  negara, disamping  hubungan  dengan  kamboja.

Senin,10 April 1972

Presiden Soeharto  memperingatkan  bahwa sesuatu revolusi  sosial mungkin bisa terjadi apabila pembangunan  tidak dapat di nikmati  rakyat dan pembangunan itu secara fisik saja yang terlihat gemerlapannya  oleh persatuan  insnyiur indonesia (PII) yang menghadapnya di istana Merdeka siang ini. Oleh karena itu, presiden menjelaskan, dalam melaksanakan  pembangunan, pemerintah mengutamakan peningkatan taraf hidup  rakyat, dimana  menuntut  agar  pembangunan itu dapat dirasakan  oleh mereka.

Minggu, 10 April 1977

Kurang lebih  100 orang  anggota  Kontak  Tani hari ini mengadakan  kunjungan  ke usaha  peranian “tri-S”  di Tapos, dan usaha  pertaanian  campuran  di Ciomas. kunjungan mereka diterima  langsung oleh Presiden  Soeharto. Dalam  kesempatan itu, Presiden Soeharto telah memberikan  penjelasan mengenai  peternakan  dan pertanian  kepada para peserta Kontak  Tani  tersebut  secara lancar  dan dengan  menggunakan  bahasa  yang mudah dimengerti  oleh para peserta.
Dalam penjelasannya,Presiden Soeharto  memaparkan tujuan pokok usaha peternakan “Sari Silang  Studi”. Ia juga menjelaskan masalah-masalah yang bersifat teknis mengenai peternakan,tanaman hias, tanaman industri, dan peternakan ikan. Tentang peternakan  ‘ Tri-S”,ia mengatakan bahwa peternakan itu berusaha menghasilkan pejantan yang baik,yang hasilnya disebarkan keusaha peternakan yang ada diseluruh Indonesia. Disamping itu,peternakan  ini juga merupakan tempat informasi  bagi pengusahaan dan pengelohan yang menguntungkan.presiden  Soeharto berpendapat  bahwa usaha peternakan yang setengah modern  dan yang modern  bisa dilaksanakan di Indonesia,karena  siapa saja dapat  menyewa   tanah dengan hak guna usaha. Selanjutnya di Ciomas, rombongan Kontak Tani  yang tiba dari Tapos  itu diterima Ibu Tien Soeharto.


Senin, 10 April 1978

Menko Polkam, Jenderal M Panggabean, menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha pada jam 10.00 pagi ini. Pada kesempatan itu Presiden telah memberikan petunjuk agar para menteri coordinator menyelesaikan masalah-masalah yang mereka hadapi secepat mungkin. Usai menghadap Kepala Negara, menyangkut bidang Politik dan Keamanan, Menteri Panggabean mengatakan kepada wartawan bahwa perkara mahasiswa yang ditahan tidak boleh dipeti-eskan dan akan diselesaikan menurut hukum.

Bertempat di Bina Graha, Presiden Soeharto siang ini menerima Menteri PAN, Sumarlin, dan Menteri Pekerjaan Umum, Purnomosidi. Dalam pertemuan tersebut telah dibahas masalah penertiban terhadap perusahaan-perusahaan real estate, sehubungan dengan adanya pemikiran untuk membangun lebih banyak lagi rumah yang harganya terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.

Selasa, 10 April 1979

Duta Besar RI untuk Filipina, Marsekal Sudarmono, pukul 09.30 pagi ini menghadap Presiden Soeharto di Cendana. Selain melaporkan perkembangan hubungan Indonesia dan Filipina pada umumnya, dalam pertemuan itu juga telah dibahas mengenai rencana pertemuan tidak resmi antara Presiden Soeharto dan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos. Pembicaraan tidak resmi itu akan dilangsungkan di Filipina, tetapi waktunya masih belum ditentukan.

Panglima Kopkamtib, Laksamana Sudomo, dan Menteri PAN, Dr. JB Sumarlin, jam 10.00 pagi ini menghadap Kepala Negara di Cendana. Mereka dating untuk memberikan laporan mengenai perkembangan kegiatan Opstib dan usaha penertiban aparatur Negara.  Usai menghadap, Menteri Sumarlin mengatakan bahwa selama bulan Maret 1979 tercatat 113 buah kasus, yaitu kasus penyelewengan, penyalahgunaan wewenang, dan pemalsuan bukti pembelian oleh suatu perusahaan niaga negara. Kasus-kasus tersebut melibatkan 154 orang pegawai. Jumlah ini adalah lebih besar daripada bulan Februari yang mencatat 100 kasus yang melibatkan 136 orang.

Sementara itu Laksamana Sudomo mengatakan bahwa sampai bulan Maret yang lalu Opstib telah menerima 1.200 pucuk surat; semua surat-surat dialamatkan ke Kotak Pos 999. Diungkapkannya pula bahwa sampai Maret Opstib antara lain telah menangani 4.039 kasus di bidang administrasi, 504 kasus dalam bidang hukum, dan 225 kasus lain-lain.


Kamis , 10 April 1980

Duta Besar Uni Soviet, Ivan Shpedsko, hari ini menghadap Presiden Soeharto di Bina Graha. Setelah pertemuan, Duta Besar Shpedsko tidak bersedia memberikan keterangan terperinci mengenai hasil-hasil pembicaraannya dengan Presiden. Ia hanya menyatakan bahwa masalah yang dibahas menyangkut kepentingan kedua belah pihak, dan bahwa Presiden telah mengemukakan sikapnya terhadap sejumlah situasi internasional dewasa ini seperti masalah  Iran, Afghanistan dan Kamboja.

Saptu, 10 April 1982

Pukul 09.00 pagi ini Presiden Soeharto menerima surat kepercayaan Duta Besar Cekoslowakia, Milan Koudelka, dalam suatu upacara di Istana Merdeka. Dalam pidato balasannya, Kepala Negara menyatakan kegembiraannya menyaksikan hubungan antara kedua negara tahun-tahun terakhir ini berkembang dengan baik. Sehubungan dengan itu, ia juga menyatakan keyakinannya bahwa pada masa-masa yang akan datang kedua negara akan dapat menjalin hubungan yang lebih erat lagi, sehingga makin dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi kesejahteraan rakyat masing-masing dan bersama-sama.

Setelah itu, ditempat yang sama, Presiden menerima penyerahan surat kepercayaan Duta Besar Republik Demokrasi Jerman, Werner Peters. Membalas pidato Duta Besar Peters, Kepala Negara menyambut baik keinginan Jerman Timur untuk lebih mengembangkan hubungan dan kerjasama yang saling menguntungkan kedua Negara. Selanjutnya dikatakannya bahwa kemungkinan untuk pengembangan kerjasama itu memang terbuka, terutama kerjasama  dalam bidang ekonomi.

Menteri Muda Urusan Perumahan Rakyat, Cosmas Batubara, pagi ini, di Istana Merdeka, melaporkan kepada Presiden mengenai pelaksanaan program pembangunan perumahan rakyat yang sudah merata diseluruh tanah air. Menanggapi laporan itu, Kepala Negara mengharapkan agar pembangunan, peremajaan kota dengan pembangunan rumah susun dilaksanakan sesuai dengan rencana semula, sehingga pola peremajaan yang sama dapat diterapkan di beberapa daerah di Indonesia. Sebab menurut Presiden, dengan pola tersebut akan dapat ditangani perbaikan daerah-daerah perkampungan di kota-kota yang selama ini kurang mendapat perhatian. Mengenai rumah susun, Kepala Negara mengharapkan agar program pembangunannya terus dilaksanakan dan ditingkatkan sesuai dengan sasaran yang dirumuskan dalam Repelita III.

Minggu, 10 April 1983

Pada pukul 10.00 pagi ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan resmi dengan Presiden Hosni Mubarak. Didalam pembicaraan yang berlangsung di Istana Merdeka itu, kedua kepala negara telah mengadakan tukar pikiran dan pembulatan pendapat mengenai langkah-langkah yang dapat diambil bersama-sama. Setelah pertemuan puncak itu, pembicaraan kemudian dilanjutkan dengan melibatkan pejabat-pejabat tinggi kedua negara.

Presiden dan Ibu Soeharto mala mini mengadakan jamuan santap malam resmi untuk menghormati kunjungan Presiden dan Nyonya Suzanne Mubarak. Ketika memberikan sambutannya dalam jamuan makan yang berlangsung di Istana Negara itu, Kepala Negara antara lain mengatakan bahwa kedua Negara mempunyai persamaan-persamaan dasar yang kuat dalam menghadapi berbagai masalah dunia. Hal ini, menurut Presiden Soeharto, merupakan jaminan bagi eratnya hubungan persaudaraan dan kerjasama di masa-masa yang akan dating.

Pada kesempatan itu Presiden Soeharto menegaskan lagi bahwa Indonesia berdiri teguh bersama-sama bangsa Arab dalam perjuangan yang adil dan sah melawan agresi Israel. Juga dikatakannya bahawa Indonesia menghargai sikap Mesir dalam menentukan arah penyelesaian masalah yang rumit dan berlarut-larut di Timur Tengah itu. Ditegaskannya pula bahwa kunci utama penyelesaian seluruh masalah di Timur Tengah adalah dikembalikannya semua wilayah bangsa-bangsa Arab yang diduduki oleh Israel dan pengakuan terhadap hak rakyat Palestina untuk memiliki tanah air dan menentukan masa depannya sendiri.

Rabu, 10 April 1985

Selama dua jam, sejak pukul 09.30, pagi ini Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan dengan PM Thatcher di Istana Merdeka. Dalam pertemuan itu telah dibicarakan masalah-masalah bilateral, regional, dan global. Antara lain telah disinggung masalah kebijaksanaan yang ditempuh Indonesia dalam melaksanakan tahap-tahap pembangunan, masalah Timor-Timur, masalah Kamboja, serta hubungan Indonesia dengan RRC.

Dalam rangka kerjasama bilateral, kedua pemimpin menjajaki kerjasama dalam bidang pertanian, teknologi, industri, dan lain-lain. Mengenai keadaan ekonomi internasional, kedua kepala pemerintahan sependapat mengenai perlunya harga minyak yang stabil, untuk menjaga stabilitas ekonomi dunia dan stabilitas ekonomi masing-masing negara. Disepakati bahwa ketidakstabilan harga minyak merupakan salah satu faktor dari timbulnya resesi dunia saat ini.   


Rabu, 10 April 1986

Pagi ini di Istana Merdeka, Presiden Soeharto menerima para menteri kehakiman dan jaksa agung negara-negara ASEAN. Para menteri kehakiman dan jaksa agung itu berada di Indonesia dan menghadap Kepala Negara dalam rangka menghadiri pertemuan yang akan berlangsung di Bali mulai besok pagi.

Dalam kesempatan itu, Presiden Soeharto mengingatkan semua negara anggota ASEAN terhadap kemungkinan ancaman yang bersifat non militer, serta menghimbau agar negara-negara itu meningkatkan ketahanan nasional masing-masing. Dikatakannya bahwa dalam kenyataannya, dengan kemajuan teknologi  sekarang ini, ancaman tidak hanya berupa kekuatan militer, melainkan juga berupa kekuatan ideology dan ekonomi. Demikian Presiden.

Jum'at, 10 April 1987

Presiden Soeharto kembali menekankan pentingnya kerjasama Selatan-Selatan, yang dipandang sebagai langkah lanjut dari kemerdekaan politik yang telah dicapai negara-negara berkembang. Ditegaskan Presiden bahwa tanpa pembangunan ekonomi, maka kemerdekaan politik tidak akan banyak arti.

Penegasan itu dikemukakakn Kepala Negara ketika menerima Ketua Komisi Selatan, Julius Nyerere, di Cendana pagi ini. Seusai pertemuan, Nyerere mengatakan bahwa Indonesia memberikan dukungan penuh bagi pengembangan kerjasama antara negara yang sedang membangun guna meningkatkan keadaan ekonomi mereka.

Senin, 10 April 1989

Richard Woolcott, utusan khusus Perdana Menteri Australia, pagi ini menemui Presiden Soeharto di Bina Graha. Bekas Duta Besar Australia untuk Indonesia itu bermaksud menyampaikan penjelasan tentang usul PM Bob Hawke mengenai pembentukan kerjasama ekonomi regional negara-negara Asia Pasifik. Setelah pertemuan yang berlangsung selama setengah jam itu, Richard Woolcott mengatakan bahwa Presiden tertarik terhadap usul itu. Dikatakannya bahwa masalh ini akan dibicarakan lebih lanjut dengan sejumlah menteri serta pejabat senior Indonesia dalam dua hari ini.



Rabu, 10 April 1991

Hari ini Presiden Soeharto membuka Konferensi ke-40 Pasific Asia Travel Association (PATA)”, yang berlangsung di Nusa Indah Hotel and Convention Centre, Bali. Ini merupakan konferensi PATA yang ketiga kalinya diselenggarakan di Indonesia.

Dalam sambutannya, Presiden mengatakan bahwa bangsa-bangsa di kawasan Asia Pasifik memiliki peluang yang lebih besar lagi untuk mengembangkan kepariwisataan. Kawasan ini sedang mengalami pertumbuhan yang dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang pesat di Jepang, negara-negara industri baru dan beberapa negara lainnya memberikan pengaruh yang positif bagi  pengembangan kepariwisataan di kawasan ini. Kawasan Asia Pasifik bukan saja menjadi daerah tujuan wisata, tetapi juga menjadi pasar wisata yang potensial.

Dikatakannya bahwa sebagai daerah tujuan wisata, Indonesia memiliki banyak daerah yang cocok untuk berlibur, beristirahat dan berekreasi, baik di pantai ataupun di pegunungan. Sesuai dengan tahap pembangunan yang dicapai Indonesia, daerah-daerah itu dikembangkan sebagai kawasan wisata. Dalam mengembangkan suatu daerah menjadi kawasan wisata, Indonesia selalu memperhitungkan kelestarian lingkungan sekelilingnya. Sebab, lingkungan hidup merupakan salah satu segi yang tercakup dalam tujuan pembangunan Indonesia.


Penyusun Intarti Publikasi Lita,SH.