PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

Hubungan Kerja Indonesia Di Berbagai Bidang

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,
Selasa, 8 April 1986

Pukul 10.30 pagi ini, pimpinan DPA datang ke Bina Graha untuk berkonsultasi dengan Presiden Soeharto tentang penyampian rancangan naskah GBHN tahun 1988-1993. Ketua DPA, M Panggabean, setelah bertemu dengan Kepala Negara mengatakan bahwa Dewan yang dipimpinnya itu mengharapkan agar naskah rancangan tersebut dapat bermanfaat membantu Presiden dalam menyusun rancangan GBHN yang akan datang. Juga dikatakan oleh Panggabean bahwa pada kesempatan itu Presiden menekankan kembali bahwa secara konstitusional yang berhak menetapkan GBHN adalah MPR dan bukan pemerintah.

Presiden sore ini menghadiri panen udang di Cipucuk, Karawang, Jawa Barat. Pada kesempatan itu ia mengatakan bahwa untuk menigkatkan hasil tambak Inti Rakyat (TIR) perlu dilakukan kerjasama dengan perusahaan swasta yang sudah maju dalam bidang perudangan ini. Kerjasam itu misalnya dalam hal tukar menukar pengalaman mengelola bidang usaha tambak udang. Demikan antara lain dikatakan Presiden di depan karyawan dan pimpinan proyek TIR dalam acara panen udang tersebut.

Rabu, 8 April 1987

Pada pukul 10.00 pagi ini, Presiden Soeharto memimpin sidang kabinet terbatas bidang Ekuin di Bina Graha. Didalam sidang Menteri Perhubungan Rusmin Nuryadin menyampaikan laporan secara terperinci mengenai kecelakaan pesawat DC-9 Garuda di Medan pada tanggal 4 april yang lalu. Dalam hubungan ini Kepala Negara menginsturksikan pimpinan Garuda agar meningkatkan upaya penyempurnaan dan perbaikan pesawat. Dengan demikian masyarakat pengguna jasa angkutan udara tetap memiliki kepercayaan yang tinggi kepada peruahaan milik negara itu.

Diantara masalah-masalah yang lain yang juga dibahas oleh sidang ini adalah persediaan pangan terutama dalam menghadapi bulan pasa dan lebaran. Dalam hubungan ini Kepala Bulog Bustamil Arifin, melaporkan bahwa persediaan beras, gula pasir, terigu dan kedele adalah mantap. Sementara itu Menteri Pertanian Achmad Affandi melaporkan bahwa sejak tahun 1979 sampai tahun 1986 sapi perah yang diimpor dari Australia berjumlah 56.375 ekor. Sapi-sapi tersebut telah disebarkan ke berbagai daerah, dan kini telah berkembang menjadi 182.514 ekor atu bertambah sebanyak 223,7%.


Jumat, 8 April 1988

Presiden republik sosialis rumania dan nyonya elena ceausescu pagi ini tiba di jakarta dalam rangka kunjungan kenegaraan selama tiga hari. Ini merupakan kunjungan yang kedua kalinya dari pemimpi rumania itu ke indonesia; kunjungan pertama dilakukannya pada tahun 1982. Sebagaimana biasanya, upacara penyambutan kebesaran militer digelar di halaman istana merdeka. Setelah itu kedua tamu negara melakukan kunjungan kehormatan kepala presiden dan ibu soeharto di istana merdeka.

Pukul 15:00 sore ini, Presiden Soeharto mengadakan pembicaraan resmi dengan presiden nicolai ceausescu selama dua jam di istana merdeka. Dalam pembicaraan itu kedua pemimpi telah bertukar pikiran mengenai berbagai masalah bilateral dan multilateral. Dalam bidang multilateral, presiden soeharto telah mengemukakan pendangannya tentang keadilan dunia yang sekarang ini masih jauh dari apa yang diinginkan oleh umat manusia. Dikatakannya bahwa dunia kini masih dicemaskan oleh konflik fisik, masih ditekan oleh situasi perekonomian yang tidak menentu, dimana rakyat di negara-negara yang sedang membangun masih harus bergumul melawan kemiskinan dan keterbelakangan. Untuk itu presiden soeharto menganggap perlu kedua negara mengambil perana yang aktif dan bertanggungjawab dalam perjuangan pembangunan tatanan dunia yang lebih adil dan tentran, baik di bidang politik maupun ekonomi.

Untuk menghormat kunjungan tamu negara dari rumania itu, malam ini presiden dan ibu soeharto mengadakan jamuan makan malam kenegaraan di istana negara. dalam acara yang juga dihadiri oleh wakil presiden dan ibu sudharmono serta sejumlah pembesar lainnya, diadakan tukar menukar cinderamata.

Dalam pidato sambutannya, presiden soeharto mengemukakan perlunya indonesia dan rumania mengambil perana yang lebih aktif dan bertanggungjawab dalam perjuangan yang tak boleh mengenal lelah untuk membangun tatanan dunia yang lebih adil dan tenteram, baik di bidang politik maupun ekonomi. Dalam rangka perjuangan membangun tatanan dunia baru itu, indonesia memandang pacuan senjata hanya menambahketegangan dunia dan memboroskan anggara belanja yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan di negara-negara yang sedang membangun.   

Dikemukakannya bahwa indonesia juga berpendapat bahwa masalah ekonomi dunia perlu diselesaikan secara global. Untuk itu harus ada kemauan politik yang sungguh-sungguh dari semua negara, dengan tujuan menyerasikan kepentingan negara-negara maju dan kepentingan negara-negara yang sedang membangun secara menyeluruh.namun demikian, kepala negara menegaskan bahwa nasib suatu bangsa itu sendiri. Oleh karna itu, indonesia terus melanjutkan pembangunannya dengan penuh kesungguhan.

Demikian antara lain dikatakan Presiden Soeharto.

Sabtu, 8 April 1989

Sebagaimana kebiasaan sebelumnya, pada akhir bulan Ramadhan ini Presiden Soeharto juga menyediakan sadaqah berupa beras dan “uang garam” kepada fakir miskin. Sadaqah yang diberikan Kepala Negara kaliini berjumlah 110 ton beras dan ditambah “uang garam” sebanyak Rp2,5 juta. Sadaqah dan “uang garam” tersebut akan dibagikan kepada fakir-miskin di wilayah DKI Jakarta dan Kotamadya Bogor


Publikasi Lita,SH