PUSAT DATA JENDERAL BESAR HM. SOEHARTO

---

50 Inisiatif Pak Harto. Memulihkan Hubungan Baik Pasca DWIKORA

♠ Dipublikasikan oleh Tim Kerja Media Cendana Nusantara ,,
Abdul Razak kepada Pak Harto. Ia menyambut baik undangan itu, mereka bertemu di Kesultanan Pahang, Malaysia, dalam suasana penuh persahabatan. Rupanya Tun Razak ingin membalas kebaikan hati Pak Harto yang telah mengantarnya selama di Surakarta beberapa waktu silam. Saya yakin hubungan baik yang kembali tersambung antara Indonesia dan Malaysia pasca Dwikora, salah satunya disebabkan hubungan personal yang bagus di antara kedua tokoh ini.” 

Des Alwi tentang Hubungan antara Pak Harto dan Tun Abdul Razak 
dalam “Pak Harto The Untold Stories”, 2009.



DUA saudara serumpun, Indonesia dan Malaysia, dipantik konflik. Maka, diserukan Dwi Komando Rakyat (Dwikora) pada 3 Mei 1964 oleh Bung Karno di muka apel besar sukarelawan di Jakarta. Isinya : ganyang Malaysia. Lalu, 16 Mei 1964, dibentuk Komando Gabungan bernama Komando Siaga yang kemudian disempurnakan menjadi Komando Mandala Siaga (Kolaga). Mencoba mengulang strategi Operasi Trikora, Kolaga melakukan serangkaian infiltrasi ke wilayah Kalimantan Utara dan Malaysia barat. Namun hasilnya tak segemilang Operasi. 

Mandala di Irian Barat. Bahkan kon􀏐lik kian memanas dipicu peristiwa Usman dan Harun, dua prajurit KKO yang tertangkap saat melakukan penyusupan dan dihukum gantung di Singapura. Tak ingin larut dalam konfrontasi berkepanjangan, 

Pak Harto yang tampil menjadi Pejabat Presiden berinisiatif menyelesaikan konflik dengan cara memulihkan hubungan baik. Tanggal 2 Juni 1966, Pemerintah Indonesia menyampaikan nota pengakuan atas Republik Singapura kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew. 

Dibalas Pemerintah Singapura dengan mengirimkan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Indonesia. Pemulihan hubungan Indonesia dan Malaysia dimulai dengan perundingan di Bangkok, 29 Mei-1 Juni 1966. Hasilnya, 

Perjanjian Bangkok yang berisi kesepakatan kedua belah pihak untuk menghentikan tindak permusuhan dan memulihkan hubungan diplomatik serta penegasan kembali masyarakat Sabah yang telah memutuskan bergabung dengan Federasi Malaysia. Persetujuan atas hasil perundingan Bangkok ditandatangani di Jakarta, 11 Agustus 1966, oleh Adam Malik (Indonesia) dan Tun Abdul Rajak (Malaysia) disaksikan langsung Ketua Presidium Kabinet Ampera Jenderal Soeharto. Namun hal menarik, 

Pak Harto ternyata cukup bersahabat dengan Tun Abdul Razak. Dan ketika keduanya sama-sama menempati pucuk kepemimpinan di negaranya masing-masing, mereka memanfaatkan persahabatan itu sebagai dasar inisiatif dalam pemulihan hubungan antarbangsa serumpun itu.***

Penulis : Mahfudi